Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alia Terlalu Kuat
Satu hari setelah kencan dengan Arya.
"Hm?"
Alia masuk kelas di satu pagi, dan menemukan tatapan orang-orang ke arahnya.
Gosip aku dengan Mas Arya kayaknya udah menyebar luas ke seisi sekolah.
Alia menemukan Tia mendekatinya.
"Al, ke sini sebentar!" Tia ditarik balik ke luar kelas.
"Apa ada?" tanya Alia heran.
"Aku mau memberi kamu peringatan."
"Pengertian apa?"
Tia serius, "Sekarang kabar kamu memiliki hubungan dekat dengan Kak Arya hampir diketahui semua murid."
"Terus kenapa?"
"Itu jelas bisa jadi masalah karena cewek yang suka Kak Arya sangat banyak. Kemarin lusa kamu udah digangguin sama kakak kelas kita bernama Rani kan? Bisa-bisa, yang mau cari masalah dengan kamu bakal bertambah."
"Gak masalah. Kecemburuan bocah-bocah SMA gak perlu terlalu dianggap pusing."
"Kamu juga masih bocah SMA!?" Tia tak mau temannya sampai kenapa-napa.
"Iya iya. Aku akan hati-hati." Alia pun pura-pura mendengarkan, meski di dalam hati nyata dia tak merasa takut sama sekali.
...----------------...
Waktu istirahat, ada satu teman sekelas yang mendekati meja Alia.
"Alia, aku mau tanya. Apa benar kau pacaran dengan Kak Arya?"
Alia mendapati banyak tatapan mengarah padanya.
"Enggak. kami belum berpacaran." Alia menjawab jujur.
"Belum? Apa itu artinya kamu dan Kak Arya akan jadian?"
Alia mengangkat kedua bahu, "Mungkin saja. Masa depan kan siapa yang tahu."
"Hei! Jangan mimpi! Kak Arya mana mau pacaran dengan wanita culun sepertimu!?" teriak salah satu wanita di kelas itu.
Alia merasa deja vu karena Rani kemarin berkata juga demikian.
"Aku bisa jadi pacar Kak Arya atau tidak bukan urusan kalian! Yang jelas kesempatan aku mendapatkan Kak Arya lebih besar dari pada kalian!"
Sikap Alia mengejutkan, sebab setahu mereka, Alia adalah wanita yang pendiam. Tia pun salut dengan nyali temannya.
Dan tak seperti Rani, gadis-gadis di kelasnya tak berani lanjut melakukan kekerasan. Alia pun pergi diikuti Tia, meninggalkan kelas yang ia buat hening.
"Kamu berbeda sekali dengan yang dulu!" kata Tia saat mereka berjalan di lorong.
"Orang yang jatuh cinta memang otomatis akan berubah." Tak ada rasa malu saat mengakui itu.
"Wow! Kamu bener jatuh cinta sama Kak Arya?"
Alia pun menjawab pertanyaan tersebut dengan anggukan.
"Aku pasti bakal mendukung kamu. Tapi, apa boleh aku tahu sudah sejauh mana hubungan kalian?"
Alia tak berniat menyembunyikan kenyataan, "Kemarin sih aku dan Kak Arya sudah berkencan."
Tia pun kaget, tak menyangka progres percintaan temannya sudah sejauh itu.
"Aku jadi iri. Aku juga pengen deh ngerasain rasanya jatuh cinta."
Alia membalas, "Kak Arya punya sepupu yang lumayan tampan, kapan-kapan mungkin kalian bisa aku perkenalan."
Tia lantas menepuk-nepuk pundak Alia dibarengi senyuman, "Hahahaha! Kau memang teman yang terbaik!"
...----------------...
Waktu sekolah berlalu tanpa terasa. Kemarin, Alia dan Arya sama-sama bilang sampai jumpa besok, tapi nyatanya di hari ini mereka tak bertemu. Mungkin karena kejadian kemarin pula, Arya jadi malu untuk menemui Alia.
Beruntungnya, pas malam mereka tetap bisa mengobrol lewat chat online. Tak sepuas ketika bertemu langsung memang, namun tetap saja menyenangkan. Karena bisa bertukar pesan dengan Arya adalah hal yang cewek lain hanya bisa impikan.
...----------------...
Besokannya, Alia bersekolah seperti biasa. Akan tetapi, hal yang biasanya tak terjadi malah menimpa Alia.
"...."
Ketika masuk kelas, Alia menemukan Tia sedang membersihkan mejanya. Di meja tersebut ditemukan banyak kata-kata jahat yang tertulis.
Bukan hal yang sulit untuk ditebak, kalau ada orang-orang sengaja mengotori meja Alia dengan niat ingin mem-bully.
"Bentar, Al! Aku bersihin dulu mejanya!" Tia benar-benar sungguh teman yang baik.
"Yang nulis palingan sekumpulan orang gila!" Tia pun meneriaki seluruh teman sekelasnya.
Tia tak tahu siapa yang melakukan hal ini. Dan tak ada juga yang mau mengaku.
Alia lantas mengedarkan pandangannya. Dia melihat banyak mata mengarah padanya, juga terlihat kalau banyak teman sekelasnya yang ramai berbisik-bisik.
"Sudah. Jangan terlalu dianggap pusing!" kata Alia pada Tia. "... Orang-orang tak mampu iri terhadap orang berada adalah hal yang wajar."
Tak ada orang yang tak mendengar perkataan Alia ini.
Alia pun berlanjut, "Di saat mereka cuma bisa ngayal, aku justru bisa berdekatan dengan Kak Arya secara nyata. Wajar sih kalau mereka kesal."
Brrug!
Ada satu gadis di kelas yang menendang meja selesai mendengar perkataan Alia.
"Kau sombong sekali! Sudah aku bilang Kak Arya tidak mungkin menyukaimu!" si gadis ini berteriak hingga wajahnya memerah.
Sementara Alia hanya menyilangkan kedua tangannya santai .
"Jadi kau yang mengotori mejaku?" Alia berhasil memancing si pelaku.
"Iya! Memangnya kenapa!? Apa kau mau membalasnya!? Sini kalau berani!" Dia menantang secara lantang.
Tadinya, Tia lah yang mau maju menghajar gadis tersebut. Tapi Alia tahan.
"Tenang, ada cara yang lebih ampuh untuk mengatasi gadis bodoh seperti dia." Alia lantas duduk tenang di depan meja yang masih penuh tulisan tak pantas.
Tia tak mengerti rencana Alia, namun dia memutuskan untuk percaya. Tia pun lanjut duduk di sebelah temannya.
Si gadis yang tadi marah-marah kelihatan konyol karena provokasinya pada Alia gagal. Dan bertepatan dengan itu, seorang guru datang ke kelas.
Guru wanita yang datang ini adalah wali kelas mereka. Dia terkenal tegas dan menakutkan. Si guru biasanya tanpa basa-basi langsung memulai pelajaran, tapi dia terhenti saat menemukan meja Alia tak mulus seperti biasanya.
"Ada apa ini?" tanya si guru pada Alia.
"Seperti yang Ibu lihat, saya sedang di-bully," jawab Alia singkat.
Suasana di kelas pun seketika mendingin saat mata si guru berubah tajam.
"Siapa!?" suaranya menggelegar. "Siapa yang berani melakukan ini!?"
"!?"
Salah satu gadis di dalam kelas merinding. Dia menunduk tak berani mengangkat kepala.
"Kalau tak ada yang mengaku, semua orang di kelas ini akan Ibu hukum terkecuali Alia!" tambah si guru tanpa nada bercanda.
Sontak kelas heboh. Tak ada yang mau dihukum saat tak melakukan kesalahan. Akhirnya, setelah saling pandang, mayoritas siswa di kelas menunjuk si gadis yang tadi meneriaki Alia.
"...."
Si gadis ini tak bisa mengelak karena sebelumnya dia sendirilah yang mengaku.
"Setelah kelas berakhir, ikut Ibu ke ruang guru!" bentak si guru.
Dan si gadis yang tadi begitu barbar hanya bisa terdiam lesu.
"Good job!" Tia mengacungkan jempolnya pada Alia.
Ternyata Alia sengaja tak membersihkan mejanya supaya guru yang datang tahu masalah pem-bully-an ini.
Anak-anak kelas lainnya pun paham siasat Alia. Mereka jadi menyimpulkan, bahwa Alia terlalu kuat untuk jadi korban bully.