NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Langit sudah mulai berganti senja dan Khanza menutup laptopnya.

Ia melihat Reza yang keluar dari ruang kerjanya tanpa melihat kearahnya.

Setelah merapikan meja kerjanya, Khanza berjalan menuju ke lift.

Di dalam lift, ponselnya kembali berdering dan Yanuar mengatakan kalau ia sudah di bawah menunggunya.

Khanza menghela nafas panjang dan saat pintu lift terbuka, ia langsung berlari menghampiri Yanuar.

"Za, ayo aku antar kamu pulang." ajak Yanuar sambil memberikan helmnya.

Khanza sedikit terkejut ketika Yanuar menjemputnya dan disini lain suaminya sedang menunggunya di pom bensin dekat kantor.

"Za, ayo aku antar. Sepertinya mau turun hujan juga," ucap Yanuar.

"Yan, aku minta maaf. A-aku pulang sendiri saja." ucap Khanza yang langsung mengembalikan helmnya.

Khanza segera berlari menuju ke pom bensin untuk menemui suaminya yang sedang menunggunya.

Sesampainya di pom bensin, ia melihat mobil Reza yang menunggunya.

Reza menatap jam tangannya dengan ekspresi dingin.

Begitu melihat Khanza berlari kecil ke arahnya, matanya langsung menyipit.

“Lama sekali. Apa kamu sengaja bikin aku menunggu?” tanyanya dengan nada datar.

“Maaf Mas, aku tadi harus rapikan meja kerja dulu,” jawab Khanza pelan, sambil menundukkan kepala.

Ia berusaha menyembunyikan nafasnya yang masih tersengal-sengal setelah berlari menuju ke pom bensin.

"Za, kamu habis bertemu dengan Yanuar, kan?!"

"Mas, tolong jangan salah paham. A-aku hanya.."

Reza menghidupkan mesin mobilnya dan meminta Khanza untuk menjelaskannya di rumah.

Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak saling bicara.

Khanza menundukkan wajahnya, sementara Reza fokus menyetir dengan perasaan yang campur aduk.

Tak berselang lama mereka telah sampai dirumah dan disambut oleh guyuran hujan.

Sesampainya di rumah, Reza langsung melepas jasnya dan meletakkannya di sofa.

Ia berbalik, menatap istrinya yang masih berdiri canggung di dekat pintu.

“Kenapa kamu masih berhubungan dengan dia? Bukankah aku sudah cukup jelas bilang kalau aku nggak suka dengan Yanuar?”

Reza menatap tajam ke arah Khanza, suaranya rendah tapi penuh penekanan.

"Mas ini kenapa sih? Aku sudah nggak berhubungan dengan Yanuar. Dia yang tiba-tiba datang untuk menjemput aku dan soal pagi tadi aku juga nggak tahu, Mas."

"Tapi, kamu membiarkan dia untuk bisa cium kamu. Yanuar cium kamu di hadapanku, Za! Aku ini suami kamu!"

Khanza menghela nafas panjang saat mendengar perkataan dari suaminya.

"Mas, sekarang gini aja ya. Kita urus saja urusan masing-masing dan jangan saling ikut campur,” ucap Khanza dengan nada gemetar, tapi matanya menatap tegas ke arah Reza.

Reza terdiam dan tidak menyangka jika istrinya bisa berkata seperti itu.

Ia pun langsung masuk ke kamar tamu dan menutup pintunya.

Khanza masih berdiri di ruang tamu, tubuhnya gemetar.

Ia menggenggam erat tangannya sendiri, menahan air mata yang hampir jatuh.

"Kenapa aku harus bilang begitu? Kenapa hati aku sakit sekali melihat wajahnya yang kecewa."

Di kamar tamu, Reza duduk di tepi ranjang. Rahangnya mengeras, dadanya sesak.

Ia menunduk, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.

Hujan diluar semakin deras dan terdengar suara petir yang menggelar.

Malam itu mereka berdua tidur di kamar masing-masing.

Keesokan paginya Khanza membuka pintunya dan melihat suaminya yang sudah memakai pakaian kerjanya.

"M-mas Reza, mau berangkat sekarang?" tanya Khanza.

Reza tidak menjawab pernyataan dari Khanza dan langsung keluar dari rumah.

Khanza berdiri terpaku di depan pintu rumah, menatap punggung Reza yang menjauh tanpa sekalipun menoleh.

Udara pagi yang masih dingin sisa hujan semalam, tapi yang lebih menusuk adalah sikap dingin suaminya sendiri.

Khanza menyeruput kopi yang semalam masih belum ia sentuh.

Disaat sedang duduk dan menyeruput kopinya, tiba-tiba ia mendengar suara ponselnya yang berdering.

"Za, kamu dimana? Aku di depan rumah kamu, kenapa sepi sekali?" tanya Yanuar yang berniat untuk menjemput Khanza.

Khanza sedikit terkejut ketika mendengar Yanuar berada di rumah kontrakannya yang lama.

"Yan, a-aku sudah pindah sekarang."

"Pindah? Sejak kapan kamu pindah rumah? Kenapa kamu tidak memberitahukan kepadaku? Sekarang kamu dimana, Za?" tanya Yanuar.

Khanza tidak menjawab pertanyaan dari Yanuar dan ia memintanya untuk lekas ke kampus.

"Za, ada apa? Kamu masih belum memaafkan aku?" tanya Yanuar.

"A-aku tutup dulu ya, aku mau siap-siap untuk berangkat ke kantor."

Khanza menutup ponselnya dengan tangan gemetar.

Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri.

Ia tidak menyangka jika Yanuar akan mendatangi rumah lamanya membuat jantungnya berdebar kencang.

"Ya Allah, kalau Mas Reza sampai tahu tentang ini. Pasti ia akan marah besar." guman Khanza.

Ia buru-buru membereskan cangkir kopi, lalu masuk ke kamar untuk berganti pakaian kerja.

Saat berdiri di depan cermin, wajahnya terlihat pucat, dan lingkaran hitam di bawah matanya makin jelas.

“Kenapa hidupku jadi serumit ini?” gumam Khanza lirih, sambil merapikan rambut.

Ia pun segera memanggil taksi dan menuju ke kantornya.

Sesampainya di kantor, Janet memanggilnya dan mengatakan kalau ada meeting mendadak.

Khanza langsung menuju ke ruang kerjanya dan menyiapkan semua dokumen yang diperlukan saat meeting.

Khanza membawa map dokumen dan laptop, lalu bergegas menuju ruang rapat.

Saat ia membuka pintu, hampir semua karyawan sudah duduk rapi.

Di ujung meja panjang, Reza tampak gagah dengan setelan jas hitamnya, wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Tatapan mereka sempat bertemu sepersekian detik, tapi Reza cepat mengalihkannya, seolah tidak pernah mengenal Khanza.

Meeting pun dimulai dan Reza segera bertanya tentang laporan dari Khanza.

Khanza yang sedikit grogi, tidak sengaja menyenggol air minum sampai tumpah dan membasahi dokumen milik Reza.

Reza mengambil dokumennya dan meminta Janet untuk menulis ulang.

"Pak Reza, saya minta maaf. Saya nggak sengaja." ucap Khanza.

Reza tidak menghiraukan perkataan Khanza dan ia melanjutkan meetingnya.

Setelah hampir dua jam selesai meeting, Reza keluar tanpa memperdulikan Khanza yang masih membersihkan ruang meeting.

Khanza mengambil tisu yang ada disana dan menghapus air matanya.

"Za, kamu nggak apa-apa? Pak Reza, memarahi kamu?" tanya Janet.

"Nggak, Jan. Aku cuma sedikit capek sedikit." jawab Khanza yang kemudian kembali ke ruang kerjanya.

Khanza melihat Reza yang tertawa terbahak-bahak bersama kliennya yang baru saja datang.

Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya dan sesekali air matanya menetes.

Di ruang kerjanya, Reza melihat istrinya yang sedang menghapus air matanya.

Perkataan Khanza kembali muncul di benaknya dan ia kembali mengobrol dengan kliennya.

Sementara itu Yanuar mencari informasi tentang rumah Khanza yang baru.

"Za, kenapa sekarang kamu menjauh dari aku? Bukankah aku sudah berjanji untuk menikahi kamu jika S2 ku selesai." gumam Yanuar.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!