Setelah hubungannya tidak mendapat kejelasan dari sang kekasih. Kapten Prayoda, memutuskan untuk menyerah. Ia berlalu dengan kecewa. Empat tahun menunggu, hanyalah kekosongan yang ia dapatkan.
Lantas, ke dermaga mana akan ia labuhkan cinta yang selama ini sudah berusaha ia simpan dengan setia untuk sang kekasih yang lebih memilih karir.
Dalam pikiran yang kalut, Kapten Yoda tidak sengaja menciprat genangan air di bahu jalan pada seorang gadis yang sedang memarkirkan motornya di sana.
"Sialan," umpatnya. Ketika menoleh, gadis itu mendapati seorang pria dewasa tampan dan gagah bertubuh atletis memakai baret hijau, berdiri resah dan bersalah. Gadis itu melotot tidak senang.
Pertemuan tidak sengaja itu membuat hari-hari Kapten Prayoda tidak biasa, sebab bayang-bayang gadis itu selalu muncul di kepalanya.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Ikuti juga ya FB Lina Zascia Amandia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Ungkapan Yoda Yang Belum Terjawab
Siang itu, Yoda menyudahi pekerjaannya dengan tidak bersemangat. Sebab pesannya pada Amira, masih belum dibalas juga.
Sementara di kediaman Amira. Amira terperanjat saat dirinya mendengar notifikasi WA. Dia langsung meraih Hp nya. Ada firasat kalau pesan itu adalah dari Yoda.
Benar saja, pesan itu dari Yoda. Sejenak, Amira menyunggingkan senyum. Baru saja dia memikirkan Yoda, pesan WA Yoda muncul beberapa saat kemudian.
Amira membuka pesan itu. Namun, setelah ia membaca pesan itu, Amira terpaku. Dia tidak bisa menjawab, sebab Amira bingung harus menjawab apa.
"Aku harus katakan apa pada Kak Yoda. Bilang yang sebenarnya atau diamkan saja?" bingungnya meraja di hati sampai Amira benar-benar lupa akan membalas apa.
Di tempat berbeda, Yoda menatap layar ponselnya berkali-kali, berharap ada notifikasi masuk dari Amira, namun nihil. Sampai keesokan harinya pun tetap sama, kosong. Kerinduan dan rasa ingin tahu, kenapa Amira justru ketahuan joging bersama Iqbal, bukan bersama dirinya?
Saat jam istirahat, Yoda akhirnya nekat. Ia melajukan mobilnya ke kampus Amira, menunggu di depan gerbang. Hatinya berdebar ketika melihat Amira keluar dari gerbang kampus. Amira menaiki motornya. Yoda buru-buru menuruni mobil.
"Amira!” panggil Yoda, langkahnya tegas menghampiri, tidak lupa tangannya melambai ke arah Amira.
Amira terkejut, wajahnya seketika kaku. “Kak Yoda? Ngapain di sini?”
"Kakak mau bicara. Kita sambil makan siang bareng.” Suara Yoda tenang, tapi memaksa dan sorot matanya penuh ketegasan.
Amira buru-buru menggeleng. “Maaf, Kak. Aku ada janji lain.”
"Ayolah, Dik. Sekali ini saja. Kakak hanya ingin ajak kamu makan siang," desak Yoda.
"Tapi ...." Amira terlihat ragu.
Yoda menatapnya dalam-dalam, lalu menundukkan wajah sedikit mendekat. “Kalau kamu nolak, maka aku bakal teriak di depan semua orang di kampus ini kalau aku cinta kamu. Mau?”
Amira terperangah, wajahnya memerah antara marah dan panik. Ia tahu Yoda bisa melakukan itu, dan tentu saja ia tidak ingin jadi bahan perhatian banyak orang.
“Ya ampun, Kak. Jangan gila. Baiklah, aku ikut. Tapi cuma makan siang, habis itu aku pulang.” Nada Amira penuh penekanan.
“Deal,” sahut Yoda singkat. Senyum tipis tersungging di wajahnya.
Karena Amira membawa motor, mereka akhirnya berangkat dengan kendaraan masing-masing. Yoda membuntuti motor Amira dari belakang, seolah menjaga jarak, sampai akhirnya keduanya berhenti di sebuah kafe bernama Nuansa Alam. Tempatnya sejuk, dikelilingi pepohonan, jauh dari kebisingan kota.
"Silahkan, kamu boleh pesan apa saja yang kamu mau." Yoda duduk sembari mempersilakan Amira menunjuk pesanannya.
Amira mengerucutkan bibirnya, dia tidak yakin kalau Yoda serius. Kebetulan di dalam menu itu ada banyak makanan yang dia pengen.
"Aku pesan bakso urat sama es campur saja," ujar Amira akhirnya. Padahal ada menu lain yang dia pengen.
"Itu saja?" Yoda tidak yakin.
"Heeh." Amira mengangguk.
"Baiklah. Kalau masih mau pesan, pesan saja nggak usah malu-malu ... Kakak suka melihat kamu makannya banyak." Yoda berbisik di akhir kalimat.
"Nggak, ini saja." Amira nampak malu-malu. Yoda jadi heran, tumben Amira sepemalu ini. Sebelum ketahuan jogging berdua dengan Iqbal, dia tidak seperti ini.
Yoda pun memesan makanan pesanan Amira juga pesanannya.
Lima belas menit kemudian, pesanan mereka datang. Keduanya segera menyantap makanannya tanpa banyak basa-basi. Yoda sesekali menatap Amira. Ada yang berbeda dengan gadis muda itu. Di sini di kafe ini, Yoda akan mempertanyakan hubungan Amira dengan polisi itu.
"Dik, kamu nggak jadian dengan Polisi itu, kan?" Yoda bertanya setelah keduanya selesai makan.
Amira tersentak, dia tidak menduga kalau Yoda akan mempertanyakan hal itu.
"Aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Kak Iqbal kecuali teman biasa," jawabnya.
"Lalu, kenapa kamu justru jogging bersama polisi itu. Bukankah kakak sebelumnya sudah mengajak kamu jogging?" Pertanyaan Yoda membuat Amira bingung untuk menjawab.
Beberapa saat diam, akhirnya Amira bicara. "Waktu itu, Amira mau balas WA Kak Yoda pagi itu. Tapi, Kak Iqbal keburu datang dan mengajak jogging."
"Oh ya? Tapi, kamu nggak pacaran sama dia, kan, Dik?" Yoda bertanya setengah tidak yakin.
"Hanya teman."
Yoda menaikkan dahinya, masih belum yakin. Tapi, pengakuan Amira barusan menjadi alasan kuat buat Yoda untuk mengejar Amira.
Yoda tersenyum, lalu berkata, "Syukurlah. Kakak senang dengarnya. Kalau begitu, agar tidak membuang waktu, sebenarnya kakak ingin mengungkapkan perasaan sama Amira." Yoda menjeda kalimatnya.
Amira mengkerutkan keningnya dalam, jantungnya tiba-tiba berdebar-debar tidak karuan.
"Mengungkapkan perasaan apa?" basa-basi Amira, padahal ia cukup punya firasat kuat kalau Yoda mau mengungkapkan perasaannya. Menurutnya, Yoda begitu lelaki banget. Tidak beda dengan Iqbal, sama-sama berani mengungkapkan perasaannya, meskipun perasaan Iqbal belum ia balas. Akan tetapi, Iqbal sepertinya malah menganggap Amira lebih, terlihat dari sikapnya yang sering cemburu.
Sebelum melanjutkan bicara, Yoda tersenyum kecil. Ia menarik napas dalam-dalam. "Maukah Amira jadi kekasih Kak Yoda? Atau kalau perlu jadi istri Kak Yoda sekalian agar Amira tidak dikecengi pria lain lagi?" ungkapnya jelas dan yakin.
Amira terbelalak mendengar ungkapan Yoda. Ada yang ingin mengajaknya jadi istri, bukannya tidak senang. Apalagi sejak tumbuh dewasa, Amira pernah terbersit ingin menikah muda dengan pria mapan dan dewasa agar bisa dibiayain kuliahnya oleh suaminya saja.
Pikiran polos itu sering ia ucapkan di depan Lala sang kakak. Sehingga Lala sering kali menggodanya dengan kalimat yang kurang lebih sama dengan yang diucapkan Amira.
"Tapi, itu kan cuma candaan saja. Aku nggak pernah berpikir kalau itu bisa kenyataan," sangkalnya dalam hati.
"Dik."
Amira tersentak dari lamunannya. Yoda menatap Amira lekat disertai senyum yang penuh harap. Yoda tidak peduli meskipun pria polisi itu pernah mengatakan kalau Amira pacarnya. Yoda merasa punya peluang besar untuk segera mengungkapkan perasaannya terhadap Amira, setelah Amira mengakui kalau Iqbal hanya teman biasa.
"Amira ...."
Belum sempat Amira mengatakan apa-apa pada Yoda, tiba-tiba Iqbal datang dan memanggil nama Amira. Bahkan Yoda dan Amira tidak sadar kalau Iqbal datang dan masuk ke dalam kafe itu, saking seriusnya.
Mata Yoda sedikit meredup. Penghalang terbesar dia saat ini memang hanya Iqbal.
"Dek, lho, kenapa berada di sini? Tadi aku nungguin di depan gerbang kampus," ujar Iqbal seraya meraih lengan Amira. Tapi Amira cepat menghindar sehingga tangannya tidak disentuh Iqbal.
Yoda tersenyum tipis, pria polisi ini pasti akan sengaja cari perhatian, agar dirinya merasa pemilik Amira.
"Tadi aku ke sini dan makan di sini bersama Kak Yoda," sahut Amira setelah kagetnya reda.
"Begitu, ya? Ya sudah, kalau begitu lebih baik kamu pulang. Tidak baik pulang kuliah keluyuran lama. Nanti malah dicari tante lho," ujar Iqbal sok iya.
"Sebentar, kami belum selesai bicara." Yoda berusaha menahan Amira. Wajahnya diliputi kesal atas sikap Iqbal.
Karena tensinya semakin tinggi, dan keadaan kafe mulai ramai, Amira memutuskan pergi. Lagipula dirinya tidak ada keterikatan spesial, baik terhadap Yoda dan Iqbal. Amira memutuskan cari aman.
"Baiklah aku mau pulang." Amira keluar dari kursi, lalu bergegas pergi tanpa menghiraukan Iqbal maupun Yoda.
Yoda kecewa melihat Amira pergi yang diduganya lebih memilih Iqbal. Sementara Iqbal menyunggingkan senyum bahagia.
sabar bang Yoda..cinta emang perlu perjuangan.
hmm..Amira ujianmu marai koe kwareken mangan.aku seng Moco Karo mbayangke melok warek pisan mir.🤭
kk othor akuh kasih kopi biar melek bab selanjutnya 😁.
iqbal gk cocok
rnak yg lebih tua iya kan ehhh mapan buka n tua ding🤣😁😁☺️