NovelToon NovelToon
Harem Putri Bunga

Harem Putri Bunga

Status: sedang berlangsung
Genre:Dunia Lain / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Sering di-bully, hingga dikirim ke ruangan seorang dosen yang dikenal aneh, dia masuk ke dalam sebuah dunia lain. Dia menjadi seorang putri dari selir keturunan rakyat biasa, putri yang akan mati muda. Bagaimana dia bertahan hidup di kehidupan barunya, agar tidak lagi dipandang hina dan dibully seperti kehidupan sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Mencuri

"Siapa kalian?" tanya Deana melotot, dia memangku tubuh putri erat, sementara satu tangannya lagi telah memegang pisau kecil yang ia sembunyikan di balik punggung.

"Kami dari toko permata, di suruh oleh Nyonya Kaprina Rouce menyerahkan ini." Sebuah kotak dia berikan pada Deana.

Deana menyimpan senjatanya, menerima kotak itu. "Oh, terimakasih."

Deana masuk kembali sambil menggendong putri bayi dan kotak itu. "Wah, mahkotanya cantik sekali putri. Kamu pasti akan sangat cantik memakainya nanti saat pandai berjalan." Deana mencoba menempelkan mahkota itu di kepala putri.

Hari-hari terus berlalu, Deana sangat bisa diandalkan, dia hemat, pintar, cekatan, kuat. Sang putri tumbuh menjadi bayi gemuk nan sehat. Tak terasa putri bayi itu kini telah berumur 2 tahun, sudah bisa berbicara dengan beberapa kosakata ringan.

"Putri, hati-hati, bunga itu berduri!" Deana langsung menggendong putri dan menjauhkannya dari bunga mawar merah berduri.

Bunga ini adalah hadiah dari salah satu selir raja saat putri ulang tahun pertama. Walau dia anak selir rakyat biasa, miskin dan tak punya kuasa, tradisi hadiah setiap tahun selalu dilakukan oleh raja pada anak-anak yang terdaftar. Jadi, sang putri mendapatkan beberapa hadiah.

Deana memanfaatkan hadiah itu sebaik mungkin. Gubuk yang dulu reot dan buruk, kini menjadi bangunan yang besar dan cukup cantik, tanah hutan kosong itu perlahan Deana perluas, hampir setiap hari dia merambas dan menebang pohon. Kayu-kayu dari pohon itu dia gunakan untuk membuat alat-alat seperti meja, kursi, pintu dan lainnya, sisanya dia menyimpan untuk kayu bakar.

"Deana, mbil nga yu ri mpat lir pan!" perintah putri dengan cadel.

"Tidak. Selir akan marah jika kita mengambil bunga birunya dan aku tidak ingin di hukum," tolak Deana paham ucapan putri walaupun tidak terlalu jelas.

Sang putri cemberut.

"Kita tidak punya kekuatan, kekuasaan dan kekayaan, jadi jangan menentang siapa-siapa dulu. Musuh jangan dicari, kalo lawan menghadang baru kita lawan penuh perjuangan!" Deana menatap sang putri kecil itu, mengelus pipi gembulnya.

"Na na na!" Putri semakin cemberut.

"Putri, bagaimana kalau kita mencari tumbuhan lain yang bisa kita makan saja, dari pada bunga?" Deana membujuknya.

Sang Putri menggeleng kuat. Tangannya memangku di dada, cemberut.

Deana menghela nafas panjang. Akhirnya menuruti keinginan sang putri. "Ingat, putri tetap di sini, jangan kemana-mana!"

Sang putri mengangguk. Deana merangkak diam-diam, dia masuk melalui lobang kecil untuk mencuri bunga di taman selir ke-68 yang bersebelahan dengan lokasi mereka.

"*Deana, bunga selir ke-68 itu bermanfaat nantinya untuk kita. Ini semua untuk bertahan hidup. Maaf merepotkan kamu, tapi ini salah satu petunjuk yang pernah aku baca di buku*." Putri bergumam dalam hatinya.

Ya, walaupun dia bayi kecil, namun dia jiwa anak kuliah yang terperangkap di dalamnya, berbekal dengan pengalaman hidup dan buku yang ia baca sebelumnya. Awalnya dia tak bisa percaya, ragu dan merasa aneh. Akan tetapi, sejak dia dilahirkan, diberikan nama, dia yakin, dia memang telah menggantikan kehidupan putri kecil yang menyedihkan mati muda itu. Apalagi saat dia akan pingsan, dia mendengar jelas seseorang berkata tentang kehidupan baru.

"*Ya, jika memang ini kehidupan baruku, bukan hanya halusinasi, setidaknya di sini aku cukup bahagia dan berkecukupan. Duniaku sebelumnya cukup pelik. Yatim piatu, hanya tinggal dengan nenek miskin yang setiap hari marah, menyumpahi dan memukuliku, teman-teman dan tetangga sekitar juga membullyku. Setidaknya, di sini aku punya Deana, pelayan darah yang akan selalu bersamaku hidup dan mati*." Putri bermonolog dalam hati sambil menunggu Deana.

"Putri lari, lari!" Terdengar teriakan Deana.

"Tak!" Putri kecil itu tak berlari, dia malah menarik Deana yang baru setengah tubuhnya keluar dari lubang kecil itu.

"Lari putri, kakiku tertangkap!"

"Tak!" Putri itu menarik bahu Deana dengan tenaganya yang kecil.

"Cepat ambil semua bunga ini, lari!" Deana menyerahkan bunga-bunga yang dia ambil pada putri.

"Tak na! Lau mu ngkap ma ngan ku ga ngkap. Rang gang kimu, Ndang pat!" perintah putri agar Deana segera menendang-nendang orang yang memegang kakinya.

Dan ya, akhirnya Deana terlepas. Mereka berdua berlari terbirit-birit berdua. Ditengah jalan, Deana segera menggendong putri dan langsung menuju gubuk mereka.

Putri dari selir ke-68 berkacak pinggang. "Dia lepas lagi?" Marah pada dayang yang hendak menangkap bahkan sampai memegang kaki Deana tadi.

"Maaf, Yang Mulia Putri." Dayang-dayang itu hanya tertunduk.

"Dasar putri miskin, kerjanya setiap hari mencuri! Kalau saja bukan seorang putri, sudah ku datangi kediamannya dan patahkan tangannya!"

"Kau, perbaiki lubang ini dan periksa semua, tutup semua lubang, agar pencuri itu tidak bisa lagi masuk dan mencuri!" titahnya menunjuk dayang dan pengawal laki-laki.

"Baik, Yang Mulia Putri."

Ya, untuk menghukum keturunan raja, harus bisa menangkap basah, ditambah semua orang akan membela putri dari selir ke-69 dengan alasan kasihan.

Sebenarnya, beberapa orang terutama lokasi yang bertetangga dengan putri selir ke-69, hampir merasakan korban pencurian. Putri hanya mencuri tumbuhan, dalam jumlah porsi kecil, makanya beberapa orang berpura-pura tidak tahu dan membiarkan dengan alasan kasihan.

"Ah, ah!" Deana ngos-ngosan. Mereka baru sampai di gubuk. "Putri, aku tidak mau lagi mencuri. Kemarin Jendral memberi saya kepingan emas dan koin, setidaknya itu cukup. Stok makanan kita juga sudah banyak."

"Ya. Pi na, nting nga!"

"Tumbuhan yang aku curi itu penting? Ini hanya bunga biasa!" Deana mengeluh.

"Dak na!" Putri menggeleng, menarik ke-dua tangan Deana. "Nam di tan Na!" Dia menunjuk hutan di belakang.

"Anda ingin saya menanam bunga-bunga curian ini di hutan sana!" Deana menatap putri. Sang putri mengangguk.

Dia tersenyum menatap Deana penuh harap. "*Percayalah padaku Deana, mungkin sekarang aku tidak bisa menjelaskan padamu, tapi bunga-bunga ini akan menjadi langka nanti, kita bisa memanfaatkan tumbuhan ini untuk menjadi kaya dan membuat sekutu bersama mereka yang membutuhkan agar kita memiliki kekuatan dan kekuasaan*!" Putri berbisik dalam hatinya.

"Baiklah, jika itu yang Putri inginkan. Tapi sekarang sudah sore sekali, kita akan menanamnya besok pagi. Jadi, sekarang kita rendam dulu ya."

Putri mengangguk patuh.

Malam hari.

Deana dan putri tidur dengan penerangan seadanya. Di kerajaan Nerluc ini, anggota kerajaan banyak yang menggunakan penerangan dari batu permata yang penuh energi, terkadang hanya untuk berhemat barulah mereka memakai api sebagai penerang.

"Na, nti ta kan nyak mata!"

Deana tersenyum, mengelus pipi gembul putri. "Iya, nanti kita akan memiliki banyak permata, tapi sekarang kita harus berhemat dulu. Kita hanya akan menggunakan permata berenergi saat musim salju saja."

Di kerajaan ini dan sekitarnya, memiliki tiga cuaca. Pertama cuaca yang semua orang sukai, musim semi. Semua tumbuhan dan hewan hidup bagus, sungai mengalir, kehidupan menjadi baik, banyak hewan bahkan monster gemuk yang bisa ditangkap.

Yang kedua musim salju. Bagi mereka yang lemah akan banyak yang sakit, mati dan diperjualbelikan menjadi budak. Tanaman banyak mati karena membeku, sungai-sungai membeku, hewan-hewan kecil mati, para monster keluar mencari makan, sehingga mereka yang lemah menjadi santapan monster, namun bagi mereka yang kuat, musim salju adalah sumber uang. Mereka bisa pesta makan besar saat membunuh monster dan menjual dagingnya, bahkan terkadang jika beruntung dalam tubuh monster itu ada permata berenergi.

Yang ketiga musim gugur, musim ini yang kuat ataupun lemah tak punya kekuasaan kecuali memiliki makanan dan minuman. Hewan dan tumbuhan banyak yang mati, hanya mereka yang berhemat dan punya stok makanan yang bertahan. Tentu saja, musim ini banyak pencurian, perampokan, bahkan terjadi perang untuk saling menjarah makanan satu sama lain.

"Lo gur na?"

"Kalau musim gugur, udara masih terasa nyaman seperti musim semi, kalo musim salju, itu sangat dingin sekali, bahkan baju tebal pun tak bisa menahan dingin. Jadi, permata yang kita sembunyikan hanya akan kita gunakan pada musim salju. Semoga saja, tahun ini aman dan kita tidak menjadi korban perampokan." Deana mengelus punggung putri lembut.

"Na wat!"

"Hehehe. Terimakasih putri. Nah, sekarang ayo kita tidur, besok kita akan segera ke hutan!" Deana memeluk sang putri.

1
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Lina Hibanika
penasaran dengan kelanjutannya,, jangan lama-lama up nya ya author yg baik hati 🤗😉
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana aku kak🌹🙏🏻
total 1 replies
Lina Hibanika
ceritanya seru
Lina Hibanika
beuh ngaku koki kelas satu,, ga taunya sungguh mengecewakan 😒
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Cindy
lanjut
Cindy
lanjut kak
Rozh: Oke. terimakasih sudah membaca cerita sederhana saya ya🌹🙏🏻 semoga suka dan selalu menarik, up nya setiap sore atau malam ya🌹
total 1 replies
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!