Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Gosip
Pagi itu rumah sakit mendadak riuh. Suara langkah kaki bergegas, panggilan dokter lewat pengeras suara, dan tatapan heran dari setiap staf yang kebetulan melintas di koridor VIP.
Keluarga Prasetya datang dengan rombongan lengkap, Arvino berjalan paling depan, mendorong ranjang beroda tempat Tuan Besar Prasetya berbaring dengan alat monitor terpasang di dadanya. Mawar berjalan di sampingnya, sementara di belakang mereka, Dokter Zhao mengikuti dengan wajah tenang namun penuh kewaspadaan.
“Benarkah itu Tuan Besar Prasetya?” bisik salah satu perawat pada rekannya di dekat meja administrasi.
“Tidak mungkin … beliau kan sudah koma enam tahun,” jawab rekannya tak percaya.
“Tapi lihat ... beliau membuka mata!”
Beberapa dokter senior yang dulu pernah menangani Tuan Besar segera bergegas menghampiri, mencoba memastikan dengan mata kepala sendiri. Arvino menatap mereka dengan pandangan tegas, “Tolong rawat beliau dengan pengawasan penuh. Saya ingin semua peralatan terbaik dipasang hari ini juga.”
“Baik, Tuan Arvino,” jawab salah satu dokter terbata-bata.
Sementara itu, tatapan banyak staf rumah sakit justru tertuju pada sosok wanita yang berdiri di samping Arvino, yaitu Dokter Zhao. Wanita itu tampak profesional, namun kehadirannya menimbulkan bisik-bisik kecil.
“Bukankah itu dokter pribadi keluarga Prasetya?”
“Iya, tapi bukannya tunangan Tuan Arvino itu Nona Savira?”
“Kenapa bukan Nona Savira yang mendampingi? Kok dia malah nggak kelihatan?”
Bisikan itu terdengar sampai ke telinga Kinara, tapi dia memilih diam. Pandangannya hanya tertuju pada Tuan Besar yang kini dipindahkan ke ruang perawatan khusus. Arvino, yang berjalan di sampingnya, sempat menoleh sekilas dan berkata pelan,
“Terima kasih, Dokter Zhao. Tanpa Anda … mungkin hari ini takkan pernah ada kesempatan kedua untuk kakek saya.”
Kinara menunduk, menyembunyikan debar di dadanya.
“Tidak perlu berterima kasih, Tuan Arvino. Saya hanya melakukan kewajiban saya sebagai dokter,” jawabnya lembut.
Namun, jauh di sudut ruangan lain, seorang wanita berdiri dengan tatapan penuh kebencian. Savira yang sejak pagi datang diam-diam, melihat semuanya dari balik kaca koridor VIP. Wajahnya memucat, tapi matanya menyala penuh amarah.
“Jadi begini caramu menggantikanku, Dokter Zhao,” gumamnya pelan, senyum miring terukir di bibirnya.
“Baiklah … kalau begitu, aku pastikan kau menyesal sudah menyentuh dunia milik keluarga Prasetya.”
Siang itu suasana rumah sakit yang semula tenang berubah menjadi hiruk pikuk penuh bisik-bisik. Di ruang istirahat staf, di koridor, bahkan di area resepsionis, semua orang tampak sibuk membicarakan satu hal yang sama, yaitu nama Dokter Zhao.
Savira, dengan wajah lemah lembutnya yang penuh kepalsuan, berdiri di depan dua perawat junior sambil memperlihatkan layar ponselnya. Di sana terpampang beberapa foto Kinara dan Arvino sedang makan di restoran kemarin siang terlihat akrab, seolah mereka pasangan yang tengah berkencan.
“Kasihan, ya…” ucap perawat dengan nada setengah iba.
“Padahal Tuan Arvino itu sudah punya tunangan. Tapi lihat, Dokter Zhao bahkan berani makan berdua seperti itu. Orang-orang yang terlalu pintar kadang lupa batasannya.”
Perawat-perawat itu langsung menatapnya dengan pandangan terkejut.
“Serius, Dok? Jadi benar katanya … Dokter Zhao memang menggoda Tuan Arvino?”
Savira menunduk pura-pura enggan menjawab, lalu hanya berbisik pelan,
“Aku tidak ingin menuduh siapa pun … tapi semua foto itu nyata. Dan aku cuma kasihan pada anaknya semoga anak itu tidak tumbuh dengan contoh yang salah.”
Tak butuh waktu lama, gosip itu menyebar cepat seperti api di tengah padang kering.
Beberapa staf mulai berbisik setiap kali Kinara lewat.
“Aku dengar dia mendekati Tuan Arvino karena uang…”
“Katanya anaknya nggak punya ayah, jadi mungkin dia mencari figur ayah untuk anaknya…”
“Gila, dokter sekelas dia aja bisa kayak gitu, dunia udah aneh.”
Kinara yang baru keluar dari ruang pemeriksaan pasien sempat mendengar sepintas bisik-bisik itu. Langkahnya terhenti sejenak, napasnya berat. Tapi dia tidak menoleh, tidak juga membalas. Hanya Ethan yang menggenggam ujung jas putih ibunya, menatap wajahnya polos.
“Mommy kenapa? Mereka jahat, ya?”
Kinara tersenyum kecil, meski matanya meredup.
“Tidak apa-apa, sayang. Kadang orang suka salah paham sama hal yang mereka tidak tahu.”
Namun di sisi lain koridor, Savira berdiri bersandar di dinding dengan senyum penuh kemenangan.
“Rasakan itu, Dokter Zhao,” gumamnya pelan. “Aku sudah kehilangan segalanya karena kau, sekarang giliranmu. Aku butuh waktu untuk mempertahankan ini semua, kau dengan gampang ingin gantikan aku? Oh tidak bisa!”
ini koq semakin menjadi seolah lo yng terzholimi dan tersakiti
Agar orang-orang tidak salah menilai dr Zhao
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
udah salah belaga playing victim lagi