NovelToon NovelToon
MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

MEMPERBAIKI WALAU SUDAH TERLAMBAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Bapak rumah tangga / Selingkuh / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Aliansi Pernikahan / Mengubah Takdir
Popularitas:686
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

Ongoing

Feng Niu dan Ji Chen menikah dalam pernikahan tanpa cinta. Di balik kemewahan dan senyum palsu, mereka menghadapi konflik, pengkhianatan, dan luka yang tak terucapkan. Kehadiran anak mereka, Xiao Fan, semakin memperumit hubungan yang penuh ketegangan.

Saat Feng Niu tergoda oleh pria lain dan Ji Chen diam-diam menanggung sakit hatinya, dunia mereka mulai runtuh oleh perselingkuhan, kebohongan, dan skandal yang mengancam reputasi keluarga. Namun waktu memberi kesempatan kedua: sebuah kesadaran, perubahan, dan perlahan muncul cinta yang hangat di antara mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

Malam pertama pernikahan mereka berakhir tanpa suara. Tidak ada tawa. Tidak ada kecanggungan yang manis. Tidak ada doa atau janji sebelum tidur. Hanya keheningan yang menggantung di udara seperti kabut dingin.

Di kamar tidur utama rumah keluarga Fu, Feng Niu meletakkan tas tangannya di sofa dengan gerakan kasar. Ia membuka kancing gaun pengantinnya tanpa ragu, seolah kain putih itu adalah beban yang harus segera dilepaskan. “Aku akan mandi,” katanya singkat.

Ji Chen berdiri di dekat jendela, membelakangi ranjang besar yang belum tersentuh. Ia mengangguk kecil. “Baik.” Jawaban itu selalu sama. Tenang. Pendek. Tidak menuntut apa pun.

Feng Niu meliriknya sekilas hanya sekilas lalu masuk ke kamar mandi. Pintu tertutup dengan bunyi pelan, tapi bagi Ji Chen, suara itu terdengar seperti jarak yang kembali ditegaskan. Ia menghela napas pelan. Kemudian duduk di tepi ranjang.

Lampu kamar diredupkan. Di luar, lampu taman menyala satu per satu, menerangi halaman luas yang sunyi. Rumah ini besar, megah, dan… terasa kosong.

Ji Chen membuka kancing jasnya perlahan. Setiap gerakan terasa seperti rutinitas yang sudah ia hafal bahkan sebelum malam ini. Karena jauh sebelum pernikahan ini terjadi, ia sudah membayangkan kemungkinan terburuk. Dan ia tetap memilih maju.

...

Tujuh tahun lalu.

Di sebuah SMA elite di Beijing, halaman sekolah dipenuhi suara siswa yang baru pulang kelas. Ji Chen saat itu masih remaja dengan seragam rapi dan wajah lebih muda berdiri di lantai dua gedung utama. Tangannya menggenggam buku ekonomi internasional. Matanya tertuju ke lapangan basket di bawah.

Di sana, seorang gadis berambut panjang berlari kecil sambil tertawa. Seragamnya sedikit dimodifikasi rok lebih pendek dari aturan, pita leher longgar tapi tak satu pun guru berani menegurnya.

Feng Niu. Adik kelasnya. Putri keluarga Feng. Cantik. Berisik. Bebas. Berbanding terbalik dengan dirinya. “Ji Chen, kau tidak ikut?” tanya seorang teman.

Ji Chen tersentak. “Ikut apa?”

“Latihan basket. Kau kapten cadangan, tahu.” Ji Chen menoleh sebentar ke arah lapangan. Feng Niu sedang berbicara dengan seorang siswa laki-laki terlalu dekat, terlalu santai.

Dadanya mengencang tanpa alasan jelas. “Kalian duluan saja,” katanya. “Aku masih ada urusan.”

Temannya mengangkat bahu dan pergi. Ji Chen kembali berdiri sendiri. Ia tidak tahu kapan tepatnya perhatiannya tertuju pada Feng Niu. Mungkin sejak pertama kali ia melihat gadis itu menertawakan aturan sekolah. Atau sejak ia melihatnya menolak hadiah dari seorang senior dengan wajah bosan. Yang jelas—

Setiap kali Feng Niu lewat, dunia Ji Chen selalu terasa sedikit lebih ramai. Namun ia tidak pernah mendekat. Ia tahu posisinya. Anak bungsu keluarga Fu, calon pewaris, siswa teladan. Hidupnya diatur oleh jadwal, ekspektasi, dan kewajiban. Sedangkan Feng Niu Ia hidup seolah dunia ada untuk dinikmati. 

“Ji Chen, kau terlalu kaku.” Itu kata Lin Xue, teman masa kecilnya, suatu sore di perpustakaan. Lin Xue duduk di seberangnya, menyeduh teh dengan gerakan anggun. Sejak kecil, gadis itu selalu berada di dekatnya mengerti dunianya, memahami aturan tak tertulis keluarga Fu.

“Kau tahu?” lanjut Lin Xue sambil tersenyum tipis. “Kalau kau terus seperti ini, tak akan ada gadis yang tertarik padamu.”

Ji Chen tidak menjawab. Ia menutup bukunya. “Ada,” katanya akhirnya. Lin Xue terdiam. “Siapa?” Ji Chen tidak mengangkat kepala. “Tidak penting.”

Namun di benaknya, wajah Feng Niu muncul dengan jelas. Senyumnya yang ceroboh. Tawanya yang bebas. Tatapan matanya yang selalu menantang. Ia tahu, jika ia mendekat, ia akan kalah sebelum mulai. Maka ia memilih diam.

...

Air kamar mandi berhenti mengalir. Ji Chen tersadar dari lamunannya saat pintu kamar mandi terbuka. Feng Niu keluar dengan jubah mandi putih, rambutnya masih basah.

Ia tidak menatap Ji Chen. Langsung menuju meja rias, menghapus makeup dengan kapas, seolah Ji Chen tidak ada di ruangan itu. “Kau bisa tidur di sini,” kata Feng Niu tiba-tiba. “Aku tidak keberatan.”

Nada suaranya terdengar seperti memberi izin pada orang asing. Ji Chen berdiri. “Aku akan tidur di ruang kerja.” Feng Niu menoleh cepat. “Kenapa?”

Ji Chen terdiam sejenak. “Supaya kau nyaman.” Jawaban itu membuat Feng Niu mengerutkan kening. “Kau tidak perlu bersikap seperti korban,” katanya dingin. “Aku tidak meminta itu.” Ji Chen menatapnya. Lama.

“Aku tahu.” Ia berjalan keluar kamar tanpa berkata apa pun lagi.

Di ruang kerja yang dingin dan rapi, Ji Chen duduk di sofa, menatap langit-langit. Ia ingat satu kejadian lain.

Hari kelulusan SMA.

...

Feng Niu berdiri di depan gedung sekolah, mengenakan gaun pendek biru, dikelilingi teman-temannya. Tawa dan sorak memenuhi udara.

Ji Chen berdiri agak jauh, menggenggam amplop kecil di tangannya. Isinya sebuah surat. Ia menulisnya semalaman. Bukan pengakuan cinta. Hanya ucapan selamat. Ia ingin memberikannya.

Namun saat ia melangkah maju, ia melihat Feng Niu mencium pipi seorang pria asing dengan tawa lepas. Langkahnya terhenti. Surat itu tidak pernah sampai. Ia menyimpannya di laci meja selama bertahun-tahun, hingga akhirnya dibuang tanpa pernah dibaca.

...

Kembali ke masa kini. Ji Chen memejamkan mata. Ia bertanya pada dirinya sendiri untuk kesekian kalinya. Jika aku mengatakannya dulu… apakah segalanya akan berbeda?

Namun pertanyaan itu selalu datang terlambat. Karena sekarang, Feng Niu adalah istrinya. Istri yang tidak mencintainya. Istri yang bahkan tidak ingin berbagi ranjang dengannya. Dan Ji Chen—

Ia tetap mencintainya. Dengan cara yang sunyi. Dengan kesabaran yang bahkan ia sendiri tidak yakin sanggup ia pertahankan.

Di balik pintu kamar utama, Feng Niu berdiri diam setelah menyadari Ji Chen benar-benar pergi. Ia menatap ranjang besar itu sebentar. Lalu mendengus pelan. “Pria aneh,” gumamnya. Ia tidak tahu. Bahwa pria yang ia sebut aneh itu telah mencintainya jauh sebelum ia mengenakan gaun putih dan akan terus mencintainya bahkan saat ia mulai menghancurkan segalanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!