Pernikahan siri antara Nirmala Wongso dan juga Seno Aji Prakoso membuahkan hasil seorang anak laki-laki yang tidak pernah diakui oleh Seno, karena ia takut keluarga besarnya akan tahu tentang aibnya yang diam-diam menikahi gadis pelayan di club malam.
Setelah dinyatakan hamil oleh dokter Seno mulai berubah dan menyuruh Nirmala untuk menggugurkan kandungannya jika masih tetap ingin menjadi istrinya.
Namun Nirmala memilih jalan untuk mempertahankan buah hati dan meninggalkan kemewahannya bersama dengan Seno.
Penasaran?? ikuti jalan kisah Nirmala yang penuh dengan lika-liku kehidupan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Mobil yang ditumpangi Alaska berhenti pelan di depan rumahnya. Dengan semangat ia segera membuka pintu, langkahnya terasa ringan setelah perjalanan panjang. Belum sempat ia mengetuk pintu, beberapa tetangga sudah berdatangan satu per satu.
Wajah-wajah ramah itu menyambutnya dengan senyum lebar. Ada yang membawa kue, ada pula yang hanya menepuk bahunya penuh bangga.
“Selamat ya, Las! Akhirnya jadi tentara juga,” ucap Pak Mail sambil menjabat tangannya erat.
“Bangga sekali kampung ini punya perwakilan seperti kamu,” timpal Bu Atun sambil tersenyum hangat.
Alaska hanya bisa menunduk, menahan haru yang menggenang di matanya. Suasana rumahnya yang biasanya sepi kini berubah riuh oleh ucapan selamat dan doa-doa baik dari para tetangga.
Di dalam rumah Nirmala mulai mendengar sayup-sayup suara para tetangganya yang menyebut nama anaknya beberapa kali, karena rasa penasarannya uang tinggi akhirnya wanita paruh baya itu melangkah ke depan dengan tergopoh-gopoh.
"Kriiiet," pintu rumah dibuka, jantung Nirmala bergetar bahagia melihat para tetangga yang begitu antusias guyub mendatangi rumahnya hanya untuk mengucapkan selamat kepada sang anak, bahkan mereka ada yang membawa kue sangking bahagianya di kampung ini ada yang menjadi abdi negara seperti Alaska.
"Nak ... Kamu sudah datang," ucap Nirmala dengan nada terkejut. "Wah ... ini para tetangga terima kasih banyak sudah menyempatkan hadir, mari masuk," ajak Nirmala yang merasa bahagia melihat antusias mereka.
"Iya Bu Nirmala," sahut para tetangga.
Saat ini Nirmala mulai menjamu para tetangganya dengan jamuan yang sederhana, meskipun hanya kopi dan teh serta camilan seadaanya namun para tetangga merasa senang, dengan penyambutan tuan rumah yang begitu ramah.
"Wah ... Pak Mail dan Ibu Atun, beserta ibu-ibu lainnya saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih ya, sudah mau menyempatkan waktu untuk menyambut kedatangan anakku," ucap Nirmala sopan.
"Tidak masalah Ibu Nirmala, kami sebagai warga di desa Kali Agung merasa bangga salah satu warga kami menjadi abdi negara," sahut Pak Mail.
"Iya Bu Nirmala kami merasa bangga, dan tidak menyangka Ibu bisa menyekolahkan anak ibu sampai ke sekolah militer, ini semua berkat usaha keras Ibu dan Alaska," timpal Ibu Nilam.
"Terima kasih banyak ya Bu, ini semua juga berkat doa ibu-ibu dan warga di desa Kali Agung," sahut Nirmala.
Setelah berbincang dengan Nirmala para warga khususnya yang di wakilkan oleh Bapak Mail memberi pesan moril untuk Alaska.
"Baiklah Nak, semoga saja kamu bisa mengemban tugas negara dengan baik, jadilah abdi negara yang jujur dan tegas juga mempunyai hati, jangan pernah kecewakan kampung halaman mu," pesan Pak mail yang begitu menyentuh.
"Terima kasih Bapak, dan juga Ibu-ibu, Insyaallah Alaska akan menjaga amanah dari bapak dan ibu-ibu, doakan Alaska agar bisa menjadi abdi negara yang baik," sahut Alaska dengan kepala yang sedikit menunduk dan tangan yang di tempelkan di dadanya.
Setelah berbincang cukup lama akhirnya para warga mulai pulang satu persatu, dan saat ini tinggalah Alaska dan ibunya yang masih duduk di ruang tamu. Laska langsung memeluk tubuh ringkih ibunya, tangis haru pun pecah menyatukan keduanya ke dalam pelukan.
"Makasih banyak ya Bu, atas usaha dan kerja keras Ibu, mulai sekarang dengan tegas Alaska berkata, Ibu sudah sukses membuat anak Ibu dipandang oleh masyarakat," ucap Alaska dengan bangga.
"Ibu juga berterima kasih banyak padamu, terima kasih sudah menjadi anak yang kuat, anak yang tahan banting, berbagai macam ujian yang menerpa di dalam kehidupan Ibu, tapi ... kau tetap menjadi anak yang kuat dan hebat," sahut Nirmala.
Alaskan langsung menggenggam tangan ibunya, lalu mengecupnya dengan air mata yang berlinang. "Ibu, meskipun kehidupanku banyak rintangan, tapi Laska bersyukur mempunyai Ibu yang kuat, dan selalu menomor satukan kepentingan anaknya," ucap Laska.
☘️☘️☘️
Setelah momen haru di ruang tamu tadi, Nirmala langsung menyiapkan makanan kesukaan anaknya, meskipun suasana haru masih menyelimuti batinnya.
Tangan kecilnya begitu cepat menyiapkan beberapa hidangan, meskipun dengan lauk sederhana, tapi bagi Alaska ini sudah termasuk hidangan mewah yang tidak pernah ia dapatkan dari tempat lain.
"Akhirnya aku bisa mencium aroma masakan Ibu lagi," ucap anak itu sambil mendekat ke arah meja makan.
"Di makan ya Nak, Ibu sudah menyiapkan semuanya untukmu," kata Nirmala dengan senyum simpulnya.
Alaska mendudukkan bokongnya di kursi kayu itu, lalu dengan semangat menyantap makanan yang ada di hadapannya hingga tandas, selesai makan tiba-tiba saja anak itu mulai mendekati ibunya yang saat ini tengah duduk di ruang tengah.
"Bu ...," panggil Alaska.
"Iya Sayang," sahut Nirmala.
Sejenak Alaska mulai menyiapkan diri untuk bertanya sesuatu yang mungkin ibunya sudah mulai melupakan pertanyaannya empat tahun yang lalu.
"Eeeeemb ... begini Bu, aku mau nagih janji Ibu empat tahun yang lalu," ucap Alaska hati-hati.
Nirmala sempat terkejut pasalnya ia sudah lupa dengan janji yang ditagih oleh anaknya itu. "Maaf Nak, kalau boleh tahu janji apa ya?" tanya Nirmala hati-hati.
"Begini Bu, empat tahun yang lalu, aku sempat bertanya mengenai ayahku, tapi ... kata Ibu besok saja tunggu aku jadi tentara, baru Ibu mau bercerita semuanya."
Deg!!!
Hati Nirmala begitu sakit bagaikan di tusuk dengan sembilu pisau yang tajam mendengar sang anak menyebut nama itu lagi, nama yang susah payah ia singkirkan dalam kehidupannya.
"Nak ... apa dulu Ibu pernah berkata seperti itu?" tanya Nirmala lagi dengan nada yang bergetar.
"Benar Bu. Laska tidak pernah bohong," sahut Alaska sambil menatap wajah sang Ibu yang dipenuhi dengan guratan kesedihan.
"Bu ....," panggil Alaska sejenak.
"Iya ... Nak," sahut Nirmala gugup.
"Apa dia ... tidak pantas untuk di ceritakan, apakah dia ... orang yang begitu jahat sehingga Ibu sangat takut untuk menceritakan latar belakangnya?" tanya Alaska sekali lagi.
Nirmala mulai memejamkan matanya wanita paruh baya itu sadar jika anaknya sudah berada di usia yang cukup matang, meskipun hatinya terasa berat untuk berterus terang.
"Bu ... tolong jangan pernah membuat Alaska penasaran, apapun keadaan ayahku tolong kasih tahu saja, biar Laska tahu," ucap anaknya itu sedikit mendesak.
Nirmala semakin bingung dengan pertanyaan sang anak yang semakin membuatnya terdesak. "Sayang ... jika Ibu menceritakan semua apa kamu yakin bisa menerimanya?"
Alaska menatap sang Ibu sejenak. "Laska janji akan menerima semuanya dengan lapang dada."
"Meskipun itu sangat menyakitkan," potong Nirmala.
"Iya Bu, apapun keadaannya Laska akan menerimanya," sahut Laska penuh dengan keyakinan.
"Nak ... dulu ibumu ini kenal dengan ayahmu dan langsung suka begitu saja lambat laun ayahmu mengajak Ibu menikah, meskipun hanya siri bodohnya Ibu waktu itu menerima begitu saja tanpa mencari tahu asal usul ayahmu yang ternyata sudah mempunyai keluarga."
Deg!!!
"Apa! Jadi Ibu merupakan madu di dalam pernikahan tersebut?" sahut anaknya itu dengan terkejut.
"Iya Nak ... maafkan Ibu yang sudah membawamu ke dalam masalah pelik ini," sahut Nirmala dengan menahan air mata yang mulai menggenang.
"Terus gimana Bu ... itikad ayah setelah tahu Ibu hamil?" tanya Alaska penasaran.
Nirmala hanya terdiam ia tidak tahu harus bercerita atau tidak dengan sesuatu yang ia tahu pastinya akan membuat hati anaknya terluka.
"Nak ... tolong jangan paksa Ibu untuk bercerita dengan sesuatu yang Ibu sendiri sulit untuk ungkapkan," sahut Nirmala.
Alaska menatap ibunya dengan sorot mata yang penuh tanda tanya. Hatinya gelisah, seolah ada sesuatu yang disembunyikan.
“Ibu, jangan lagi sembunyikan apa pun dariku,” desaknya dengan suara bergetar. “Kalau ada hal yang bisa membuatku terluka, biarlah aku yang menanggungnya, bukan Ibu sendirian.”
Nirmala menggeleng pelan, air mata sudah menggenang di sudut matanya. “Nak … Ibu tidak sanggup. Kata-kata ini terlalu berat untuk Ibu ucapkan. Ibu takut kau membencinya, atau justru membenci Ibu karena Ibu tidak bisa berbuat apa-apa.”
"Tidak Bu, Alaska tidak akan pernah membenci siapapun Alaska hanya ingin tahu kejadian yang sesungguhnya itu saja," ucapnya penuh keyakinan.
"Ayah ... ayahmu tidak tidak pernah menginginkan ...." ucapan Nirmala terhenti di kata terakhirnya.
"Aku tahu, dia tidak menginginkan ku karena aku anak dari wanita yang identitasnya dia sembunyikan ... itu kan Bu yang ingin Ibu katakan."
Nirmala hanya bisa menangis dia sebenarnya tidak ingin mengatakan hal tersebut kepada sang anak, namun sebagai seorang Ibu ia juga tidak mau membuat anaknya berharap lebih banyak kepada seorang yang tidak pernah menginginkan kehadirannya.
"Ibu jangan menangis, aku kuat, lihatlah anakmu tidak menangis kan ...ayo lihat aku tataplah aku Bu," pinta Laska.
Sementara Nirmala langsung mendekap tubuh sang anak dengan tangisan yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Aku kuat Ibu, aku gak akan gentar meskipun orang yang membuatku hadir di dunia ini tidak pernah mengharapkan kehadiranku sama sekali," ucapnya sambil mendekap tubuh sang ibu.
Alaska mendongakkan kepalanya keatas menahan air mata yang akan menetes membasahi pipinya, ia tahu ini sangat menyakitkan, tapi cerita ini menjadi awal untuk dirinya agar tidak berharap terlalu banyak untuk bisa bertemu dengan sang Ayah.
Bersambung ....
Selamat malam semoga suka ya
😂😂😂😂