Menikah dengan pria yang dicintai merupakan impian setiap wanita. Begitu pun dengan ku,bisa menikahi pria yang tak hanya kucinta,tetapi juga rupawan dan tentu baik hatinya menjadi kebahagiaan tersendiri bagi ku. Ditambah mertua dan ipar dan keluarga suami begitu menyayangi ku.Tapi kebahagiaan itu tak bertahan lama. Hal itu berawal di saat aku memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang gak sengaja aku temukan di pabrik tempat aku bekerja. Suami,mertua,ipar dan semua keluarga nya menentang,yang katanya asal usul bayi itu tidak jelas.
"Kamu itu gimana sih,kok bisa-bisanya adopsi bayi itu tanpa persetujuan kami ? Gimana kalau bayi itu hasil dari hubungan gelap ? Asal usul nya gak jelas,bisa saja kan bayi itu hasil hubungan gelap,karena tak diinginkan makanya dibuang ,lah kamu malah pungut tuh bayi haram !" Ujar ibu mertuaku dengan kesal.
Sebagian cerita ini aku ambil dari kisah nyata dari beberapa narasumber di sekitar ku juga sebagian ada kisah ku juga.Jangan lupa like dan komen ya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon qsk sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Panas matahari begitu terik,aku berjalan terburu-buru,bukan karena panas yang begitu menyengat tetapi takut jika Arvan terbangun dari tidur nya,apalagi aku yang telah terlalu lama meninggalkan nya pergi ke warung. Baru sampai depan rumah rupanya anak-anak nya Mbak Tami tengah menggedor-gedor pintu rumah ku sambil berteriak-teriak memanggil Arvan.
"ARVANNN....main yukkk....!"
"Aku pinjam mainan kamu ....!"
"Arvan ayo keluar ! Jadi anak itu gak boleh pelit nanti gak ada teman nya ! "
"Buka pintunya,biarkan kita masuk !"
Aku pun dengan panik menarik anak-anak itu sedikit menjauh ," Syhuuuttthhh....kalian jangan berisik ya, Arvan nya sedang bobo nanti kalau udah bangun kalian bisa main " Ucap ku
Namun hal tak terduga,salah satu anak Mbak Tami berteriak memanggil ibunya sambil mengadu yang bukan-bukan.
"Mama...aku dimarahin bibi Mila...!"
"Hey,..bibi gak marah ,bibi cuman ngasih tahu jangan berisik Arvan lagi bobo " Ucap ku
Namun entah dari mana datangnya,ibu mertua langsung menarik cucunya dan seketika berhadapan dengan ku.
"Kamu jangan keterlaluan ya ! Mereka kan masih kecil belum ngerti apa-apa,wajar namanya juga anak-anak berisik. Kalau gak mau keganggu karena berisik pindah sana ke hutan ! Ke kuburan bila perlu ! Di sana tempat nya sepi ,cocok buat yang gak mau keganggu " Semprot ibu mertua padaku
"Loh,...bukan begitu maksud ku bu,biasanya kan aku juga gak pernah masalah mau berisik atau apapun itu ,tapi saat ini Arvan sedang tidur,aku juga bilangin nya baik-baik kok " Bela ku
"Jawab saja terus! Emang nya kamu pikir ibu gak tahu apa ! Tadi juga Vani bilang nya dimarahin sama kamu,anak kecil itu gak pernah bohong !" Ujar ibu mertua sambil menunjuk-nunjuk ku
Saat itu Mbak Tami juga datang menghampiri ku dengan ekspresi wajah marah.
"Apa maksud kamu marahin anak aku ? Aku gak terima ya,anak aku digituin ! Aku laporin kamu sama Danu,biar tau rasa !" Ancam nya
"Ya Allah mbak,siapa yang marahin anak mbak ,aku cuman bilangin buat gak berisik ,Arvan lagi tidur " Ucap ku membela diri
"Halah tidur...tidur saja jangan kebanyakan gaya gak mau berisik. Lebay ! Nooohh... tidur sana di hutan biar sepi !" Mbak Tami sambil menunjuk ke arah hutan.
Aku menghela nafas panjang,capek rasanya menghadapi ibu dan anak itu. Belum lagi kalau ada ipar aku yang lain nya ,bisa pecah kepalaku. Untung saja ipar ku yang lain sedang pergi menginap di rumah mertuanya di desa sebelah karena mertuanya sakit.
Tak ingin terus-menerus dipojokkan,aku memilih untuk pergi. Ku dengar suara Arvan memanggil ku. Ku abaikan teriakan ibu mertua dan iparku karena aku pergi begitu saja,seperti nya mereka tambah kesal padaku.
Sampai di dalam rumah,aku melihat Arvan sudah berdiri di samping sofa sambil tersenyum. Ya Allah,... senyuman nya itu seketika membuat hati ku yang panas jadi adem. Kehadiran Arvan di hidup ku membuka tabir kepalsuan ibu mertua dan antek-anteknya. Dulu sikap mereka baik padaku,aku bahkan sampai jarang menyentuh dapur karena setiap pagi dan sore selalu dibawakan makanan. Apalagi ayah mertua, bahkan tak segan-segan menunjukan kasih sayang nya padaku. Dulu aku masih bekerja di sebuah pabrik tetapi aku memutuskan berhenti saat memutuskan untuk mengadopsi Arvan.
Proses itu tak mudah,kami sampai terus menerus berdebat. Sampai akhirnya mas Danu mengizinkan ku mengadopsi Arvan,tapi dengan syarat yang sudah aku jelaskan sebelumnya yaitu Mas Danu tidak akan dan tidak mau ikut mengurusi Arvan. Dari sana sikap mereka semua berubah drastis. Ternyata omongan orang yang selama ini aku anggap angin lalu kini nyata adanya.
Sebelum menikah orang-orang sudah menasehati ku untuk pikir-pikir ulang,tapi aku tidak menggubris nya, bahkan orang tua ku sendiri pun tak ku indah kan ucapannya. Kini aku tahu jika keluarga Mas Danu itu matre dan toxic. Untung saja, mengenai usaha ku,aku tidak memberi tahu. Aku cukup nurut untuk yang satu itu.
Dulu saat aku masih bekerja di pabrik garmen, jauh sebelum menikah aku bersama teman ku membuka usaha kecil-kecilan di bidang kuliner. Setiap gaji yang kudapat ku sisihkan untuk modal sementara teman ku yang ngelola,aku jika libur bekerja ikut bantu-bantu. Dan akhirnya usaha kami kian berkembang dan maju. Alhamdulillah berkat kerja keras uang ku terkumpul sampai bisa membeli tanah beserta bangunan nya, lokasinya pun strategis cocok untuk dibuat usaha. Dan kini usaha kecil-kecilan itu sudah berubah jadi sebuah kafe yang menyediakan beraneka makanan. Dan dari hasil kafe itulah aku bisa mengumpulkan uang untuk berangkat kan orangtua umroh,meski endingnya harus gagal karena merenovasi rumah.
Suami dan keluarga nya belum tahu tentang kafe itu ,jika saja mereka tahu sudah pasti sikap mereka kembali baik padaku.
Pukul lima sore,Mas Danu pulang tapi dia tak lama langsung pergi lagi setelah mendapatkan telepon. Aku bertanya tapi dia bilang nya ada urusan kerjaan mendadak. Terkadang aku suka merasa heran memang nya sesibuk itu kah jadi staf kantor desa ?
Pukul delapan malam Mas Danu pulang,aku segera menawari nya makan tapi Mas Danu menolak,alasan nya dia sudah makan di jalan. Arvan masih bermain dengan mainannya,aku duduk disamping Mas Danu.
Sambil memijit lembut lengan nya aku bertanya ," Gimana tadi kerjaan nya ? lancar ?" tanya ku basa-basi
"Lancar "Jawab nya singkat
"Aku boleh tanya gak?" Tanya ku ragu
Mas Danu menarik ku dalam pelukan nya," Tanya apa ?" Tanya nya sambil mengusap kepalaku
"Kemarin malam Mas sebenarnya tidur di mana ?" Tanya ku
"Kan sudah di bilang ,aku nginep di rumah ibu " Jawab nya
"Kamu gak percaya sama aku ?" Tuduh Mas Danu mendorong tumbuh ku pelan.
"Gak mas, bukan gitu. Aku cuman nanya saja kok "Ucap ku memilih untuk tidak memperpanjang masalah
Hening...
Tak ada satu kata pun yang terucap dari mulut kami berdua. Hingga pada akhirnya Arvan merengek karena mengantuk. Aku lantas membawanya ke kamar. Tak lama,Mas Danu menyusul namun ia hanya berdiri di ambang pintu.
"Mas tunggu di kamar belakang ya !" Ucap nya sambil mengedipkan sebelah matanya
Aku tersenyum dan mengangguk,jika seperti itu Mas Danu pasti akan meminta jatah nya. Ngomong-ngomong,sudah hampir dua Minggu dari semenjak dia minta jatah ,baru malam ini dia minta lagi. Aku dengan semangat mendatangi kamar belakang begitu Arvan sudah terlelap. Tak lupa aku juga membersihkan bagian intim ku terlebih dahulu,agar tak mengecewakan dia dan juga supaya aku lebih percaya diri.
"Mas...." panggil ku pelan
Mas Danu mengulurkan tangannya dan segera ku sambut tangan nya.
"Aww...! " Aku berseru kaget saat Mas Danu menarik ku hingga aku terduduk di pangkuan nya.
Tanpa basa-basi Mas Danu segera menyambar bibirku dengan rakus. Kedua tangan nya pun sudah bergerilya ditubuh ku. Tak lama pemanasan Mas Danu segera melancarkan aksinya. Namun belum sampai lima menit permainan dia sudah kalah. Meski aku kecewa tapi tak pernah menunjukkan nya , walau bagaimanapun aku ingin menghargai nya.
Setelah itu aku pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi besar. Tak enak rasanya kalau tidur dalam kondisi tubuh tak suci. Hal yang paling ditakutkan ketika aku tidur aku tidak bisa bangun lagi untuk selamanya disaat tubuh ini tidak dalam kondisi suci. Nauzubillah....
Bersambung....