Berliana dan Exsel dulunya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sebuah insiden terjadi, hingga muncul kesalahpahaman diantara mereka.
Masing-masing saling membenci dan mengelak rasa sayang yang masih sama meskipun 5 tahun telah berlalu.
Dengan status dan kekuasaan Exsel, sangat sulit bagi Berliana untuk bisa lepas dari genggaman Exsel.
“Bagiku tak ada kata kembali! kaca yang pecah tak akan bisa memantulkan bayangan seperti semula.” ~Berliana
“Rasanya sulit melepaskan wanita itu, sekalipun dia yang salah. Kenapa?” ~Exsel
Jadi sebenarnya siapa yang salah? dan siapa yang benar?
Hingga perlahan-lahan kebenaran mulai terungkap, kesalahpahaman pun mulai terpecahkan. Hingga pada akhirnya menunjukkan Berliana tidak bersalah. Lalu bagaimana cara Exsel menebus kesalahpahaman itu pada sosok Berliana yang masih dicintainya?
Dan bagaimanakah sikap Berliana yang akan membalas ketidakadilan yang ia terima pada musuh-musuhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ArumSF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Flashback 2
Menghembuskan nafasnya gusar. Exsel langsung mendekat pada ibunya.
“Apa yang membuat Ibu tidak menyetujui dengan rencana saya untuk menikahi Berliana?”
“Karena dia hanya wanita miskin! bukankah ayahnya sudah bangkrut dan entah kemana. Ibunya juga malah menikah dengan laki-laki yang jelas dulu mengkhianati suaminya. Mereka berdua pasti sama saja!”
Ucapan Audya yang menggebu-gebu membuat Berliana hanya diam. Ucapan demi ucapan yang bagai pecahan beling yang menusuk membuat Berliana yang biasanya selalu terlihat acuh dan bodo amat, kini ia merasa tak berkutik karena tersinggung.
“Berliana beda, dia wanita yang sangat saya cintai. Dan dia juga mencintai saya,” yakin Exsel.
Exsel yang biasanya sangat irit bicara dan selalu bersikap acuh dan datar, ia dengan kukuh membela Berliana dihadapan ibunya.
“Mereka itu ibu dan anak, Exsel! mereka pasti memiliki sifat yang sama. Bisa saja nanti dia akan meninggalkan kamu di saat kamu terpuruk-”
“Tidak akan! saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi! saya tidak akan membiarkan istri saya dan ibu saya merasakan hidup susah!”
Exsel tidak berniat sombong, hanya saja itu sebagai bentuk janjinya kalau dirinya akan berusaha untuk membuka ibu dan istrinya hidup nyaman dan layak.
Biarkan Exsel yang merasakan sakit dan susahnya. Tapi orang yang ia cintai dan sayang harus menikmati hasil yang telah diusahakan olehnya.
“Ibu percaya. Tapi ibu tidak ingin jika wanita itu yang akan menjadi istri kamu. Ibu lebih suka jika Chelsea yang jadi istri kamu.”
Berliana yang mendengar nama Chelsea disebut. Ia langsung mengepalkan tangannya. Kenapa harus dengan Chelsea dirinya dibandingkan? wanita itu yang telah membuat hidup Berliana hancur.
Mungkin lebih tepatnya ayah Chelsea yang telah membuat Berliana dan ayahnya hancur. Dari perusahaan hingga ibunya yang direbut oleh laki-laki brengsek itu.
“Saya akan menikah dengan Berliana. Tidak peduli bulan depan atau mungkin Minggu depan Arfan akan mempersiapkan itu!” putus Exsel.
Exsel langsung menggenggam tangan Berliana yang mengepal. Ia memeluk wanita itu dan membawanya keluar dari mansion besar keluarga Biaswa.
Di dalam mobil.
Berliana yang duduk di samping Exsel hanya diam. Ia memilih menatap ke arah jendela mobil.
Bagaimana nasibnya nanti kedepannya? apakah nanti karirnya akan tetap berjalan dengan baik setelah kejadian waktu itu?
Berliana takut, ia takut jika nanti dirinya hamil.
Berliana ingat jika waktu itu dirinya melakukan kegiatan panas dengan Exsel tanpa pengaman dan itu secara berkali-kali.
“Saya akan tanggungjawab.”
“Gi.., gimana kalau aku hamil?”
“Itu anak saya.”
“Karir?”
“Kamu lebih memilih karir dibandingkan dengan anak kita?” tanya Exsel menatap lurus ke arah Berliana.
Apapun yang Berliana minta pasti akan Exsel turuti. Ia akan penuhi setiap kebutuhan Berliana dari hal yang paling penting hingga hal yang remeh temeh. Apapun itu akan Exsel penuhi dengan sekuat tenaga.
“Aku sudah bekerja dari lulus SMP. Dan itu sudah 5 tahun berlalu.”
“Jadi?”
“Aku masih ingin bekerja.”
“Dengan kondisi kamu yang lagi hamil?”
“Tapi itu 'kan belum pasti kalau nanti aku hamil atau tidak.”
“Tapi saya merasa kemungkinan besar kamu sedang hamil.” yakin Exsel.
Berliana langsung memukul keras pundak Exsel.
“Jangan dulu, aku takut.”
“Takut kenapa?”
“Belum bisa jadi ibu yang baik nantinya.”
“Biar saya yang akan menjadi Ayah yang baik untuknya. Kamu cukup merawatnya untuk saya. Biarkan semua keperluan dan keinginan kamu saya yang penuhi.”
Berliana yang mendengar itu langsung luluh.
“Tapi bagaimana jika kakek kamu juga tidak setuju?”
“Saya sudah menjalankan perusahaan sejak masih lulus SMP. Saya tidak sekolah seperti biasanya orang normal kebanyakan. Karena saya homeschooling sambil belajar menghandle perusahaan dengan diajari oleh Kakek,” jelas Exsel.
“Di umur 16 Kakek sudah mempercayakan perusahaan untuk saya kelola sepenuhnya. Meskipun Kakek masih kepala keluarga, tapi dia selalu percaya penuh dengan keputusan dan jalan yang saya ambil,” lanjut Exsel menjelaskan.
Sejak janji yang Exsel ucapkan saat itu. Berliana pun luluh dan benar-benar menantikan apa yang pernah Exsel janjikan padanya.
Beberapa Minggu berlalu.
Dan seperti yang pernah mereka prediksi jika ternyata Berliana hamil. Dan kandungannya sudah memasuk satu bulan.
Di satu sisi Berliana senang karena kehamilannya itu, tapi di sisi lain Berliana juga kecewa karena hingga sebulan berlalu dirinya belum juga menikah dengan Exsel dikarenakan kesibukan laki-laki itu.
“Sayang,” ucap Berliana saat sedang menelepon Exsel.
“Ya?”
Entah karena suasana hati Berliana yang gampang tersinggung atau memang Exsel yang sedang pusing dengan banyak kerjaan. Laki-laki itu terlihat sangat sibuk dan cuek pada Berliana akhir-akhir ini.
“A..,aku...,” Berliana bingung antara harus mengatakan kehamilannya ini atau tidak.
Di satu sisi Berliana ingin segera mengatakan langsung kehamilannya pada kekasihnya itu. Tapi di sisi lain ia juga ingin mengatakannya nanti saat Exsel sudah berada di negara Y.
Saat ini Exsel sangat sibuk dengan masalah perusahaan. Hingga dia sering bolak-balik keluar negeri untuk mengurus masalah perusahaannya langsung.
Di umur yang ke 24 laki-laki itu, perusahaan milik keluarganya sudah berkembang pesat di tangan Exsel.
“Kenapa? jika tidak ada hal yang penting kamu bisa nanti bicara langsung dengan saya saat saya sudah pulang,” ujar Exsel yang langsung membuat Berliana tersinggung.
“Aku masih ingin mengobrol dengan kamu. Apa sesibuk itu sampai kamu selama beberapa hari ini selalu saja mengabaikan telepon aku?” terdengar helaan nafas panjang dari Exsel saat mendengar kekesalan Berliana.
“Di sini sudah pukul 2 malam Sayang, kamu tidak ingat dengan perbedaan waktu diantar kita berdua saat ini.”
“Ya terus kapan aku harus nelpon kamu? saat aku nelepon kamu biasanya kamu 'kan sibuk bekerja dan tidak pernah mengangkat telepon.”
“Mau ngomong apa?” akhirnya Exsel memilih mengalah pada Berliana.
Hanya saja Berliana yang terlanjur kesal entah kenapa berbicara asal.
“Bilang aja kamu sedang menghindar dari aku. Kamu nggak mau tanggungjawab 'kan kalau nanti aku hamil?! kalau kamu nggak mau anak itu aku juga nggak mau!”
“Maksud kamu?” potong Exsel cepat ditengah luapan emosi Berliana.
“Aku gugurin!” kesal Berliana tiba-tiba.
“Berani?” ucap Exsel seakan mengancam Berliana untuk tidak bertindak lebih jauh.
Hanya saja Berliana yang mendengar itu justru menganggap jika ucapan Exsel seperti sedang menantang dirinya.
Berliana justru berfikir jika gertakan Exsel seolah ledekan untuknya.
“Berani!” putus telepon sepihak dari Berliana.
“Berliana!!” teriak Exsel kesal seakan memperingati wanita itu untuk tidak bertindak yang tidak-tidak.
Sayangnya sambungan telepon sudah terputus sepihak oleh Berliana. Hingga ucapan kesal ataupun umpatan Exsel tak bisa terdengar oleh Berliana.