Anna dan Ananta dua gadis kembar yang sengaja di pisahkan sejak masih bayi. Setelah dewasa, keduanya tidak sengaja kembali bertemu dan sepakat untuk bertukar tempat karena merasa tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.
Kehidupan keduanya bertolak belakang. Anna hidup sederhana di kota kecil, sedangkan Ananta hidup serba berkecukupan di Ibukota. Anna dicintai dengan tulus oleh Raksa, pemilik hotel tempat Anna bekerja sebagai Cleaning Service. Sedangkan Ananta sudah menikah dengan Rendra, salah pengusaha muda kaya raya. Sayangnya Ananta tidak dicintai.
Ikuti keseruan cerita mereka. Tolong jangan lompati Bab yaa.
Terima kasih sudah mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nittagiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis Misterius
Di kota lain, di dalam hotel berbintang, Ananta baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Ia bersiap untuk pulang ke rumah. Sepertinya, ia tidak sabar untuk kembali ke rumah. Makan malam yang nikmat bersama ayah dan ibunya.
“Sudah mau pulang?” Ananta kembali dibuat terkejut oleh suara yang tidak lagi asing.
“Aku suka kalau kamu jadi gadis penurut seperti ini.” Ucap Raksa sambil mengusap lembut kepala Ananta membuat pipi gadis itu bersemu.
‘Sadarlah, Anna. Bukan kamu yang dia cintai. Ya Tuhan apa yang sedang aku lakukan.’ Gumam Ananta di dalam hati.
Ananta terus melangkah acuh tak acuh, walau kini jantungnya terus berdetak seakan mau copot dari tempatnya, karena perlakuan manis Raksa.
Tanpa izin atau apa pun itu, Raksa kembali menarik Ananta masuk ke dalam mobil-nya. Ananta pun sama sekali tidak terlihat keberatan atas perlakuan Raksa terhadapnya, membuat Raksa kembali merasa aneh dengan sikap Anna dua hari ini. Gadis yang dulu nya selalu memberikan penolakan dalam hal apapun terhadap dirinya, kini tidak lagi. Gadis yang sering menciptakan jarak dengannya, kini tidak lagi terlihat seperti itu.
“Kamu baik-baik saja, kan?” Tanya Raksa sambil memasang sabuk pengaman di tubuh Anna.
“Kamu enggak suka aku seperti ini?” Tanya Anna.
“Aku suka, aku suka. Tetap seperti ini. Jangan seperti dulu lagi. Seperti kuntilanak aja. Kerjanya marah-marah mulu.” Ujar Raksa lalu mulai melajukan mobilnya membelah jalanan.
“Kuntilanak kerjanya tertawa, bego! Bukan marah.” Ujar Anna, gadis itu lalu tertawa.
Raksa terhenyak sejenak. Ini pertama kalinya ia melihat Anna seperti ini. Terlihat berbeda. Tapi benar-benar membuatnya semakin cinta pada gadis ini.
“Sa, kenapa kamu enggak lamar aku aja?” Tanya Anna. “Aku tahu kamu cinta aku, kan?” Tanya nya lagi. Kali ini, ia sudah menatap Raksa serius.
“Aku sudah sering melamar kamu. Tapi kamu selalu menolak. Kamu lupa?”
Ananta terkejut mendengar jawaban Raksa.
“Kamu siapa?” Raksa menghentikan laju mobilnya. Laki-laki itu meraih lengan Ananta, dan menatap lekat gadis itu. “Cincin yang aku gunakan untuk melamarmu, masih tersimpan di sini, Anna.” Raksa mengambil satu kotak cincin yang ia simpan begitu saja di atas dasbor mobil.
Ananta semakin tertegun. Bibirnya terkunci rapat.
“Jawab aku! Siapa kamu? Di mana Annastasya?” Teriak Raksa membuat Ananta terkejut.
“Aku Anna!” Anna menghempaskan genggaman tangan Raksa di lengannya. “Maksud aku itu, kenapa kamu tidak melamar ku lagi. Siapa tahu kali ini aku tidak akan lagi menolak. Iya, kan?” Setelah beberapa menit, Ananta akhirnya bisa bernafas lega, karena ia berhasil membuat laki-laki yang masih menatapnya lekat, kembali tenang. Tak lagi ada keraguan di mata yang terus saja menatapnya hangat itu.
“Jangan membuat ku takut, Ann. Tak masalah jika memang kamu merasa aku kurang pantas sebagai pasangan. Asalkan kamu tetap berada di sini, itu sudah jauh dari cukup buat aku.” Ucap Raksa penuh permohonan.
Ananta terdiam. Seberapa besar cinta Raksa untuk Annastasya, hingga membuat laki-laki yang kini kembali menekan pedal gas mobil ini, rela tak berbalas cinta nya hanya agar bisa tetap menjalani hari bersama.
Dalam perjalanan pulang, hening mengambil alih di dalam mobil. Ananta terdiam tanpa kata, begitu pula dengan Raksa. Keduanya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Hingga, tak berselang lama, mobil yang sedang membawa keduanya berhenti di depan rumah sederhana yang tidak lagi asing bagi Raksa.
“Terima kasih.” Ucap Anna setelah keluar dari dalam mobil. “Kamu tidak mampir makan malam dulu?” Tanyanya lagi, saat melihat Raksa tidak bergerak keluar dari dalam mobil. Laki-laki itu bahkan bersiap untuk berlalu dari sana.
Mendengar pertanyaan yang selama ini pertama kali ia dengar, membuat Raksa kembali diselimuti rasa yang tak biasa. Yah, gadis yang sedang berdiri di samping mobil nya ini, benar-benar gadis yang berbeda.
“Malam ini, aku akan makan malam di rumah. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan Papa dan Mama di rumah.” Jawab Raksa.
Ananta mengangguk. Gadis itu masih berdiri mematung, sambil terus menatap mobil yang kembali melaju meninggalkan dirinya di sana.
‘Sepertinya dia masih curiga dengan sikap aku. Ah, bodoh banget. Padahal Anastasya sudah memperingati aku untuk jangan terlalu dekat dengan laki-laki itu.’
Ananta masuk ke dalam rumah. Hari ini ia kembali lebih awal. Kali ini, bukan hanya laki-laki paruh yang sedang duduk di teras rumah, tapi ibu nya pun juga sedang menikmati secangkir teh di sana. Cinta yang tak termakan usia. Begitulah yang ada di pikiran Ananta.
“Aku pulang, Ibu, Ayah.” Ananta menyalami punggung tangan kedua orang tuanya bergantian, lalu ikut duduk di kursi teras di mana dua orang paruh baya itu berada. Benar-benar kehidupan yang ia impikan sejak lama. Memiliki orang tua yang begitu mencintainya. Juga laki-laki yang tidak kalah besar cinta nya.
“Nak Raksa tidak mampir?” Tanya Ibu.
Ananta tersenyum, lalu menggeleng.
“Baguslah. Akan lebih baik seperti itu. Kasian dia jika terus berada di antara kamu dan kedua orang tuanya.” Ucap Ibu lagi. “Menikah tidak hanya tentang seberapa besar cinta yang kita miliki. Tapi alangkah lebih baik, menemukan laki-laki yang setara. Agar nanti bisa hidup tenang tanpa khawatir.” Sambung wanita paruh baya itu lagi.
“Nak, Ayah dan Ibu akan mendukung apa pun keputusan kamu.” Kali ini Ayah sudah meraih tangan Ananta dan menggenggamnya dengan erat. Terlihat begitu jelas kekhawatiran di mata tuanya.
Ananta tidak menjawab sepatah kata pun. Malam itu, sebelum ia dan Anastasya berpisah, gadis itu sama sekali tidak menceritakan masalah diri nya dengan Raksa. Anastasya hanya memperingati untuk tidak terlalu dekat dengan laki-laki yang jelas-jelas jatuh cinta padanya itu.
“Bu, hari ini aku pulang lebih awal, karena ingin menemani ibu memasak makan malam yang enak. Agar nanti, saat aku sudah menikah, aku bisa menghidangkan makanan enak seperti yang ibu lakukan setiap hari.” Ucap Ananta. Ia ingin mengakhiri percakapan tentang Raksa. Hari ini, ia sudah membuat Raksa curiga, jadi ia tidak boleh membuat ayah dan ibunya juga curiga. Karena bagaimana pun, Anastasya sama sekali tidak menjelaskan bagaimana kehidupannya dengan Raksa.
Bagaimana sebenarnya perasaan gadis itu terhadap laki-laki yang keliatannya begitu mencintainya itu? Benar-benar gadis yang sangat misterius.