Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Drt...Drt...Drt...
Ponsel Sashy berdering saat wanita itu baru keluar dari kamar mandi. Sashy mendekati ponselnya yang berada diatas nakas dan melihat siapa yang memanggil.
Bibirnya menyunggingkan senyum muak, nama Fatur yang tertera membuatnya malas.
"Ngapain nelpon-nelpon," Gumamnya yang enggan untuk mengangkat panggilan dari suaminya itu.
Sashy memilih duduk disofa sambil menyalakan televisi. Wanita cantik yang hanya memakai kimono itu duduk santai tanpa peduli dengan seseorang yang diluar sana uring-uringan.
Fatur menatap kesal layar ponselnya yang tidak bisa menghubungi Sashy. Pria itu tampak mengusap wajahnya kesal dan jengkel.
"Sashy! Kamu dimana sih!" Katanya dengan nada kesal.
Fatur menatap mobilnya yang mogok, saat pulang kerja entah kenapa mobilnya tiba-tiba mogok, dan ia pun tak tahu harus melakukan apa, kap bagian depan mobil ia buka namun tak tahu harus melakukan apa. Biasanya Sashy akan membantu jika mobilnya tidak bisa hidup, wanita itu sedikit-sedikit memiliki keahlian sebagai montir, bukan hanya keahlian memuaskannya di atas rajang saja.
"Duh, mana gak ada taksi lewat lagi." Fatur menoleh kanan dan kiri, jalanan yang ia lewati memang bukan jalan utama jadi jarang kendaraan yang lewat apalagi malam begini.
Kalau saja Celine tidak membuatnya tertahan dengan alasan bayinya, pasti Fatur sudah pulang sejak sore tadi. Tapi ini sudah malam ia terjebak karena mobilnya yang mogok.
Sashy tersenyum miring melihat berapa banyak suaminya itu mengirim pesan, belum lagi pesan-pesan yang masuk membuat Sashy semakin kesal.
"Disaat kamu susah kamu cari aku Mas, tapi kamu lupa aku kalau lagi senang." Ucapnya sinis.
Sashy memilih untuk tidak peduli, wanita itu melakukan perawatan malam pada wajahnya sebelum tidur.
Sedangkan Fatur sampai dirumah hampir jam sebelas malam, beruntung ada ojek yang lewat jika tidak dirinya pasti akan tidur didalam mobil.
"Sayang, aku pulang!" Serunya saat memasuki rumah dan melonggarkan dasinya yang terasa mencekiknya.
Fatur menghempaskan tubuhnya ke sofa, pria itu tampak kelelahan.
"Sayang!" Serunya lagi karena Sashy tak muncul, biasanya wanita itu akan menyambutnya saat pulang namun ini di panggil-panggil kok ngak ada batang hidungnya yang muncul.
"Sashy, kamu di mana!" Fatur beranjak dari duduknya dan memilih untuk mencari keberadaan istrinya di kamar, karena di dapur tak ada, mungkin saja Sashy sudah tidur di kamar.
Ceklek
Sunyi senyap dan terasa dingin seperti tak ada penghuni yang menempati.
"Sayang.." Fatur masuk kedalam kamar dan menaruh tas kerjanya di atas ranjang. "Sashy, kamu didalam!" Panggilnya di depan pintu kamar mandi.
Fatur membuka pintu yang tak terkunci itu, sama saja kosong bahkan terlihat seperti tak habis di gunakan.
"Kemana dia," Gumam Fatur.
Meraih ponselnya lagi, Fatur mengubungi nomor Sashy tapi kali ini sudah tidak tersambung, nomor Sashy tak aktif.
"Ck, kemana dia!" Kesal Fatur.
....
"Git, gue duluan..."
Sashy mengirim pesan pada sahabatnya jika dirinya pergi lebih dulu untuk berangkat ke kantor.
Sashy mendapat pesan dari pak Setyo jika hari ini direktur utama akan datang, jadwal lusa menjadi dimajukan. Alhasil Sashy pergi ke kantor lebih dulu.
Saat melintasi jalanan yang masih sepi, Sashy melihat sebuah mobil berhenti di pinggir jalan, tampak seorang pria sedang menelepon dilihat dari raut wajahnya pria itu terlihat bingung.
"Masih jam tujuh." Sashy melirik jam di pergelangan tangannya, dengan melihat kondisi belakang mobilnya, Sashy memilih memutar balik untuk menghampiri mobil yang mogok tersebut.
"Kenapa pak?" Tanya Sashy setelah mendekat dan berdiri disisi mobil yang mogok.
Pria yang sedang panik itu tersentak. "Eh, mbak em Nona. Ada apa ya?" Tanyanya bingung. Bahkan ponselnya masih menyala dan masih terhubung dari sambungan telepon tadi.
"Ini, mobilnya kenapa mogok?" Tanya Sashy lagi.
"Oh ini gak tau mbak, tiba-tiba mogok padahal saya sedang buru-buru mau jemput bos saya." Ucap pria itu dengan helaian napas kasar.
"Boleh saya lihat." Sashy meminta persetujuan.
"Boleh, memangnya mbak ngerti mobil?"
Sashy hanya tersenyum, ia melangkah dan berdiri didepan kap mobil yang sudah terbuka.
Meneliti sekitar Sashy tampak mengamati mesin dan tangannya terulur untuk memastikan.
Pria yang berdiri disampingnya hanya bisa menatap, hingga tangan Sashy memegang sebuah kabel lalu memasangnya dengan mudah.
"Hah, cuma sepele tapi bisa buat mobil mogok ya." Ucap Sashy disertai kakehan kecil.
Pria disampingnya hanya diam membisu dengan wajah tak percaya.
"Coba hidupkan pak, siapa tahu belum bisa nyala." Katanya sambil melempar senyum lebar.
"Ah, iya mbak!" Pria itu gelagapan dan melakukan apa yang Sashy perintah.
Breeem
"Huhh, nyala." Gumam Sashy sambil menutup kap mobil.
"Sudah pak, Alhamdulillah nyala." Ucap Sashy.
Pria itu tersenyum lebar dengan tatapan tak percaya, "Mbak terima kasih ya, mbak hebat ngerti mobil, saya aja ngak seberapa tahu." Ucap pria itu.
Sashy hanya tersenyum,"Hanya sedikit pak, dan kebetulan hal kecil yang saya tahu."
"Iya mbak, sekali lagi terimakasih. Dan semoga bos saya tidak tantrum saya telat jemput."
Sashy terkekeh, "Kalau tantrum gampang pak, kasih aja susu nanti juga diam. Kalau begitu saya permisi." Sashy pamit pergi. Meninggalkan pria yang melongo mendengarkan ucapan Sashy.
"Mana bisa bos di kasih susu. Saya harus cari susu dimana." Gumamnya sambil garuk kepala.
Pria itu tidak sadar jika di seberang telepon seseorang tampak kesal mendengar percakapan terakhir mereka.
...
"Pagi mbak Sashy, tumben pagi-pagi sekali udah datang." Sapa security di lobby.
"Iya pak, mendadak hari ini direktur utama akan tiba." Sashy membalas ramah sapaan security.
"Iya mbak, saya juga sudah mendapat infonya."
"Kalau begitu saya permisi pak,"
Sashy pamit dengan sopan, sikapnya yang ramah dan memiliki atitut yang baik membuat Sashy banyak di sukai, namun tak jarang juga ada yang iri dengan apa yang Sashy miliki. Wajah cantik, baik dan karir bagus. Apalagi berita tentang Sashy yang akan menjadi sekretaris pribadi pun sudah tersebar di perusahaan tersebut. Membuat orang-orang yang tidak suka semakin iri.
Sashy memasuki ruangannya, ia menyiapkan berkas-berkas yang akan di butuhkan nanti untuk rapat penyambutan direktur baru mereka. Karena yang Sashy dengar direktur baru itu memiliki jiwa Workaholic. Jadi Sashy memilih sedia payung sebelum hujan badai angin ribut.
...
"Mas kamu ngapain pagi-pagi kesini!" Celine tampak terkejut melihat Fatur berdiri didepan pintu rumahnya.
"Cek, aku lapar mau makan." Ucap Fatur yang langsung menerobos masuk tanpa peduli tatapan Celine yang bingung.
"Minta makan Mas? Emangnya istri kamu kemana?"
Fatur duduk di kursi makan, namun saat membuka tutup saji Fatur tak melihat apapun di sana.
"Kamu ngak masak?" Tanyanya sambil menatap wajah Celine yang berdiri dengan wajah cemberut.
"Ngak, aku kan ngak bisa masak, dan aku ngak terbiasa makan berat kalau pagi." Ucapnya dengan ketus.
Fatur menghela napas, "Celine Kamu kan lagi hamil, pikirkan bayi mu kalau kurang asupan makanan dan gizi." Ucap Fatur dengan wajah frustasi.
Mata Celine mendelik menatap Fatur tak suka. "Kamu kan tahu mas kalau aku ngga bisa makan makanan berat, aku harus menjaga tubuh ku agar tetap ideal!" Seru Celine kesal.
"Ya tapikan kamu lagi hamil sayang, jadi-"
"Udah ya Mas stop!" Aku bisa jaga kesehatan bayi ini, dan aku tahu apa yang harus aku lakukan." Celine bicara dengan nada tinggi dan marah membuat Fatur semakin merasa kesal. Namun mengingat Celine sedang mengandung Fatur mencoba untuk sabar.
"Lagian kamu kan biasa makan dirumah, ngapain minta makan kesini." Celine memiliki Fatur dengan wajah yang masih kesal.
"Sashy tidak pulang, ngak tau kemana. Makanya aku belum makan."
"Apa! Sashy pergi ngak pulang?"
Kepala Fatur hanya mengangguk, sedangkan Celine tampak berpikir.
"Mas jangan-jangan dia selingkuh."