NovelToon NovelToon
Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:15.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Dia adalah darah dagingnya. Tapi sejak kecil, kasih ibu tak pernah benar-benar untuknya. Sang ibu lebih memilih memperjuangkan anak tiri—anak dari suami barunya—dan mengorbankan putrinya sendiri.

Tumbuh dengan luka dan kecewa, wanita muda itu membangun dirinya menjadi sosok yang kuat, cantik, dan penuh percaya diri. Namun luka masa lalu tetap membara. Hingga takdir mempertemukannya dengan pria yang hampir saja menjadi bagian dari keluarga tirinya.

Sebuah permainan cinta dan dendam pun dimulai.
Bukan sekadar balas dendam biasa—ini adalah perjuangan mengembalikan harga diri yang direbut sejak lama.

Karena jika ibunya memilih orang lain sebagai anaknya…
…maka dia pun berhak merebut seseorang yang paling berharga bagi mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ini Baru Permulaan

Burhan melirik tajam ke arah Sri.

Tatapannya bukan hanya marah, melainkan tatapan menelisik.

Satu lirikan yang seolah berkata: "Ada apa ini? Kenapa anakmu ada disini?"

Sri menunduk. Jemarinya yang gemetar meremas ujung kebaya mahalnya.

Dadanya naik turun. Dia tak pernah menyangka Hana akan sejauh ini.

Tampil di tengah pesta, mencuri perhatian, mengenakan baju dan tas putrinya sendiri.

Matanya menatap Hana dengan getir. Tapi Hana tetap berdiri tegak. Tatapannya tak bergetar.

Di sisi lain, Malika tampak terpukul.

Matanya berkaca-kaca. Bibirnya mengerucut, nyaris menangis.

Dia tahu betul gaun itu,bahannya, potongannya, bahkan sulaman namanya yang ia pesan di bagian dalam.

Itu baju impiannya.

Dan kini, musuhnya, anak kandung ibu tirinya yang memakainya.

Bukan hanya tamparan, tapi penghinaan.

Malika menggertakkan gigi. Ia hendak melangkah maju, tapi Burhan menahan lengannya halus.

Para tamu mulai memperhatikan.

Beberapa ibu-ibu berbisik pelan. Anak-anak muda mulai mengambil ponsel, merekam diam-diam.

Beberapa remaja pria bahkan tak bisa menyembunyikan kekaguman mereka, saling menyikut dan menyenggol bahu, tertawa kecil.

“Cantik banget, bro… itu siapa sih?”

“Gila, itu tamu atau model ya? Gaunnya keren abis…”

Burhan tahu, pesta ini bisa berubah jadi aib.

Bukan hanya untuk Malika, tapi untuk seluruh keluarga.

Ia menggenggam napasnya, lalu dengan cepat menarik senyumnya, palsu tapi cukup meyakinkan.

“Teman Malika,” katanya lantang sambil menepuk punggung Hana pelan. “Anaknya teman lama saya. Dia jauh-jauh datang dari luar kota.”

Sri menatap Burhan tak percaya.

Tapi ia tahu ini satu-satunya cara menjaga citra keluarga.

Senyumnya dipaksakan. Dia ikut tertawa pelan dan merangkul Malika yang nyaris tak bisa menyembunyikan amarahnya.

Hana tersenyum tipis.

Bukan karena diakui. Tapi karena mereka akhirnya takut.

Takut aib mereka terkuak, takut pesta mereka berubah jadi pertunjukan horor.

Dan yang lebih menyenangkan: mereka tak bisa mengusirnya. Bukan sekarang.

Burhan menggiring tamu untuk kembali fokus pada perayaan.

“Yuk, kita lanjutkan acaranya. Makanannya sudah siap!”

Musik diperdengarkan kembali. Tamu-tamu tertawa dan mulai bergerak ke arah buffet.

Namun malam ini, panggung telah berubah.

Kini semua mata tidak hanya tertuju pada Malika.

Tapi juga pada gadis misterius yang tampil mencolok, tenang, dan memegang rahasia besar.

Hana

 

Pesta terus berjalan, namun tak seorang pun bisa menyangkal bahwa segalanya terasa aneh.

Lilin telah ditiup, tepuk tangan telah diberikan, lagu ulang tahun telah dinyanyikan.

Namun si ratu pesta, Malika tak mampu menyembunyikan wajah masam dan tatapan dendamnya.

Bajunya yang dipinjam darurat tak semewah yang ia rencanakan, dan gaunnya yang sempurna kini melekat di tubuh musuh abadinya.

Sri dan Burhan pun serba salah.

Mereka tersenyum, bertepuk tangan, bersalaman dengan tamu, namun semua terasa seperti pementasan kosong.

Di antara semua itu, Hana tetap bersinar.

Anggun. Tenang. Memukau.

Beberapa tamu bahkan menyangka dia adalah bagian dari hiburan pesta.

“Kamu model, ya?”

“Anaknya siapa, sih? Cantik banget.”

“Pakaiannya mirip tema pesta… kayak sengaja dipilih.”

Tapi Hana hanya membalas semuanya dengan senyuman tipis.

Tak ada satu pun informasi yang dia bagikan.

Karena pesta ini bukan untuk dia dikenal… tapi untuk membuka mata siapa yang butuh dihancurkan.

 

Sri panik. Ia mencoba menghampiri Hana beberapa kali, namun gagal.

Hana selalu bergerak luwes, berpindah tempat, atau pura-pura sedang mengobrol.

Burhan juga mencobanya, tapi semua terasa terlalu terbuka. Dia tak bisa menciptakan momen yang cukup privat di tengah kerumunan.

Hingga akhirnya, saat tamu-tamu tengah fokus pada hidangan,

Hana terpojok di dekat dapur luar.

Burhan muncul dari kanan. Sri dari kiri.

Dan tanpa bisa menghindar, mereka menarik lengannya dengan cepat dan menggiringnya masuk ke dalam rumah.

Tidak ada yang memperhatikan.

Semua sibuk dengan piring masing-masing.

Pintu kamar utama ditutup rapat.

Di dalam ruangan beraroma parfum mahal dan lampu yang redup kekuningan, Hana hanya berdiri diam.

Senyumnya mengembang kecil.

Ia tahu saat ini pasti akan datang.

Burhan mendekat. Gerahamnya mengencang. Matanya menyala.

“Apa yang kamu lakukan, ha?! Mau bikin malu keluarga ini?!”

Sri di belakangnya gemetar.

“Gila kamu, Hana! Kamu pikir ini lucu?! Kamu pikir kamu siapa?!”

Tapi Hana… tetap santai.

Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu perlahan duduk di ujung kasur dengan anggun, tanpa melepas senyumnya.

“Tenang, Pak. Bu. Tamu-tamu kalian belum tahu apa-apa,” katanya santai, menatap langsung ke arah Burhan.

“Setidaknya… belum.”

Burhan mengepal tangannya.

Hana melihatnya, lalu tertawa pelan, tawa pendek yang menusuk.

“Bapak jangan emosi. Ingat, reputasi toko sembako besar itu bisa hancur kalau salah bicara atau salah pukul.”

Hana berdiri lagi. Langkahnya mendekati keduanya.

Wajahnya hanya sejengkal dari wajah Sri.

“Lagipula…” bisiknya lembut. “Kalian harusnya bersyukur aku cuma datang bawa surat saja.

Belum bawa wartawan, atau… polisi.”

Sri menutup mulutnya. Napasnya tercekat.

Burhan terdiam. Tapi matanya masih penuh ancaman.

Hana tersenyum.

“Tenang. Aku belum selesai main. Tapi kalau kalian masih mau main kasar…”

Ia mencondongkan wajahnya.

“…aku bisa lebih ganas dari kalian sepuluh tahun lalu.”

Sunyi.

Dan di luar, musik ulang tahun kembali mengalun.

Tapi di dalam kamar itu… badai sedang ditahan paksa.

Pintu kamar terbuka keras.

Malika muncul.

Wajahnya merah, rambutnya setengah berantakan, dan matanya menyala penuh kemarahan.

Seisi ruangan seolah ikut bergetar oleh aura bencinya.

“Kamu!”

Suara itu menggema seperti tembakan.

Malika melangkah cepat ke arah Hana, seperti seekor singa betina yang baru kehilangan wilayahnya.

Sri menahan napas. Burhan hendak bergerak. Tapi mereka berdua terlalu lambat.

Malika sudah di depan Hana dan tangannya terangkat, siap menghantam.

Namun…

Hana tak bergeming.

Matanya tak melepas tatapan Malika sedikitpun. Dan begitu tangan Malika hampir menyentuh pipinya.

“Ck.”

Dengan gerakan tenang tapi cepat, Hana menangkap pergelangan tangan itu.

Suasana membeku.

Hana perlahan berdiri dari duduknya, wajahnya tetap tenang.

Ia menatap Malika dari atas ke bawah, tajam, dingin, meremehkan.

“Cepat juga tanganmu naik,” gumamnya pelan.

“Sayang, otakmu nggak secepat itu.”

Malika hendak berontak, tapi Hana menggenggam lebih erat.

Tatapan mereka bertemu, tajam dan saling menerkam.

“Baru bajumu saja yang aku ambil,” bisik Hana dengan senyum miringnya.

“Selanjutnya... aku akan ambil semuanya.”

“Apa maksudmu, dasar perempuan kampung!”

Malika mencoba menarik tangannya, tapi Hana tidak melepaskan.

“Baju, tas, pesta ini, dan…”

Hana menoleh ke arah Burhan dan Sri yang membeku,

“…semua yang kalian dapat dari uang nenekku. Termasuk toko, rumah ini, dan reputasi palsu kalian.”

Malika terdiam.

“Jangan terlalu panik, saudariku sayang.”

Hana melepaskan tangannya perlahan, lalu merapikan rambutnya sendiri.

“Ini baru permulaan.”

Malika masih tak percaya.

Matanya berkaca-kaca, bibirnya gemetar, dan dadanya naik turun.

Tak pernah sekali pun dalam hidupnya dia merasa kalah.

Tapi sekarang

Di depan orang tuanya.

Di hari ulang tahunnya.

Dengan gaun miliknya di tubuh gadis yang ia benci.

Malika hancur tanpa bisa menyembunyikannya.

1
moominRJ
Lanjuttt kaa 😍
moominRJ
Mamam tah burhan😝
moominRJ
Ya allah ka keren bngt novelnya🫶🫶👏🏻
moominRJ
Hana👍👍
moominRJ
Kerennn pak pol😍
Fittar
duh disaat hana mau berdamai, musuhnya kok malah siap menyerang lagi... klo hana tau mereka bersiasat buruk pasti hana lebih murka
semoga hana masih tetap waspada...jangan sampai hana jadi menikah dengan pria paruh baya yang kejam pilihan si Burhan
Novi Galuh
jangan sampai Hana terjebak ya, thor. kasihan....
Yenni Ajah Lah
/Good//Good//Good//Heart//Heart/
Novi Galuh
nggak sabar lihatnya nanti saat Rendy ketahuan... burhan pusing tujuh keliling🤣
Aningrum
haduhh,, dah mulai deg²an nih..
Novi Galuh
pradipta, langsung aja ajak nikah Hana.
Nar Sih
karya kak almaira semua nya bagus alur nya pun ngak ribet dan aku udh bca semua yg di nt semagat kak 👍🥰
Nar Sih
hati,,dan tetap waspada dgn mereka hana ,burhan udah siap kan rencana jht nya pada mu ,semoga aja gagal ya
Novi Galuh
ini emg cocok bgt kalo malika sama rendy😄
Jelo Muda
sehari menemukan novel ini...sehari langsung kelar sampai bab 24... daaaannnn... keren habisss....mantabbb


good job thorr...sehat sehat..up nya yg bnyk ya ..
Aningrum: semua karya author yang satu ini memang the best
total 1 replies
Jelo Muda
mantul...mantab..keren .. bagus bngttt .istimewaaa ..luwaaarrr biyaasaaaaa.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Dan semoga pradipta si paling peka, menempatkan mata² disekitar Hana.
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Rubah pola pikirmu hana, Bersama mereka kamu punya keluarga baru. Yang siap menerima segala kekurangan dan kelebihanmu
🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀
Good pak polisi, Jangan termakan omongan Malika. Nyatanya dia sudah bermain api dengan Rendy
Vay
🥰🥰😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!