Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kau Rebut Ibuku Ku Rebut Calon Suamimu

Kedatangan Tak Terduga

Seorang wanita muda berdiri tegak di depan pagar rumah seseorang. Tangannya gemetar memegang secarik kertas kusut yang tertulis alamat dengan tinta hampir pudar. Ia menoleh ke kanan dan kiri, memastikan bahwa inilah tempat yang sudah bertahun-tahun hanya hidup dalam bayang-bayang ingatannya—rumah sang ibu.

Hana menarik napas panjang, lalu menekan bel di samping pagar. Harapannya sederhana seseorang membuka pintu. Tapi di balik harapan itu itu, ada badai yang seolah telah menunggunya. Terik matahari siang itu menambah tekanan yang menggumpal di tubuhnya.

Tak butuh waktu lama, daun pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya melangkah keluar. Awalnya santai, hingga pandangannya bertemu dengan wajah Hana. Langkahnya langsung dipercepat. Mata itu, yang dulu begitu hangat, kini menatap dengan amarah dingin dan tajam. Rahangnya mengeras. Tak ada pelukan. Tak ada air mata rindu. Hanya kemarahan dan keterkejutan.

Sang ibu berdiri di hadapannya, wajahnya penuh ketegangan.

“Kenapa kamu datang ke sini?”

Begitulah, bukan sapaan, bukan pula pelukan, melainkan bentakan pertama setelah hampir satu dekade mereka tak bertemu.

Hana tak bergeming. Tatapan dingin sang ibu, bahkan nada bicara yang seolah hendak menusuk harga dirinya, tak membuatnya gentar. Ia sudah menyiapkan diri untuk ini, untuk sambutan yang tidak ramah, untuk luka yang akan menganga lagi.

Tapi kali ini, ia tak datang sebagai gadis kecil yang terluka.

Ia datang sebagai wanita yang siap membalas.

Sebuah senyum sinis terukir di sudut bibirnya. Bukan senyum bahagia bertemu ibu setelah sepuluh tahun, melainkan senyum pahit penuh ironi. Senyum seseorang yang sudah tak lagi berharap, hanya membawa satu tujuan, balas dendam.

"Aku cuma mau melihat wajah ibu, yang sudah lama tak datang menemui ku," ucap Hana pelan namun tegas.

Sri, sang ibu, memejamkan mata sejenak. Rahangnya mengeras, bibirnya mengatup kuat menahan emosi. Bukan karena rindu, tapi karena kemarahan, karena kedatangan Hana seperti bom waktu yang bisa meledakkan ketenangan hidup barunya kapan saja.

Malika.

Sri menoleh ke dalam rumah, cemas. Pandangannya gelisah seperti menyembunyikan sesuatu. Ia takut Malika, putri tiri yang selama ini ia banggakan dan rawat dengan sepenuh hati melihat siapa yang berdiri di luar pagar.

Karena bagi Sri, Hana adalah masa lalu yang memalukan. Luka yang seharusnya sudah terkubur.

"Pergilah sebelum Malika melihatmu," bisiknya tajam, hampir memohon, namun tetap menjaga wibawanya.

Hana mengangkat satu alis. "Kenapa harus takut?"

Sri tak menjawab. Hanya diam dan menunduk dengan gusar, lagi-lagi karena takut Malika keluar rumah.

Hana menghela napas, lalu mundur selangkah.

“Tenang saja, Bu. Ini baru permulaan,” ucapnya tenang namun penuh ancaman.

Sri berdiri kaku di balik pintu pagar yang masih setengah terbuka. Matanya menajam, menyapu Hana dari ujung kepala hingga kaki, seolah kehadiran putri kandungnya itu adalah aib yang baru saja bangkit dari kubur.

"Apa sebenarnya maksudmu datang ke sini, Hana? Kau sudah besar. Kau pasti paham tempat ini bukan lagi rumahmu," ucap Sri tajam, suaranya lirih tapi penuh tekanan.

Hana hanya memiringkan kepala, senyumnya melebar, nyaris seperti mengejek.

"Aku tahu," jawabnya ringan. "Aku bukan bagian dari keluarga ini. Ibu sudah menghapus aku sejak lama, kan?"

Sri menggertakkan gigi. "Pulanglah. Sebelum Malika..."

"Ah, Malika lagi..." Hana memotong dengan nada pelan namun penuh sindiran. "Putri kesayangan kalian itu? Jangan khawatir, aku tak akan menyentuh satu helai rambutnya selama ia tak mengusikku."

Wajah Sri memucat. Pandangannya kembali gelisah menengok ke dalam rumah, seolah bayang-bayang Malika bisa muncul kapan saja dari balik tirai jendela. Tapi Hana tidak berhenti di situ.

Ia melangkah lebih dekat ke pagar, menatap ibunya dari jarak yang nyaris membuat napas mereka bersentuhan.

“Izinkan aku masuk, Bu. Atau...” ia tersenyum miring, "biar aku teriak di sini... supaya tetangga-tetangga tahu bahwa ibu Sri yang terhormat ini punya anak kandung yang sudah dibuangnya belasan tahun lalu."

Nada suara Hana lembut, tapi ancamannya menggigit seperti sembilu. Ia tahu titik lemah ibunya, reputasi dirinya dan sang suami.

Sri tercekat. Tangannya yang menggenggam pagar mengeras. Lidahnya kelu. Dihadapannya kini bukan lagi anak kecil yang mudah diusir. Ini adalah seorang wanita yang datang membawa luka dan keberanian.

Akhirnya, dengan tarikan napas berat dan raut terpaksa, Sri membuka pagar sepenuhnya.

"Masuklah," katanya dingin. "Tapi jangan pikir aku akan menyambutmu dengan hangat."

Hana melangkah masuk dengan anggun. Senyumnya tetap mengembang, senyum seorang musuh yang baru saja memenangkan babak pertama perangnya.

"Tenang, Bu. Aku sudah tak pernah mengharapkan kehangatan darimu."

Sri tiba-tiba menyeret lengan Hana dengan kasar, langkahnya cepat dan panik. Hana nyaris terjatuh saat tas besar di pundaknya terseret lantai, namun ibunya tak peduli. Bagi Sri, saat ini hanya ada satu hal penting, jangan sampai Malika tahu.

Mereka berjalan menyusuri sisi rumah, melewati taman kecil dan rak-rak pot bunga yang tertata rapi. Sri mendorong Hana masuk lewat pintu samping yang terhubung langsung ke dapur. Aroma sabun cuci dan makanan sisa menggantung di udara, menciptakan kontras tajam dengan ketegangan yang memenuhi ruang.

Tanpa banyak bicara, Sri menarik Hana lebih dalam, lebih tersembunyi, menuju sebuah kamar kecil di ujung dapur. Kamar pembantu. Ukurannya sempit, berdebu, dan kosong, seolah tak pernah disentuh selama bertahun-tahun.

Cekrek.

Pintu ditutup rapat. Sri menempelkan telunjuk di depan bibirnya. “Diam. Jangan satu kata pun sampai aku bilang.”

Napas Hana masih terengah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia menatap ibunya dalam diam, menahan emosi yang bergulung dalam dada.

Sri menyilangkan tangan di dada, berdiri di ambang pintu dengan wajah gelap.

“Cepat katakan. Apa maumu? Uang?” bisiknya tajam, hampir mendesis.

Hana menghela napas panjang. Kakinya terasa berat, tubuhnya lelah oleh perjalanan jauh dari desa. Tapi yang lebih melelahkan adalah kenyataan ibu kandungnya sendiri kini memperlakukannya lebih buruk dari orang asing.

“Ya Tuhan…” lirihnya dalam hati, hampir tak terdengar, “sebegitu bencinya kah ibuku padaku?”

Ia menunduk sejenak, menguatkan diri. Tidak. Ia tak datang untuk menangis. Ia tak akan memberi ibunya kesempatan melihat dirinya lemah. Ia adalah Hana yang baru. Hana yang kuat. Hana yang datang untuk membalas luka lama.

Perlahan, ia menatap ibunya, kali ini dengan sorot mata yang tajam.

“Aku hanya ingin satu hal, Bu. Aku ingin hidupku kembali.”

Sri mengerutkan dahi, bingung sekaligus terintimidasi. “Hidupmu? Maksudmu apa?”

Hana tersenyum tipis. “Yang kau dan suamimu rampas. Yang kalian hancurkan saat kalian memilih Malika dan membuang aku.”

Sunyi. Udara di dalam kamar itu seolah mengeras. Sri terdiam, matanya menyipit, mulai menyadari bahwa kedatangan Hana bukan hanya sebuah kunjungan kejutan. Ini adalah permulaan dari sesuatu yang lebih besar. Sebuah pembalasan.

Terpopuler

Comments

Inooy

Inooy

baru awal udh emosi jiwa aquuuuh.....

ka @🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀 gimana iniiii,,novel yg d rekomendasikan ma kaka udh bikin esmosi 🤭...tp kaya nya bagus nih cerita...

2025-07-08

1

sudrun

sudrun

klo dlm bhasa arab sih bagus, malika 'penguasa', tapi entah kenapa di otak ini mlah ke inget iklan kecap bango.

2025-07-06

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Minum Aqua Bu Sri... biar Ndak pucet... dan yang terpenting tetap fokus...
takutnya ujug ujug Monster Malika muncul, selalu takut sama Malika, udah kayak monster aja.

2025-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 Kedatangan Tak Terduga
2 Mie Instan VS Nasi Putih
3 Amplop 5 Juta Saja?
4 Mengamati Mencatat Lalu Menyusun Rencana
5 Kejutan Pesta
6 Ini Baru Permulaan
7 Putri Yang Kembali
8 Kedatangan Nenek Rosma
9 Perjodohan
10 Persekongkolan
11 Pradipta
12 Dia Hanya Benalu!
13 Pendekatan Rendy
14 Pembatalan Pernikahan
15 Lamaran Dadakan
16 Bertukar Pasangan
17 Kencan Pertama
18 Berhak Tahu dan Berhak Cemburu
19 Kemana Rendy?
20 Tak Sesuai Ekspektasi
21 Perbedaan Kasta
22 Hana Dihakimi
23 Aib Dari Putri Kesayangan
24 Provokasi Malika
25 Melupakan Dendam dan Rencana Kelam
26 Jasman si Tua Keladi
27 Siasat Kejam Burhan
28 Pernikahan Mengerikan
29 Pernikahan Sesungguhnya
30 Pertemuan yang Dinantikan
31 Menanti Hukuman
32 Malam Pertama Kelabu
33 Pemilik Sah
34 Saldo Kosong
35 Semuanya Hilang
36 Mengambil Alih Simpati
37 Pelukan
38 Tanggung Jawab Rendy
39 Ampuni Kami
40 Mengambil alih Toko
41 Dewinta?
42 Sri Dikhianati
43 Cinta dan Memaafkan
44 Rumah Dewinta
45 Hanya Tamu tak Diundang
46 Fakta Baru
47 Tiga Benalu
48 Rencana Pernikahan
49 Sebatas Impian
50 Rahasia Masa Lalu
51 Rayuan Maut Rendy
52 Kehilangan Sri
53 Menciummu
54 Mengusir
55 Rumah Sewaan
56 Meninggalkan Istana Ilusi
57 Dicampakkan di Hari Pernikahan
58 Penyesalan dan Kebencian
59 Keinginan Malika
60 Penolakan Sri
61 Kemunculan Hendra
62 Ayah
63 Karma
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Kedatangan Tak Terduga
2
Mie Instan VS Nasi Putih
3
Amplop 5 Juta Saja?
4
Mengamati Mencatat Lalu Menyusun Rencana
5
Kejutan Pesta
6
Ini Baru Permulaan
7
Putri Yang Kembali
8
Kedatangan Nenek Rosma
9
Perjodohan
10
Persekongkolan
11
Pradipta
12
Dia Hanya Benalu!
13
Pendekatan Rendy
14
Pembatalan Pernikahan
15
Lamaran Dadakan
16
Bertukar Pasangan
17
Kencan Pertama
18
Berhak Tahu dan Berhak Cemburu
19
Kemana Rendy?
20
Tak Sesuai Ekspektasi
21
Perbedaan Kasta
22
Hana Dihakimi
23
Aib Dari Putri Kesayangan
24
Provokasi Malika
25
Melupakan Dendam dan Rencana Kelam
26
Jasman si Tua Keladi
27
Siasat Kejam Burhan
28
Pernikahan Mengerikan
29
Pernikahan Sesungguhnya
30
Pertemuan yang Dinantikan
31
Menanti Hukuman
32
Malam Pertama Kelabu
33
Pemilik Sah
34
Saldo Kosong
35
Semuanya Hilang
36
Mengambil Alih Simpati
37
Pelukan
38
Tanggung Jawab Rendy
39
Ampuni Kami
40
Mengambil alih Toko
41
Dewinta?
42
Sri Dikhianati
43
Cinta dan Memaafkan
44
Rumah Dewinta
45
Hanya Tamu tak Diundang
46
Fakta Baru
47
Tiga Benalu
48
Rencana Pernikahan
49
Sebatas Impian
50
Rahasia Masa Lalu
51
Rayuan Maut Rendy
52
Kehilangan Sri
53
Menciummu
54
Mengusir
55
Rumah Sewaan
56
Meninggalkan Istana Ilusi
57
Dicampakkan di Hari Pernikahan
58
Penyesalan dan Kebencian
59
Keinginan Malika
60
Penolakan Sri
61
Kemunculan Hendra
62
Ayah
63
Karma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!