Di larang Menjiplak apalagi mengubah dalam dalam bentuk AU ataupun POV ceritaku. Karya ini dilindungi undang-undang!
Ketika sebuah kesalah pahaman membuat gadis 18 tahun yang masih duduk di bangku SMA terikat pernikahan dengan guru baru di sekolahnya. Begitu banyak drama dalam pernikahan mereka berdua yang jauh dari kata akur. Namun di balik itu semua mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain.
"Bagaimana malam ini kita buat anak." Senyuman jahat terukir di wajah Zidan dan mendadak wajah Zila langsung pucat.
Gadis itu menggeleng cepat."Jangan Om. Aku masih dibawah umur. Badannya aku juga krempeng, Om juga nggak akan suka," ucap Zila memelas.
Azila yang manja dan Zidan yang galak bersanding dalam sebuah pernikahan yang tak terduga. Mampukah Zidan membina rumah tangga dengan gadis yang terpaut jauh lebih muda darinya? Dan bisakah Zila menjadi istri dari pria dewasa berusia 28 tahun saat teman-teman tengah menikmati kebebasannya sebagai remaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon windanor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
A & Z: Perselisihan
"Kamu kenapa? Sakit kakinya?" Dina melontarkan pertanyaan kala memperhatikan cara jalan Zila yang sedikit berbeda. Dan hari ini mereka tengah melakukan pelajaran olahraga. Anak-anak kelas 12 A IPS sudah berkumpul di lapangan.
Zila tertegun sejenak dan sesaat kemudian ia menggeleng."Nggak kok, cuma kemarin aku kepleset di kamar mandi," jawabnya bohong disertai senyuman tipis.
Dina tampak terkejut mendengarnya."Lain kali hati-hati. Bahaya tahu, aku paling takut kalau kepeleset di kamar mandi kepala kita bisa ke bentur bak penampungan air yang terbuat dari semen itu, kan serem," balas Dina panjang lebar.
Zila hanya terkekeh menanggapinya. Di apartemennya mana ada bak penampungan air. Mengingat ia tinggal di apartemen mewah milik suaminya.
"Iya deh, lain kali aku hati-hati."
Kini, keduanya tengah melangkah menuju ke lapangan di mana teman satu kelas mereka sudah berbaris teratur dan berurutan sesuai instruksi guru olahraga. Seperti biasa, mereka akan melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan praktek olahraga yang sudah ditentukan hari ini.
Zila tampak malas-malasan melakukan gerakkan pemanasan. Tubuhnya masih terasa pegal-pegal dan sesekali ia menguap karna rasa kantuk yang mendera. Rambut panjang sebahu-nya ia biarkan tergerai dan berayun-ayun tertiup angin.
Di tempat yang sama, Zidan terlihat tersenyum menatap sosok istrinya di tengah lapangan. Entahlah, yang pasti ada rasa yang menggelitik di hatinya di tambah kegiatan mereka tadi malam seperti mimpi indah baginya.
"Sepertinya Bapak Zidan sangat suka sekali melihat anak-anak olahraga," ucap bapak Baskoro, guru bahasa Inggris yang kini tengah berjalan beriringan dengan Zidan menuju kelas yang akan mereka masuki.
"Ada sesuatu yang menarik di sana," balas Zidan tanpa mengalihkan pandangan matanya dari sosok Zila.
Bagi Zidan, Zila adalah batu permata yang paling indah dan bersinar dari ribuan wanita.
Bapak Baskoro yang mendengar itu mengkerutkan keningnya, bingung dengan jawaban Zidan. Menurutnya tidak ada yang menarik dari anak-anak yang tengah melakukan kegiatan olahraga itu.
"Anda tidak akan bisa melihat sesuatu yang menarik itu." Zidan menoleh pada bapak Baskoro yang semakin bingung. Ucapan Zidan ibarat metafora yang sulit dipahami.
Setelah melakukan pemanasan kini, semua anak-anak kelas 12 A berkumpul menuju ring basket. Kali ini pelajaran mereka adalah memasukkan bola basket ke ring dengan sempurna.
"Aku takut banget nggak bisa masukkin. Kan bola basket itu berat," keluh Dina menatap guru olahraga tengah memperagakan memasukkan bola basket ke ring.
"Belum juga coba, tapi asli deh main bola basket itu seru," balas Zila, yang memang sangat menyukai olahraga mendribel bola tersebut.
"Heh Zila!"
Suara Kayla membuat Zila yang tengah asik mengobrol dengan Dina terhenti. Ia menoleh ke sosok gadis yang bersedekap dada dengan tampang wajah angkuhnya.
"Ada hubungan apa kamu dengan bapak Zidan?"
Satu alis Zila tertarik mendengar itu."Maksudnya?"
Kayla tertawa sinis dengan jawaban Zila yang seolah pura-pura tak tahu dengan maksud ucapannya."Nggak usah pura-pura polos deh! Anak-anak semua juga tahu kamu memiliki hubungan spesial. Mana ada murid perempuan setiap hari masuk ke ruang gurunya, mana ruangannya di kunci lagi!"
Bagaimana tidak, Kayla pernah hendak membuka pintu ruangan Zidan saat Zila berada di dalam dan anehnya pintu di kunci dari dalam, tentu itu mengundang kecurigaan Kayla yang memang tidak menyukai Zila dari dulu.
"Sebaiknya kamu pergi dari hadapan kita berdua! Omongan kamu itu selalu membahas bapak Zidan terus. Kalaupun Zila punya hubungan sama bapak Zidan memang salah? Lagian nggak ada larangan murid suka sama guru!" Dina angkat suara membela Zila. Ia benar-benar dibuat gemas dengan Kayla yang selalu memojokkan Zila.
Kayla semakin menggeram marah."Nggak usah ikut campur!" Kayla mendorong bahu Dina kasar.
"Nggak usah dorong-dorongan dong!" Kini, balik Dina yang mendorong Kayla, hingga gadis itu hampir jatuh terjungkal.
"Stop! Udah jangan berantem!" Zila melerai keduanya yang sudah siap saling mencakar."Kayla, sebaiknya kamu pergi dari hadapan kita. Dan kalaupun aku punya hubungan dengan bapak Zidan itu bukan urusan kamu."
Ucapan yang Zila lontarkan semakin membuat Kayla marah. Cemburu, marah, dan tak terima menjadi satu. Ia benar-benar menyukai guru muda itu tapi dengan mudahnya Zila bisa mendapatkannya.
"Tuh dengerin kata Zila, kamu nggak punya hak Zila punya hubungan atau nggak dengan bapak Zidan." Dina semakin puas melihat raut kesal Kayla.
"Aku tidak_"
"Kayla!" Suara keras guru olahraga membuat Kayla menghentikan ucapannya."Ayo kemari, sekarang giliranmu," ucap guru olahraga tersebut yang melemparkan bola basket pada Kayla.
Zila tampak bernapas lega setelah kepergian gadis tersebut. Uratnya selalu tegang jika berhadapan dengan Kayla. Memang dari awal ia memasuki SMA Bina Bangsa Kayla sudah menaruh rasa benci dan tak sukanya pada dirinya. Entah apa salahnya.
"Din, aku izin ke toilet dulu ya," ucap Zila.
"Oke. Tapi jangan lama-lama ya takutnya nanti giliran kamu," balas Dina yang dibalas anggukan singkat oleh Zila.
•
•
Zila kembali mengenakan celananya setelah buang air kecil. Ia mencuci tangan dan membasuh mukanya terlebih dahulu sebelum kembali ke lapangan. Suara seseorang membuka pintu toilet tidak menarik perhatian Zila yang fokus mencuci tangannya.
Baru hendak menatap dirinya dipantulkan cermin. Wajah Zila mendadak pucat kala menatap seseorang yang kini berdiri di belakangnya dengan penuh seringai.
Dan mendadak pandangan matanya menggelap. Zila hilang kesadaran ketika orang tersebut dengan cepat membekap hidungnya dengan saputangan yang sudah disemprotkan cairan bius.
______
Hai semuanya! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
See you di part selanjutnya:)