Xiana Jizzy Ghozaline adalah staff lama di kantor milik Giorgino Dirgantara. Hanya saja selama Xiana bekerja dia belum pernah bertemu dengan Dirga, karena Dirga berada di luar negeri. Dirga yang tidak memiliki kekasih, memaksa Xiana untuk menjadi kekasihnya dengan banyak keuntungan yang akan di terima Xiana. Apakah Xiana akan menyetujui permintaan Dirga atau justru sebaliknya dengan seribu trik Xiana dia akan melarikan diri dari jeratan Dirga
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayalifeupdate, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menolong Xiana
Pagi ini meskipun dengan kaki dan perut yang masih terasa sakit, karena menggunakan heels di tengah proyek dan telat makan, Xiana tetap masuk bekerja dengan harapan hari ini tidak seburuk kemarin.
Dirga sudah berada di ruangannya saat Xiana sedang membuatkan kopi, kemudian membawa ke dalam ruangan Dirga.
“Selamat pagi Pak Dirga, silahkan kopinya”
“Xiana”
“Iya Pak”
“Saya minta maaf untuk Tindakan Bu Lusi”
“Tidak apa-apa Pak, sudah sewajarnya Bu Lusi marah karena saya tidak bisa meyakinkan Bapak kemarin”
“Tapi tidak dengan kekerasan fisik Xiana”
“Tau dari mana Pak Dirga soal ini” Batin Xiana
“Tidak apa-apa Pak, mungkin karena Bu Lusi kemarin kelelahan jadi tidak bisa mengontrol emosinya. Biasanya Bu Lusi tidak seperti ini Pak”
“Hmm, ya sudah lanjutkan pekerjaan kamu”
“Baik Pak, permisi”
Xiana kembali bekerja, meskipun dengan menahan rasa sakit di perutnya. Pukul 10.00 Xiana menuju ruang meeting bersama dengan Dirga dan semua Head of department.
Meeting yang sudah berlangsung hamper 45 menit tersebut xiana lalui dengan baik, hingga Xiana merasa perutnya semakin sakit dan rongga mulutnya seperti terbakar.
“Xiana!” Triak Dirga
Xiana tidak sadarkan diri karena sakit perutnya, dan yang membuat semua orang terkejut Dirga adalah orang pertama kali yang dengan sigap menolong Xiana, bahkan menggendongnya keluar dari ruang meeting.
Ditengah hebohnya pernyataan orang tentang Dirga, pemandangan tersebut justru terlihat dengan jelas di hadapan Rini dan Lusi. Rini terkejut karena Dirga sedikit tergesa-gesa menggendong Xiana, dan Lusi terkejut karena dia hanya berpikir jika hubungan Xiana dengan keponakannya hanya sandiwara.
Tapi kali ini pikiran Lusi terbantahkan oleh sikap Dirga yang bahkan menggendong Xiana.
Rini bersama Dirga menuju rumah sakit terdekat, dengan kondisi Xiana yang masih kehilangan kesadaran. Sampai di Rumah Sakit dokter memeriksa keadaan Xiana, kemudian memberi cairan infus dan memasukan obat di dalamnya untuk membantu Xiana mengurangi rasa sakitnya.
“Permisi, perwakilan keluara Xiana?”
“Iya dok bagaimana dengan keadaan Xiana?” Tanya Dirga.
“Xiana mengalami gangguan lambung akut Pak, untuk saat ini kami sudah memberikan obat-obatan untuk membantu menekan asam lambungnya yang naik. Sementara Xiana makan makanan yang mudah di cerna dulu Pak, dan kurangi stress untuk membantu penyembuhannya supaya lebih cepat”
“Terimakasih dok” Ucap Rini
“sama-sama Bu, silahkan di tunggu dulu untuk menunggu pemindahan pasien ke bangsal”
“Dirga, hubungi orangtuanya”
Degg!
“Orangtuanya siapa dan berapa nomor telfonnya aku gak tau Ma” Batin Dirga
Setelah Xiana beralih ke bangsal, Xiana sudah mulai bangun dari pingsannya. Dia terkejut saat membuka mata melihat Dirga dan Rini.
“T-tante”
“Xiana, gak usah banyak gerak dulu, istirahat yang cukup. Jangan telat makan lagi ya”
“Terimakasih Tante, tapi saya baik-baik aja”
“Kalau baik dokter gak akan meminta untuk observasi Xiana. Istirahat ya, Tante tinggal dulu. Biar Dirga yang jagain kamu”
“Terimakasih Tante”
“Maaf Pak, saya sudah merepotkan”
“Gak apa-apa, istirahat aja dulu”
“Pak Dirga bisa kembali ke kantor, saya bisa telfon Ibu saya Pak. Untuk izinnya nanti saya titipkann Aleena”
“Xiana!”
“Maaf Pak”
Dirga membuka tutup salep kemudian mengoleskan di kaki Xiana, yang membuat mata Xiana nyaris keluar.
“Pak”
“Diam dulu Xiana”
Xiana hanya bisa pasrah melihat CEOnya memegang kakinya yang sedang lecet akibat menggunakan heel sampai masuk ke dalam proyek.
“Hubungi orangtua kamu”
“Pak, saya kan gak pulang ke rumah. Saya rasa tidak perlu menghubungi mereka, saya hawatir malah mereka nanti cemas”
“Hmm ya sudah”
Dirga duduk di sofa, kemudian membuka laptopnya dan kembali bekerja dengan panggilan video. Xiana menghela nafasnya karena harus mengulang kebersamaannya bersama Dirga, karena pasti orangtua Dirga akan sering berkunjung ke rumah sakit.
Xiana hanya berbaring dengan menatap langit-langit, dengan berfikir bagaimana cara mengusir Dirga dari ruangannya. Karena Xiana tidak ingin kejadian dirumah orangtua Dirga sampai terulang kembali.
Dirga menatap kearah Xiana yang sudah tertidur, kemudian dia tersenyum tanpa sadar dan kembali menyelesaikan pekerjaannya.
Malam ini Dirga juga tidak pulang ke rumahnya, dia justru membawakan pakaian untuk Xiana dan dirinya sendiri. Dirga merebahkan tubuhnya di sofa, lalu dia memejamkan matanya.
.
.
.
Pagi ini Rini datang pukul 06.00 saat Dirga masih terlelap, Rini membawa bubur untuk Xiana dan makanan lain untuk Dirga .
Rini membelai rambut Xiana, dia bisa merasakan jika gadis yang ada di hadapannya adalah gadis yang baik.
Xiana yang merasa tidurnya terganggu, dia membuka matanya dan menatap kea rah Rini lalu Xiana tersenyum.
“Tante kok sudah disini”
“Tante sudah bawa bubur, dan itu sandwich untuk Dirga”
“Terimakasih Tante, maaf merepotkan”
“Tante gak merasa di repotkan, justru Tante senang sekali bisa merawat Xiana. Lekas sembuh ya sayang”
“Terimakasih tante”
“Mama” Ucap Dirga dengan suara seraknya, khas bangun tidur.
“Mama bawakan sarapan untuk kalian, di makan ya. Mama ma uke luar kota dulu, baru pulang lusa”
“Iya Ma, makasih makanannya”
“Xiana, Tante tinggal dulu ya”
“Baik Tante, hati-hati dijalan”
Setelah kepergian Rini, Xiana bernafas lega. Setidaknya mala mini dia tidak perlu bersama dengan Dirga.
Xiana menikmati makanannya, kemudian Dirga datang membantu Xiana.
“Pak, ada apa”
“Infus kamu ada di tangan kanan, jangan terlalu banyak gerak”
Xiana hanya melongoh mendengar pernyataan Dirga, apalagi melihat Dirga dengan sadar menyuapi dirinya.
Tidak menolak bukan berarti Xiana mau, Xiana hanya terpaksa dari pada menolak kemudian malah memancing emosi Dirga.
Setelah menyapi Xiana, Dirga masih menatap Xiana dengan tatapan intens. Terbalik dengan sikap Dirga, Xiana justru hanya menunduk tidak berani menatap kea rah atasannya.
“Cantik” Ucap Dirga tanpa sadar yang di dengar jelas oleh Xiana.
“Astaga, apa aku gak salah dengar” Batin Xiana.
Dirga membawa bekas makanan Xiana ke tong sampah, kemudian menuju kamar mandi untuk bersiap ke kantor. Saat Dirga keluar kamar mandi, Dirga melihat dokter sedang visit dan memeriksa Xiana.
Ada perasaan tidak suka saat dokter membuka sedikit baju Xiana untuk meletakkan stetoskopnya, perut Xiana yang datar, putih, dan mulus ter ekspos begitu saja dan dilihat oleh beberapa dokter magang yang mengikuti dokter spesialis visit.
Dirga segera menutup baju Xiana yang membuat dokter spesialis tersebut sedikit terkejut.
“Maaf Dok, tubuh pacar saya terekspos”
“Pak Dirga, mereka juga dokter tidak masalah karena disini saya yang memeriksa Xiana”
“Tidak bisa dok, silahkan mengajari mereka dengan tubuh pasien lain, jangan tubuh pacar saya”
“Baik Pak Dirga, saya minta maaf”
“Bagaimana keadaan Xiana?”
“Sudah membaik, kembung sudah berkurang. Istirahat dulu hari ini, besok jika keadaan Xiana sudah pulih, Xiana bisa pulang”
“terimakasih dok”
“Sama-sama Pak Dirga, saya permisi dulu”
Dokter spesialis, dan dokter magang keluar dari ruangan Xiana, Dirga menatap Xiana yang hanya bisa pasrah dengan tatapan polosnya yang membuat Dirga ingin tertawa.
“Saya ke kantor dulu, nanti sore saya kesini lagi”
“Baik Pak”
Dirga berpikir jika sedang sakit, Xiana memang tidak begitu melawan, dan hanya mengikuti apapun yang diminta olehnya.
.
.
.
Kabar Xiana pingsan dan di gendong oleh CEO menyeruak hingga ke cleaning service. Dirga yang terkenal kejam, tidak mau tau dan tidak pernah peduli dengan staffnya tiba-tiba mau menolong Xiana yang bahkan baru dia lihat beberapa hari.
Banyak gunjingan kepada Xiana dari staff perempuan, dianggap menggoda CEO, karena memang selain tampan, Dirga juga sangat kaya raya.
“Xiana di rawat dimana Tom?” Tanya Petra
“Cuma Pak Dirga yang tau”
“Kalian sadar gak sih, waktu Xiana pingsan itu di jam meeting, dan setelah membawa Xiana CEO gak balik” Sela Tissa
“Iya juga” Jawab Aleena
Beberapa dari mereka tiba-tiba diam saat melihat Dirga yang baru datang, kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya. Semua orang membahas tentang Xiana dan Dirga, dan hubungan apa yang sebenarnya di jalin oleh keduanya.
double m ya tor😅