Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Hilang Kontak
"Pesawat bernomor xxxx, tujuan jepang hilang kontak dengan menara kawalan 20 menit yang lalu," berita di tv malam ini.
Seorang wanita paruh baya yang baru saja membuka tv langsung disuguhkan dengan berita hilangnya pesawat.
"Pa, Papa..." teriak wanita paruh baya yang bernama Reisa memanggil suaminya yang sedang sibuk diruang kerjanya.
Hati wanita paruh baya itu saat ini sedang gelisah dan bimbang, karena berita yang tadi dia dengar.
"Ada apa, Ma, kenapa teriak-teriak ?" sahut lelaki paruh baya yang baru saja keluar dari ruang kerjanya karena mendengar istrinya teriak-teriak memanggil dirinya.
"Pa, Papa harus telepon Devan, tadi Mama lihat berita, kalau pesawat tujuan ke jepang hilang kontak," Ujar Nyonya Reisa khawatir.
Devan Putra tunggal dari pasangan Bagas Wijaya dan Reisa Handayani, keluarga kaya raya yang memiliki perusahaan ternama dikota nya.
Mendengar istrinya berkata seperti itu, Tuan Bagas langsung membuka ponselnya, dia langsung mencari berita terkini.
Benar saja, berita yang didengar, atau dilihat oleh istrinya tadi terlihat diponselnya.
Tuan Bagas tidak menunggu lagi, dia segera menghubungi asisten Devan yaitu Andi sekaligus temannya Devan.
"Andi, apa kamu sudah melihat berita, apa Devan sudah berangkat ?" Tuan Bagas langsung bertanya saat teleponnya sudah tersambung dengan Andi.
"Sudah Tuan, benar, Devan di pesawat itu." Jawab Andi, memang benar Devan berangkat dengan pesawat yang hilang kontak itu, karena Andi sendiri yang mengatur keberangkatan Devan, dan dia juga yang mengantar Devan kebandara.
Bagai petir disiang hari, dunia seakan gelap, ponsel ditangannya jatuh tanpa dia sadari.
"Halo, halo Tuan, Tuan, apa Tuan masih mendengarku ?" Andi masih memanggil Tuannya karena sambungan telepon masih terhubung.
Nyonya Reisa, meraih ponsel itu, dan melekatkannya pada telinga, disana masih terdengar suara Andi yang masih memanggil nama Bagas.
"Andi, apa yang terjadi, apa benar Devan--" Nyonya Reisa tidak melanjutkan pertanyaan. "Benar Nyonya, Devan berada dalam pesawat itu, saya sekarang dibandara, untuk mengecek kebenarannya." Jawab Andi.
"Traaang," sekali lagi ponsel itu jatuh kelantai, tidak ubahnya seperti Tuan Bagas, Nyonya Reisa juga merasa dunianya gelap seketika.
Tubuh Nyonya Reisa luruh kelantai, tubuhnya lemas, kakinya sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya.
Air mata Nyonya Reisa mulai tidak terbendung lagi, dia menangis, memanggil nama Devan Putra semata wayangnya.
Mendengar istrinya menangis, Tuan Bagas, tersadar, dia langsung memeluk istrinya itu yang sedang menangis.
Sebenarnya Tuan Bagas juga sangat terguncang dengan berita yang dia dengar,apa lagi Andi suda memastikan kalau Devan berada didalam pesawat itu.
"Ma, sadar Ma, sadar !" Tuan Bagas menepuk-nepuk pelan pipi Nyonya Reisa yang seperti hilang kesadaran.
"Pa, Devan Pa, Devan," Tangis Nyonya Reisa semakin tidak dapat dibendung, dia memeluk Tuan Bagas, begitu juga Tuan Bagas, dia mendekap erat istrinya itu yang sedang menangis.
"Iya Ma, Papa tau, Papa juga seperti itu, tapi kita harus kuat, Papa yakin Devan baik-baik saja, dan pesawat itu hanya hilang kontak, kita harus kebandara." Tuan Bagas memapah istrinya, menuntun kemobil.
"Tedjo, siapkan mobil, kita kebandara sekarang !" titah Tuan Bagas, Tuan Bagas harus kuat, dia tidak boleh putus asa, walaupun hati dan pikirannya sedang tidak baik-baik saja, namun dia tidak boleh lemah, dia kepala keluarga.
Tedjo mempersilahkan kedua majikannya masuk kedalam mobil, setelah itu Tedjo segera menjalankan mobilnya menuju bandara.
Tedjo sebagai sopir dikeluarga itu, juga sedih, melihat majikannya seperti itu, majikannya itu sangat baik padanya, apa lagi Devan, Devan selalu membantu Tedjo, tidak pernah memandang rendah Tedjo walaupun Tedjo seorang sopir.
Suara riuh sirine mobil polisi dan Basarnas terdengar riuh dilokasi bandara.
Andi yang melihat Tuan Bagas dan Nyonya Reisa tiba, dia segera menemui kedua orang tua bosnya itu.
"Bagaimana, apa kamu sudah mengeceknya ?" tanya Tuan Bagas pada Andi asisten Putranya itu.
Andi hanya mengangguk, dia tidak berani mengatakannya karena takut kalau Nyonya Reisa akan pingsan.
"Bagaimana hasilnya ?" Tuan Bagas melihat Andi seperti enggan mengatakan padanya. "Katakan saja, tidak perlu takut !" desak Tuan Bagas lagi.
Mau tidak mau, Andi harus menceritakannya, namun sebelum Andi mengatakan hasil pada Tuan Bagas, Andi melihat ke Nyonya Reisa terlebih dahulu.
"Saya sudah memeriksa semua penerbangan, nama Devan memang masuk dalam pesawat yang hilang kontak itu."
"BRAAAK," tubuh Nyonya Reisa ambruk, dia sudah tidak sadarkan diri, Tuan Bagas segera memapah istrinya itu, dia mencoba membuat istrinya itu sadar kembali.
Ma, bangun, Ma, tolong bangun, Tedjo, tolong ambil minyak kayu putih !" ujar Tuan Bagas pada Tedjo sopirnya.
Tedjo segera menyerahkan minyak kayu putih kepada Tuan Bagas, sedangkan Andi mendapat telepon dari seseorang yaitu dari petugas bandara.
"Halo, ada apa Pak ?" tanya Andi pada orang diseberang telepon.
"Begini Pak Andi, pihak mas kapal sudah mendapatkan informasi, mereka sudah resmi mengumumkan kalau pesawat yang tujuan ke jepang jatuh dilaut lepas, dan kini mereka sudah mengerahkan semua petugas untuk mencarinya."
Tubuh Andi lemas, tidak ada lagi kata yang mampu Andi ucapkan selain terimakasih pada orang yang memberinya informasi.
Setelah itu, Andi menutup teleponnya, tubuhnya sudah lemas, namun dalam hati dia tidak henti berdoa, semoga bosnya itu selamat.
Tuan Bagas yang melihat, raut wajah Andi pucat, dia segera bertanya pada Andi, dan Andi pun memberitahu apa yang dikatakan oleh orang yang meneleponnya tadi.
"Perintahkan seluruh orang kita, untuk mencari Devan, pakai helikopter kita !" titah Tuan Bagas, sebenarnya hatinya juga sedang tidak baik, namun dia harus tegar.
"Baik Tuan, kalau begitu saya permisi dulu." Andi segera pergi untuk memerintahkan orang yang Tuan Bagas maksud tadi.
Tuan Bagas hanya mengangguk, kemudian dia kembali fokus pada istrinya yang belum sadarkan diri.
Tuan Bagas terus saja membuat istrinya sadar, dia menuangkan minyak kayu putih di telapak tangannya, kemudian dia mencium kan dihidung Nyonya Reisa, dan memijat kening istrinya itu.
Tidak lama kemudian, Nyonya Reisa sadar dari pingsannya, dia langsung memeluk Tuan Bagas suaminya, dan menangis didalam pelukan Suaminya.
Tuan Bagas menepuk-nepuk pundak Nyonya Reisa, menenangkan wanita yang dicintainya itu dan sudah memberi seorang Putra yang sekarang tidak tau, apakah Putranya itu selamat atau tidak.
"Pa, gimana Devan, dia baik-baik saja 'kan?"
"Ma, kamu harus tenang ya, jangan menangis lagi, ini semua sudah takdir, kita hadapi ini sama-sama, jangan lupa, kita berdoa untuk keselamatan Devan." Tuan Bagas, sadar, jika memang dia harus kehilangan Devan Putra semata wayangnya, dia ikhlas, semua yang terjadi atas kehendaknya.
Tidak ada seorangpun manusia yang dapat menghindar, dan lari, jika Allah sudah berkehendak.
Bersambung.
jangan lupa, like, coment dan vote, dukungan kalian sangat berharga bagi author.
Terimakasih sudah membaca. Salam sehat selalu.
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..