Berdalih Child Free, Aiden menutupi fakta dirinya yang mengalami hipogonadisme.
Namun pada malam itu, gairah seksualnya tiba-tiba memuncak ketika dirinya mencoba sebuah obat perangsang yang ia buat sendiri.
Aiden menarik Gryas, dokter yang tengah dekat dengannya.
"Tenang saja, kau tidak akan hamil. Karena aku tidak ingin punya anak. Jadi ku mohon bantu aku."
Namun yang namanya kuasa Tuhan tidak ada yang tahu. Gryas, ternyata hamil setelah melewatkan malam panas dengan Aiden beberapa kali. Ia pun pergi meninggalkan Aiden karena tahu kalau Aiden tak menginginkan anak.
4 tahun berlalu, Anak itu tumbuh menjadi bocah yang cerdas namun tengah sakit.
"Mom, apa Allo tida atan hidup lama."
"Tidak sayang, Arlo akan hidup panjang. Mommy akan berusaha mencari donor yang sesuai. Mommy janji."
Akankah Arlo selamat dari penyakitnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membawa benih 15
"Namanya adalah Aiden De Vries, itu lah namanya."
Degh!
Jantung Hendrik berdegup dengan cepat, nama itu nama itu adalah nama yang sangat dia tahu dan kenal. Nama Aiden mungkin sangat banyak di dunia ini, tapi tidak Aiden De Vries.
"Dia adalah seorang profesor. Kami bertemu saat sama-sama menjalani pekerjaan relawan di sebuah negara yang terkena wabah penyakit."
Hendrik mengusap wajahnya kasar, Aiden De Vries yang merupakan seroang profesor, jelas itu adalah sepupunya.
"Gry, tunggu ya. Tunggu sebentar. Aku akan menyeret orang itu kemari. Kau nanti bisa melihatnya sendiri, apakah Aiden yang kau katakan itu sama dengan Aiden yang merupakan sepupu ku."
Drap drap drap
Gryas dan Lars hanya menatap Hendrik penuh dengan rasa bingung. Keduanya lalu saling pandang, sama-sama tidak tahu apa yang tengah terjadi ini.
"Kebetulan macam apa ini?"
"Gry, jika benar memang demikian. Itu akan bagus bagi Arlo. Dia akan mendapat donor dengan cepat dan penangan yang kita lakukan pun juga lebih cepat. Itu sungguh sangat baik, Gry."
Gryas hanya diam, semua yang Lars katakan itu memang benar. Tapi, apakah semudah itu. Apalagi Gryas ingat betul bahwa Aiden sangat tidak menginginkan anak.
Gryas menggelengkan kepalanya, dia enggan berpikir jauh sekarang ini. Baginya Arlo adalah prioritasnya, untuk bagaimana tanggapan Aiden nanti, dia tak mau ambil pusing.
"Bisakah aku masuk untuk menunggui, Arlo?"
"Ya lakukan Gry, kita pindah kan Arlo ke ruang rawat. Mulai hari ini, Arlo akan mulai kita rawat secara intensif."
Siapa yang menyangka bahwa hari dimana Arlo akan berada terus di rumah sakit tiba sudah. Pagi tadi Gryas masih bisa melihat senyum dari putranya itu, tapi kini dia hanya bisa melihat sang putra dengan tubuh yang terbaring lemah.
"Sayangnya Mommy, kuat ya nak. Mommy akan mencari cara agar Arlo terus berada bersama Mommy."
Brummm
Di tempat lain, tepatnya di dalam mobil, Hendrik langsung kembali ke Arnhem. Jarak antara Nijmegen ke Arnhem sekitar 19 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan kurang lebih 25 menit. Tapi Hendrik berusaha untuk melajukan mobilnya menjadi lebih cepat lagi.
Ckiiiiit
"Aideeeen!!!"
Hendrik memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah. Dia juga langsung turun dari mobil sambil memanggil nama Aiden dengan begitu kencang.
"Aideeeen!!"
"Astaga Hend, ada apa? Kenapa memanggilku seperi sedang berada di hutan?"
Sreeek
Aiden terkejut ketika Hendrik memegang kedua lengannya dengan erat. Apalagi tatapan mata Hendrik yang tajam itu sungguh semakin membuat Aiden merinding.
"Aiden De Vries, apa kau pernah berhubungan dengan seorang wanita sebelum kembali sini?"
Eh?
Aiden terkejut bukan main, bagaimana Hendrik bisa tahu akan hal tersebut. Padahal seingat dirinya, belum pernah sekalipun menceritakan hal tersebut kepada Hendrik.
"Kamu ini kenapa, Hend? terus kenapa kamu bisa tahu kalau aku pernah berhubungan dengan seorang wanita sebelum kesini?"
"Apa mimpi berulang yang kamu katakan kemarin? Cepat ceritakan!"
Aiden sungguh bingung, kenapa sepupunya ini seolah sangat ingin tahu tentang kehidupan pribadinya? Yang Aiden tahu, Hendrik bukan lah tipe yang ingin tahu urusan orang lain seperti ini.
Awalnya Aiden enggan menceritakan tapi entah mengapa dia merasa harus menjawab apa yang Hendrik tanyakan.
"Mimpi itu, di mimpi ku itu, aku di datangi oleh seroang anak kecil. Dengan ucapannya yang masih belepotan dia bertanya padaku, apakah aku bisa menolongnya atau tidak. Hanya itu sih, tapi entah mengapa mimpi itu selalu berulang setiap aku memejam kan mata ku."
"Itu anak mu Aiden, itu anak mu! Dia sekarang sedang sakit! Hidupnya diambang kematian! Dia membutuhkan mu!"
Apa???
Hahahah!
Aiden tertawa terbahak-bahak. Anak, bagaimana mungkin itu terjadi. Dia paling tahu kondisi tubuhnya terutama alat reproduksinya.
Lagi pula, mana ada mimpi tentang seroang anak kecil lantas itu berarti dia memiliki anak. meskipun memang benar bahwa dirinya pernah berhubungan dengan seroang wanita.
Melihat Aiden tertawa sepeti itu membuat Hendrik merasa sangat aneh sekaligus kesal. Mungkin Aiden pikir apa yang dia katakan itu adalah sebuah lelucon.
"Gryas Ayrey Brahman Brow, itu adalah nama ibu dari anak yang saat ini tengah terbaring sakit."
Degh!
Ketika nama wanita yang ia benci sekaligus ia cinta itu disebut oleh Hendrik, seketika membuat mata Aiden membulat sempurna. Dia bahkan langsung mencengkeram erat kerah baju milik Hendrik.
"Kamu, kenapa kamu bisa tahu nama itu?"
"Dia adalah temanku, seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit di kota Nijmegen. Saat ini wanita itu tengah merasa sangat kesulitan karena anaknya sakit dan membutuhkan donor. Aiden, itu adalah anak mu. Dia membutuhkan itu. Dia datang dalam mimpi mu untuk memberitahu mu."
Sreet
Aiden melepaskan tangannya dari leher Hendrik. Dia lalu menghempaskan tubuhnya di sebuah kursi yang ada di sana.
"Tidak, itu pasti bukan anak ku. Tidak mungkin itu adalah anak ku."
"Aiden! Kenapa kau bicara seperti itu. Apa kau akan jadi orang yang sungguh gila karena tidak ingin bertanggung jawab atas benih yang kau titipkan di rahimnya?"
Aiden menggeleng, bukan demikian. Bukan seperti itu. Dia berkata demikian karena dirinya sangat tahu apa yang terjadi pada tubuhnya.
"Hend, aku itu termasuk dalam kategori sangat sulit memiliki keturunan. Aku menderita Hipogonadisme, yakni kondisi medis dimana pria memiliki kegagalan gonad pada testis yang menyebabkan sebuah ketidaksuburan. Aku mengalami itu Hend, aku bahkan juga mengalami kesulitan seksual. Ketika aku berhubungan dengan Gryas, aku menggunakan obat perangsang yang sangat kuat. Jadi, anak itu pasti lah bukan anak ku."
Tap tap tap
Brak!
Aiden langsung masuk ke kamarnya setelah mengatakan itu semua. Di dalam kamar, Aiden tergugu. Dia tidak menyangka bahwa akan kembali mendengar nama Gryas tapi wanita itu sudah memiliki anak.
"Dengan siapa dia menikah? Dengan siapa dia memiliki anak? Apa waktu itu dia pergi bersama degan pria lain? Gry, kenapa kamu sungguh tega padaku?"
Aiden tergugu di dalam kamarnya. Sedangkan Hendrik, dia saat ini hanya berdiri mematung. Pikirannya sangat kacau sekarang. Pria itu pun menjadi bingung, mana yang benar antara ucapan Aiden dan Gryas.
"Sebenarnya aku ini dimana? Kenapa aku malah jadi yang pusing?"
Hendrik menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sungguh bingung harus melakukan apa sekarang ini.
"Sebentar, ini harus dikonfirmasi dengan Gryas juga. Apakah Gryas tahu kondisi Aiden? Ini harus disampaikan kepada Gryas."
drap drap drap
Hendrik bergegas meninggalkan rumah Aiden. Ia masuk ke dalam mobil untuk kembali ke Nijmegen. Apa yang didengarnya dari Aiden, harus ia sampaikan kepada Gryas. Saat ini yang paling penting adalah Arlo. benar atau tidaknya Aiden ayah biologis Arlo, semua harus dicari tahu dengan jelas.
"Haah, aku sungguh pusing."
TBC
eh kok ada Brisia disini, Brisia apa Gryas kak? hehe
Arlo masih cadek jadi makin gemesin