Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman Pertama
Arga mencoba memeriksa putranya, pria itu pun membuka kamar sang putra dan melihat pemandangan yang menurutnya cukup hangat. Melihat Ariana yang sedang memeluk putranya membuat Arga yakin jika gadis itu menyayangi Arkana. Arga pun berniat untuk segera menjadikan Ariana ibu sambung bagi putra semata wayangnya.
”Aku tak akan berlama-lama, mungkin bulan depan akan ku lamar dia," gumamnya sambil meninggalkan kamar Arkana.
Sementara itu, Arkana yang tak sepenuhnya tidur mendengar gumaman sang ayah. Hal itu semakin membuatnya kesal, dan mencari cara agar semua rencana ayahnya gagal.
Pemuda itu pun melirik gadis di sampingnya. Melihat Ariana yang tertidur sambil memeluknya, membuat jantung Arkana berdebar tak karuan. Dia memperhatikan gadis itu dari atas ke bawah, lalu memperhatikan wajahnya. Bulu mata yang lentik, hidungnya yang mancung, dan bibirnya yang ranum. Bibir gadis itu benar-benar menggoda.
Teringat kejadian di pasar malam, apalagi yang dilakukan oleh Dimas dan Sesil. Lalu mendengar curhatan Dimas setelahnya, yang merasa keenakan saat Sesil mencium bibirnya.
Arkana penasaran, apa boleh dia melakukan hal itu pada gadis yang kini sedang tertidur di sampingnya. Mereka kini berhadapan, dan Arkana masih memperhatikan bibir ranum milik Ariana. Ukurannya yang tak tipis, dan juga berbelah membuat Arkana mengagumi gadis itu terlihat indah bahkan saat sedang tidur.
”Cantik, loe memang cantik. Tapi gue gamau loe jadi ibu tiri gue. Gue takut loe nyakitin papa gue,” begitulah alasannya yang tak akan pernah merestui hubungan sang ayah dan juga Ariana.
Namun, Arkana mulai melakukan kesalahan yang besar. Pemuda itu mengecup bibir pengasuhnya. Sedikit demi sedikit, sampai menjadi ciuman yang cukup panjang. Terdengar lenguhan Ariana, dan juga tubuhnya yang sedikit menggeliat membuat Arkana terpancing melakukan hal yang lainnya.
Kali ini tak hanya ciuman singkat, namun pemuda itu melumat bibir Ariana dengan rakusnya. Ariana terus mengeluarkan lenguhannya, dan saat membuka matanya dia sudah berada di kamarnya sendiri.
”Bukankah aku harusnya di kamar Tuan Muda,” ucap gadis itu yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Apalagi semalam dia bermimpi hal aneh. Ariana bermimpi jika dia mendapat ciuman dari seorang pria yang wajahnya tak terlihat.
”Sepertinya ini gara-gara kejadian kemarin dengan Tuan Arga,” keluhnya saat mengingat ciuman pertamanya yang gagal dengan Arga.
Ariana tak sadar jika ciuman yang dia rasakan bukan hanya sekedar mimpi. Namun karena rasa lelahnya, dia benar-benar tak terbangun dari tidurnya dan menganggap semua hanya mimpi belaka.
Sementara itu Arkana, masih dengan rasa terkejutnya. Dia dengan sadar telah mencium gadis yang sedang tidur, rasa bersalahnya ada namun tak sebesar rasa keingintahuannya.
”Ternyata rasanya seperti itu, pantas saja Dimas berkata jika itu sangat enak,” ucapnya sambil tertawa. Pemuda itu menutup wajah tak percaya karena telah melewati batas antara majikan dan pelayan.
”Untung saja aku segera memindahkan gadis itu ke kamarnya. Kalau tidak—”
Suara lenguhan gadis itu masih terngiang di telinga Arkana, hal yang baru pertama kali dia dengar dan hampir membuatnya terpancing melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman. Dia yang tak ingin mengambil resiko, segera memindahkan Ariana yang hampir saja dia gagahi malam tadi.
”Kayanya badan gue udah mendingan, jogging dulu bentar.”
Pemuda itu pun keluar menyusuri jalan komplek rumahnya. Dia terus berlari, berharap melupakan ciuman pertamanya semalam.
...~~~...
”Tuan Muda kemana?” Ariana yang sudah membawa sarapan dan juga obat, terkejut melihat kamar majikannya kosong. Dia pun menyimpan nampan di atas nakas, lalu turun mencari keberadaan Arkana.
”Ariana, kenapa kamu mondar mandir? Bukannya kamu sekarang harus memeriksa Arkana?” Tanya Arga yang aneh melihat pelayannya yang berjalan kesana kemari.
”Tuan Arkana tidak ada di kamanya, jadi saya cari dia. Tapi di tempat manapun tak ada,” ucapnya dengan nada khawatir.
”Ngapain cari gue, gue habis jogging!”
Arkana muncul dengan peluh membasahi wajah dan rambutnya. Arga hanya menggelengkan kepala melihat tingkah anaknya yang keras kepala.
”Arkana, kamu masih sakit. Seharusnya jangan berolahraga berat dulu seperti itu,” ucap Arga yang khawatir dengan keadaan putranya.
”Pa, aku itu juara boxing se kota. Jadi papa gak perlu khawatir sama kekuatan fisik aku,” pamernya yang tak ingin di anggap lemah sang ayah. Arkana pun langsung pergi ke kamarnya di ikuti oleh Ariana.
”Loe mau apa sih ikut-ikut, gue mau istirahat lagi!”
Ariana terkejut dengan bentakan dari sang majikan, Arga yang mendengarnya segera menghampiri mereka berdua.
”Arkana, kalau kamu kasar pada Ariana, maka papa tak akan izinkan kamu memakai motor di hari weekend,” ancam Arga yang kesal terhadap sikap Arkana. Sementara Arkana sendiri merasa terkejut telah memperlakukan pengasuhnya seperti itu. Dia hanya refleks, karena merasa bersalah dengan perbuatannya semalam.
”Maafin gue yah,” ucap Arkana yang segera masuk dan menutup pintu kamarnya. Ariana dan Arga pun segera turun ke lantai satu menuju ruang makan untuk sarapan.
”Ariana, duduklah!” Titah Arga pada gadis yang ada di belakangnya, dia ingin Ariana menemaninya sarapan.
”Tapi, saya tak pantas duduk di sini, Tuan.”
”Apa maksud kamu? Kau harus terbiasa menemani ku sarapan, Ariana. Aku harap kau tahu apa maksudku,” jelas Arga yang memberikan pengertian pada gadis itu. Ariana hanya bisa tersenyum lalu duduk di hadapan Arga.
”Tuan, maaf jika saya lancang. Tapi, apa tujuan Tuan bersikap seperti ini pada saya?” Tanya Ariana yang ingin memperjelas hubungan antara mereka berdua. Arga menunjukkan seringainya, menebak jika Ariana mulai paham dengan maksud dari semua perbuatannya.
”Ariana, aku mau kamu menjadi ibu sambung bagi Arkana!”
Deg!
Ariana terkejut mendengar pernyataan sang majikan. Tebakannya selama ini benar jika memang Arga melakukan pendekatan pada dirinya.
”Saya—”
”Apa-apaan sih pa? Tiba-tiba mau jadiin pengasuh ini ibu tiri aku!” Arkana segera datang dan memotong jawaban Ariana. Dia begitu emosi mendengar pernyataan sang ayah yang ternyata bergerak cepat untuk menjalin hubungan dengan Ariana.
”Arkana, kamu tak perlu mengatur hubungan asmara papa. Yang jelas kamu sekarang hidup dengan fasilitas lengkap dari papa,” ucap Arga yang terdengar egois.
”Memangnya Arkana ini binatang peliharaan papa yang hanya diam dan cukup menerima apa yang papa berikan? Kenapa Arkana ga bisa ngasih pendapat buat papa?”
”Arkana bukan itu maksud papa, tapi papa tahu apa yang menurut papa itu baik. Dan Ariana adalah jawabannya, dia akan menjadi ibu sambung yang baik buat kamu,” Arga terus menjelaskan alasannya, namun Arkana tak bisa menerima hal itu.
”Asal papa tahu kalau aku, aku—” Arkana bergumam dalam hatinya, tak mungkin jika dia mengatakan telah mencium gadis itu pada sang ayah.