Mahdi mengunjungi Ishwar tua yang tengah sakit. Ishwar mengenali siapa orang itu. Tamu dari masa lalu.
Tapi ada perlu apa Mahdi kembali menemui Ishwar setelah puluhan tahun berlalu?
Perjalanan Mahdi berkeliling waktu demi mewujudkan kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Mahdi
Esok harinya Yuyun datang ke rumah Pak Kaji Imam. Yuyun mencurahkan suara hatinya setelah kemarin hari berkunjung ke rumah Siti.
“Aku di sana dari menjelang dzuhur sampai mau asar Pak Kaji”,
“Siti tidak sholat sama sekali”,
“Di dalam panci ada lintah-lintah besar yang masih hidup”,
“Aku benar-benar jijik melihatnya Pak Kaji”,
“Mau apa lagi Yun?”,
“Kalau kamu benar-benar sayang sama Siti, kita doakan saja sama-sama supaya Siti kembali ke jalan yang benar dan mendapat hidayah dari Allah”,
“Sekarang Siti sudah punya suami”,
“Bukan wewenang kita lagi untuk ikut campur urusan rumah tangga orang lain”,
“Lagi pula dia tinggal di desa yang jauh”, tanggapan Pak Kaji Imam.
“Menurut Pak Kaji Imam, apa benar Pak Kaji Ud itu memelihara demit?”,
“Bagaimana kalau Siti mau dijadikan tumbal Pak Kaji?”, tanya Yuyun.
Dengan kesaksian dan pengaduan dari Yuyun, Pak Kaji Imam masih belum mau mengikuti sikap orang-orang desa yang memvonis Pak Kaji Ud sebagai dalang dari masalah-masalah berhantu yang terjadi di desa ini.
Apalagi jika harus menuduh orang itu telah bersekutu dengan setan.
“Hanya Allah yang Maha Tahu”,
“Maaf kan aku Yun, tapi aku memang benar-benar tidak punya ilmu semacam itu”,
“Untuk menjaga diri sebaiknya kita semua meningkatkan amal ibadah kita dan saling mengingatkan”, jawab Pak Kaji Imam.
*
Di hari yang sama,
Setelah ba’da dzuhur Pak Kaji Imam mendatangi rumah Ishwar. Beliau tidak sendirian, ia bersama seseorang yang hendak ia kenalkan kepada Ishwar.
“Assalamualaikum”,
“Waalaikumussalam”,
Zainab yang selalu berada di rumah menerima kedatangan Pak Kaji Imam dan satu orang yang bersamanya.
“Mari masuk Pak Kaji”,
“Silahkan duduk”,
“Suamimu ada di rumah Zainab?”,
“Ada Pak Kaji”,
“Mas Ihswar sedang sholat dzuhur”,
“Ditunggu sebentar Pak Kaji”,
Zainab meninggalkan kedua tamunya masuk ke dalam untuk membuatkan minuman.
Tidak berselang lama Ishwar pun ikut duduk di ruang tamu bersama Pak Kaji Imam dan satu orang temannya. Sebelumnya mereka memang sudah janjian untuk bertemu siang hari ini di rumah Ishwar.
Seorang laki-laki berusia tiga puluhan tahun dengan perawakan proporsional dan wajah yang rupawan. Rambutnya agak panjang namun disisir dengan rapi.
“Jadi ini Ishwar yang namanya Mahdi”,
“Mahdi ini yang mau menyewa rumah kosong milikmu yang di dekat kuburan”,
“Mahdi, ini Ishwar pemilik rumah di dekat kuburan itu”,
“Jadi Mahdi ini sedang berbisnis kopi”,
“Dia mencari buah kopi sampai ke pelosok-pelosok dan membelinya langsung dari yang punya”,
“Benar sekali mas Ishwar, nama aku Mahdi”,
“Aku sedang berkeliling mencari biji kopi pilihan untuk dibawa ke kota-kota besar”,
“Aku memilih tinggal di desa ini karena lokasinya yang strategis untuk bisa pergi kemana-mana”, Mahdi pun memperkenalkan diri.
“Panggil saja aku Ishwar, kelihatannya kita seumuran Mahdi”,
“Kebetulan memang rumah yang ada di dekat kuburan itu sudah lama kosong tidak ditempati”,
“Tapi apa kamu berani tinggal di dekat kuburan sendirian?”, tanya Ishwar.
“Pekerjaan ku memang sering berkelana sendirian”,
“Insya Allah aku tidak akan takut”, jawab Mahdi.
Ishwar dan Pak Kaji Imam sempat berdiskusi, apakah sebaiknya Mahdi juga dikasih tahu kalau di desa ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak peristiwa-peristiwa janggal yang terjadi terutama di malam hari.
“Mahdi, kamu harus hati-hati dengan orang yang bernama mbah Yuti”,
“Itu rumahnya, di depan rumahku persis”,
“Tidak usah main ke sana dan jangan mau kalau dikasih apa-apa apalagi makanan atau minuman”,
“Dan sebaiknya kamu jangan pernah keluar malam-malam”,
“Banyak demit berkeliaran, apalagi kamu penghuni baru”,
“Pasti mereka akan senang mengganggumu”, pesan Ishwar secara terang-terangan memberikan peringatan kepada Mahdi.
“Usahakan selalu ikut sholat berjamaah di masjid dan baca al-quran di rumah”,
“Dan jangan pedulikan godaan-godaan semacam itu”,
“Insya Allah tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”, pesan dari Pak Kaji Imam dari sudut pandang yang berbeda.
“Aku sudah dengar dari omongan para warga tentang apa yang sedang terjadi di desa ini”,
“Tapi insya Allah aku tidak akan takut”, kata Mahdi dengan penuh keyakinan.
*
Pada malam harinya Mahdi yang datang dari desa yang lebih jauh lagi langsung menempati rumah di dekat kuburan yang disewanya dari Ishwar.
Sebelum Mahdi datang Ishwar sudah membersihkan dan merapikan rumah itu. Keluarga Ishwar tidak ada yang mau tinggal di rumah itu karena lokasinya yang seram di dekat kuburan.
Terlebih di waktu-waktu sekarang dimana kondisi desa sedang mengalami situasi darurat. Yang hampir setiap malam suasananya selalu mencekam.
“Tok… tok… tok…”,
“Tok… tok… tok…”,
“Tok… tok… tok…”,
“Tok… tok… tok…”,
Sudah lewat tengah malam, tapi ada yang mengetok pintu rumah kontrakan Mahdi. Hanya suara ketukan saja tanpa ada suara lain yang berbunyi.
Mahdi ingat pesan Ihswar,
“Jangan bukakan pintu, lanjut tidur saja”.
Dan juga pesan dari Pak Kaji Imam,
“Jangan pedulikan godaan-godaan semacam itu”,
Namun Mahdi penasaran, ia justru membukakan pintu dan keluar dari dalam rumah.
“Siapa di sana?”,
Tiba-tiba makhluk-makhluk halus bermunculan. Tapi benar, Mahdi tidak takut sedikit pun.
“Apa mau mu?”,
“Apa mau kalian?”,
Mahdi malah menantang balik makhluk-makhluk yang bergentayangan itu.
“Maaf kan kami, kami tidak tahu”,
Hantu-hantu itu lalu meminta maaf kepada Mahdi dan segera pergi.
Mereka belum lah tahu kalau orang yang ada di dalam rumah dekat kuburan itu adalah Mahdi.