MAHDI

MAHDI

Prolog

Zaman Sekarang,

“Assalamualaikum”,

              Rumah yang sedang ramai itu kedatangan tamu.

“Waalaikumussalam”,

              Salah seorang penghuni rumah segera membalas salam dan menyambut tamu yang datang. Tuan rumah mempersilahkan tamunya untuk masuk.

              Tapi orang-orang di rumah itu pada bingung karena tidak kenal dengan tamu yang baru saja masuk ke dalam rumah mereka.

              Sosok seorang laki-laki berusia tiga puluhan tahun dengan perawakan proporsional dan wajah yang rupawan. Rambutnya agak panjang namun disisir dengan rapi.

              Rumah itu sedang banyak kedatangan tamu bukan karena sedang ada acara bersuka ria. Tapi karena seorang penghuni yang paling tua di rumah itu sudah beberapa hari ini mengalami sakit dan tak kunjung sembuh-sembuh.

              Mbah Ishwar mereka memanggilnya. Beliau sudah berumur tujuh puluhan tahun. Walau pun begitu keseharian mbah Ishwar selalu dipenuhi dengan kesibukan di luar rumah.

              Sudah seminggu ini mbah Ishwar jatuh sakit. Sudah periksa ke dokter tapi tidak ada diagnosa yang membahayakan. Katanya sekedar kelelahan saja. Disuruh minum vitamin sama banyak-banyak istirahat di rumah.

              Sekarang kondisi mbah Ishwar semakin parah. Beliau hanya bisa berbaring di atas tempat tidur. Seluruh tubuhnya tidak bisa dibuat bergerak. Bicara pun juga tidak bisa.

              Orang-orang saling bertanya siapa tamu yang terakhir datang.

              Orang itu bukan teman dari anak-anak mbah Ishwar. Bukan juga warga desa sini.

Para tetangga yang sedang datang menjenguk sama sekali tidak mengenali sosok laki-laki berbaju kotak-kotak itu.

              “Benar ini rumahnya mbah Ishwar?”, tanya orang itu.

              “Betul, ini rumahnya bapak saya”,

              Jawab anak sulung mbah Ishwar.

              “Saya dengar beliau sedang sakit?”,

              “Mbah Ishwar sakit apa?”, tanya orang asing tersebut.

              “Sudah seminggu bapak tidak bisa apa-apa”,

             “Sebelumnya kalau boleh saya tahu saudara ini datang darimana?”,

              “Bagaimana saudara bisa kenal dengan mbah Ishwar bapak saya?”,

              Anak sulung mbah Ishwar balik bertanya. Ia heran dengan sosok tamu ini yang usianya pun masih lebih muda darinya.

              “Maaf aku lupa mengenalkan diri”,

              “Aku teman baiknya mbah Ishwar”,

              “Maksud aku, bapak aku adalah teman baiknya mbah Ishwar”,

              “Aku datang dari tempat yang jauh”, jawab orang itu.

              “Apakah boleh aku masuk untuk melihat kondisi mbah Ishwar?”,

              “Aku ingin mendoakannya supaya lekas sembuh”, pinta orang itu.

              Anak sulung mbah Ishwar tidak lantas percaya begitu saja dengan orang asing yang tiba-tiba datang bertamu dan mengaku datang dari jauh.

              Apalagi usianya yang masih terbilang muda tidak ada separuh dari umur bapaknya. Bagaimana mungkin orang ini bisa kenal dengan mbah Ishwar.

              Apa jangan-jangan orang ini punya niat buruk? Bisa berbahaya bagi keselamatan mbah Ishwar yang sedang sakit.

            “Memangnya bapak saya kenal sama kamu?”, tanya anak sulung mbah Ishwar.

              “Bilang saja kepada mbah Ishwar kalau Mahdi datang untuk mengunjunginya”, kata tamu sembari menyebutkan namanya.

              “Tunggu sebentar”,

              Anak sulung mbah Ishwar masuk ke dalam kamar bapaknya. Di dalam kamar itu ada anak-anak mbah Ishwar yang lain dan juga cucu-cucu yang tengah membacakan surah al-qur’an.

              “Ada apa?”,

              “Ada anaknya teman bapak”,

              “Dia ingin melihat bapak dan mendoakannya”,

              “Kamu kenal?”,

              “Tidak ada yang kenal”,

              “Tapi dia tetap ngotot ingin masuk”,

              “Namanya Mahdi”,

              “Katanya bapak kenal sama dia”,

              “Ya sudah kamu bilang saja sama bapak”,

              “Kita lihat respon bapak”,

              Anak sulung mbah Ishwar mendekat. Bapak terbujur diam tidak bisa berbuat apa-apa. Matanya menatap kosong memandang langit-langit rumah. Mulutnya sesekali bergumam tanpa mampu menghasilkan suara.

              “Pak, ada Mahdi”, bisik lirih di telinga mbah Ishwar.

              Seketika wajah bapak yang sudah berhari-hari pucat pasi berubah menjadi segar kembali.

              Kemudian tangan kanan mbah Ishwar yang sudah seminggu kaku bisa bergerak. Tangan kanan bapak diangkat tinggi-tinggi.

              Sebuah respon positif dari mbah Ishwar yang menginginkan supaya tamu yang bernama Mahdi itu masuk ke dalam kamar untuk menemuinya.

              “Panggil orang bernama Mahdi itu”, kata anak-anak.

              Mahdi pun datang masuk ke dalam kamar dimana mbah Ishwar seminggu ini dirawat.

              Belum juga Mahdi berbicara atau pun berbuat sesuatu. Tiba-tiba mbah Ishwar bangun dengan posisi duduk tegap di atas tempat tidur.

              Tubuhnya berkeringat seperti habis berlari.

Dan mbah Ishwar kembali menemukan suaranya untuk bicara.

       “Alhamdulillah”,

              “Kenapa kamu lama sekali Mahdi?”,

              “Aku pikir aku sudah mau mati”, kata mbah Ishwar.

              Orang-orang di rumah itu sungguh-sungguh dibuat terkejut dengan kesembuhan mbah Ishwar yang mendadak.

              Anak-anak dan cucu-cucu mbah Ishwar yang berada di dalam kamar lantas meninggalkan mbah Ishwar. Memberikan waktu dan privasi kepada mbah Ishwar untuk berbicara berdua dengan orang yang bernama Mahdi.

              Orang-orang saling pandang. Sepertinya mbah Ishwar dan Mahdi punya sejarah yang panjang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!