"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Maaf, sepertinya aku datang di waktu yang salah," kata Meira dengan sopan, membuat Lisa terbebas dari Jonathan.
Lisa menatap Meira sejenak, dan di dalam hatinya, dia berpikir. ‘Apa dia cahaya bulan putih si narsis ini?’
Tidak bisa dipungkiri bahwa Lisa memuji keberanian wanita lain yang datang ke rumahnya, hanya untuk mencari perhatian dari Jonathan.
“Tidak tahu malu,” ucap pelan Lisa yang masih terdengar oleh orang lain.
Meira tersenyum polos, seperti kelinci putih yang menggemaskan.
"Ah, sebaiknya aku pergi saja."
Jonathan terkejut melihat kedatangan Meira di rumahnya dan takut jika Lisa bertindak berlebihan dan menyakiti wanita itu.
Dia menoleh menatap Lisa, yang tidak menunjukkan ekspresi apapun, membuat Jonathan semakin bingung dan heran.
'Kenapa dia tidak bereaksi?' ucap Jonathan di dalam hatinya, mungkin dia mengharapkan Lisa untuk mengusir Meira, namun ego Lisa yang tinggi membuatnya lebih condong untuk tidak bereaksi terhadap Meira.
Jonathan tidak tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran Lisa, tapi dia bisa merasakan ketegangan di antara mereka bertiga.
"Ternyata kamu cukup berani ya!" cibir Lisa, membuat suaminya, Jonathan, langsung memberikan tatapan tajam padanya.
Meira tidak terpengaruh oleh tatapan Jonathan dan dengan tenang menjawab. "Aku tidak bermaksud begitu, kedatanganku kesini ingin mengucapkan terima kasih kepada kak Jonathan."
Meira menyerahkan kotak yang berisi sepotong kue manis kepada Jonathan.
"Terima kasih, Kak, aku sangat menghargai bantuanmu sebelumnya," kata Meira dengan senyum manis.
Jonathan menerima kotak itu dengan sedikit kebingungan, tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap Lisa yang masih menatap Meira dengan tajam.
"Aku tidak ingin menjadi orang ketiga, kalian lanjutkan saja mengobrol," terang Lisa dengan santai, lalu berlalu pergi meninggalkan suaminya dengan wanita lain.
Tidak ada urusan ataupun cemburu yang berlebihan dalam dirinya.
Jonathan hendak mengajar istrinya untuk memberikan kata-kata sebagai pembelaan diri, tapi disisi lain dia merasa terkejut.
Biasanya Lisa akan mengamuk jika bertemu dengan Meira, bertindak sesuka hati menyiksa Meira dengan kata-katanya yang menusuk.
Namun, kali ini Lisa menunjukkan sikap yang berbeda, membuat Jonathan penasaran apa yang sebenarnya ada di pikiran istrinya.
'Mengapa dia berubah?’ pikir Meira yang bingung dengan sikap Lisa, padahal dia datang hanya ingin menciptakan kesalahpahaman antara sepasang suami istri.
Meira menyadari bahwa mungkin ada sesuatu yang telah berubah dalam diri Lisa, atau mungkin dia telah menemukan cara untuk mengendalikan emosinya. Dengan perasaan lega, Meira meninggalkan tempat itu, merasa bahwa dia tidak lagi menjadi target kemarahan Lisa.
Di Cafe, Lisa sengaja menemui Anna dan ingin menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Anna mendengarkan dengan saksama, lalu menggebu-gebu ketika mendengar tentang kedatangan Meira ke rumah Lisa.
"Apa? Berani sekali dia datang ke rumahmu untuk mendapatkan perhatian Jonathan, wanita ini memang tidak tahu malu!" ucap Anna, emosinya ikut meledak dan dia ingin sekali menghajar Meira.
"Kau pasti sangat sedih, sampai ingin bertemu denganku!" lanjut Anna dengan penuh percaya diri, seraya menyeruput jus buah di dalam gelas yang ada di hadapannya.
Anna merasa yakin bahwa Lisa pasti sangat terpengaruh oleh kedatangan Meira, tapi Lisa hanya tersenyum kecil dan menggelengkan kepala.
"Sebenarnya, aku tidak merasa sedih," ungkap Lisa yang sama sekali tidak terpengaruh, membuat Anna terkejut dan penasaran apa yang sebenarnya ada di pikiran sahabatnya.
"Kecelakaan itu membuatmu benar-benar lupa, tapi aku salut kamu tidak lagi merasakan sakit hati yang mendalam," tutur Anna, mencoba memahami perubahan sikap Lisa.
Namun, cara dia mendekati Jonathan di masa lalu sedikit membuatnya jijik.
Lisa hanya tersenyum tipis, tidak memberikan jawaban yang jelas, membuat Anna penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Lisa.
Anna memperhatikan perubahan pada Lisa, yang sepertinya telah berubah menjadi orang yang lebih tenang dan tidak lagi terobsesi dengan Jonathan dan Meira.
Keduanya saling bercanda ria, mengobrol dengan santai seakan tidak ada beban di pundak mereka.
Mereka menghabiskan waktu mengunjungi beberapa tempat destinasi yang sedikit menyegarkan pikiran.
"Aku sangat suka kepribadianmu yang ini, tidak lembek dan tidak terobsesi kepada pria brengsek itu," celetuk Anna sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.
Lisa tersenyum dan membalas. “Anggap saja aku sudah bosan dengan drama yang sama."
Anna tertawa dan memeluk Lisa.
"Aku sangat bangga denganmu, kamu memang wanita kuat!"
Keduanya terus menghabiskan waktu bersama, menikmati kebersamaan dan kebebasan dari beban pikiran yang selama ini menghantui mereka.
"Aku ingin menambahkan kamu ke dalam grup alumni," kata Anna, dan Lisa mengangguk setuju.
Setelah Anna menambahkan kontak Lisa ke dalam grup, tiba-tiba banyak notifikasi yang masuk, menanyakan tentang keberadaan Lisa.
"Wah, Lisa, kamu kembali menjadi populer lagi," celetuk Anna sambil tersenyum, matanya tetap fokus pada layar ponsel sambil membalas pesan-pesan di grup.
Lisa hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, menikmati perhatian yang datang dari teman-teman lamanya.
"Aku rasa aku tidak berubah, tapi mungkin mereka yang penasaran dengan kehidupan aku setelah kecelakaan," kata Lisa dengan santai.
Anna tertawa dan membalas. "Atau mungkin mereka yang ingin tahu bagaimana kamu bisa terlihat lebih cantik dan lebih kuat dari sebelumnya."
Grup alumni itu dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Lisa, mulai dari kesehariannya hingga kehidupan cintanya.
Anna dengan senang hati membalas pesan-pesan tersebut, memberikan gambaran singkat tentang kehidupan Lisa yang sekarang.
"Kamu tahu, Lisa, aku rasa kamu harus mempertimbangkan untuk menjadi admin grup ini," kata Anna sambil tersenyum. Lisa hanya tertawa dan menggelengkan kepala,
"Tidak perlu, aku sudah cukup sibuk dengan kehidupan aku sendiri.”
"Bagaimana kalau kita mengadakan reuni, sudah lama kita tidak berkumpul," usul Anna, dan Lisa mempertimbangkan ide tersebut dengan serius.
Setelah beberapa saat, Lisa mengangguk setuju.
"Itu ide yang bagus!" katanya dengan senyum.
Anna langsung bersemangat dan mulai membuat rencana.
"Kita bisa mengundang semua teman-teman lama, dan membuat acara yang menyenangkan. Aku akan mulai mengatur semuanya!"
Lisa tersenyum dan mengangguk, merasa senang bisa berkumpul kembali dengan teman-teman lamanya.
"Aku akan membantu, apa yang bisa aku lakukan?" tanya Lisa, dan Anna langsung memberikan tugas-tugas yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan reuni.
"Kamu masih ingat dengan Alex?" goda Anna sambil menyenggol bahu Lisa, membuat Lisa tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Penggemarmu" kata Anna berbisik, membuat Lisa tertawa.
"Aku rasa dia masih menyukaimu, bahkan Ini pertama kalinya dia merespon grup.”
Anna tersenyum dan membalas.
"Aku sangat ... sangat yakin dia masih menyukaimu, dan mungkin reuni ini bisa menjadi kesempatan bagi kalian untuk bertemu kembali."
Lisa hanya tersenyum dan mengangkat bahu, tidak memberikan jawaban yang pasti tentang perasaannya terhadap Alex.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang