NovelToon NovelToon
Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Antara Jiwa, Cinta Dan Pembebasan Malaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Poligami / Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Ilmu Kanuragan
Popularitas:963
Nilai: 5
Nama Author: Dimas riyana

Pagi yang cerah di suatu pulau bagian utara Jawa, desiran ombak dan suara burung-burung pagi sudah menghiasi dermaga, beberapa nelayan yang baru pulang melaut sedang memilah-milah hasil tangkapan, seorang pemuda yang tegap dan gagah terlihat sibuk dengan perahu cadiknya.
“hoooyyy... Wahai laut, hari ini aku akan mengarungimu, aku akan menjadi penjaga laut Kesultanan, kan ku berantas semua angkara murka yang ingin menjajah tanah Jawa, bersiaplah menerima kekuatan otot dan semangatku, Hahahaha..
”Rangsam berlayar penuh semangat mengarungi lautan, walau hanya berbekal perahu cadik, tidak menurunkan semangatnya menjadi bagian dari pasukan pangeran Unus. Beberapa bulan yang lalu, datang Prajurit Kesultanan ke pulau Bawean, membawa selembar kertas besar yang berisi woro-woro tentang perekrutan pasukan Angkatan laut pangeran Unus Abdurrahman, dalam pesan itu tertulis bahwasanya pangeran akan memberantas kaum kuning yang selama ini sudah meresahkan laut Malaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dimas riyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEPUTUSAN WIGARDAKUSUMA

“Hidup pangeran warangka !!!” Lodra mengelu-elukan Rangsam, diikuti prajurit lainnya, HIDUP PANGERAN WARANGKA!!!!, HIDUP PANGERAN WARANGKA!!!!, HIDUP PANGERAN WARANGKA!!!!!....

Kini pasukan Portugis tidak ada lagi yang membantu, pasukan Melayu sebagian besar sudah bergabung dengan Rangsam, dan sisanya melarikan diri, pasukan Portugis Eropa tampak ketakutan, itu bisa dilihat dari cara mereka memegang senapan.

Mereka membentuk barisan barikade dengan moncong senapan mengarah ke Rangsam, namun pasukan Bintara pun juga sudah dalam posisi siap dengan senapan mereka, jarak mereka lebih dari seratus tombak, lumayan ideal bagi jarak tembak kedua belah pihak, namun Rangsam tidak ingin banyak korban dari pasukannya, maka ia mengatur strategi.

“Lodra, perintahkan pasukan untuk menyebar dan tiarap, tembak ke arah musuh sebisa mungkin”

“siap pangeran”

Seluruh pasukan Rangsam mengikuti aba-aba, saat ini pertarungan berbeda, pertarungan adu tembak, ketepatan dan kecakapan sangat berperan penting, Rangsam melompat ke atas atap sebuah kedai, dengan kedua tarkul nya ia mulai menembak, satu dua orang roboh, pasukan Portugis yang dari awal terguncang psikologinya mulai menembak tidak beraturan, Lodra mengomandoi pasukan, memberikan aba-aba untuk menembak secara bergantian, dan berhasil, pasukan Portugis tumbang satu per satu.

Pasukan Portugis perlahan mundur masuk ke dalam benteng, Rangsam yang mengetahui itu dari atas atap memberikan komando untuk maju.

Sementara di lautan masih berkecamuk, jual beli serangan dari kapal-kapal Portugis dan Bintara semakin sengit, terlihat kapitan Joko keker mencabuti tiang-tiang musuh dengan tangannya, melemparkan tiang itu ke kapal musuh yang lain, tidak heran jika Joko keker dijuluki titisan Bima, ototnya seperti dari kawat, tulangnya seperti baja, kulitnya setebal kulit kerbau, dengan tangan kosong ia menghabisi lawan-lawannya.

Ia terus menyerang, ini kapal terakhir baginya, sepertinya kemenangan sudah di depan mata bagi Bintara dan Cirebon, sudah tidak banyak lagi kapal yang terlihat, hanya tinggal dua kapal milik Portugis, kapal Bintara tersisa lima, keunggulan jumlah ini menggambarkan kemenangan yang sebentar lagi tercapai, tinggal menggempur benteng, dan menguasai pelabuhan, bergabung dengan pasukan kerajaan setempat.

Pangeran Unus sangat percaya diri, ia memerintahkan menyerang kapal yang tersisa, kapal itu hendak melarikan diri, namun dikejar oleh Jung yang di komandoi pangeran adipati Wigardakusuma, dan tidak perlu waktu yang lama, kedua kapal itu berhasil dikuasai, kini tinggal merapat ke pelabuhan.

“prajurit, trimakasih kalian sudah mau berjuang sejauh ini, sekarang tinggal satu langkah lagi, kuasai pelabuhan!!!!!!” seru pangeran Unus. Prajurit yang tersisa tampak bersemangat, walau banyak dari mereka yang syahid, tapi perjuangan mereka tidak sia-sia, pangeran Unus sangat optimis dapat merebut Malaka, Portugis sudah hampir porak-poranda.

Kapal-kapal Bintara tanpa ragu perlahan mendekati pelabuhan, mereka melihat sebuah kapal Portugis, namun berbendera Bintara, kapal itu sudah berlabuh terlebih dahulu.

“Itu kapal pangeran Warangka dan Lodra gusti pangeran” tukas kapitan keker dengan bangga.

“ya, anak itu memang luar biasa” jawab pangeran Unus.

“Kedua keponakanku memang luar biasa, ha ha ha, aku beruntung masih bisa berperang bersama kalian, semoga umurku panjang bisa melihatmu menjadi Sultan dan melihat Rangsam menjadi panglima Besar”

“baru kali ini aku mendengar paman memanggilnya Rangsam” Celetuk pangeran Unus sambil tersenyum tipis.

“aku tau dia sangat risih dengan status barunya, dia anak yang baik, setelah kita pulang nanti, aku akan dengan bangga memperkenalkannya ke seluruh penjuru negeri”

“aku beruntung menjadi keponakanmu paman”

“trimakasih pangeran, aku pun bangga kepadamu”

Mata kapitan keker berkilat-kilat, menandakan semangatnya masih berkobar “prajurit, siapkan pemuras dan tarkul kalian, jangan sampai kita kalah cepat dari bocah tengik dan bocah hitam itu!!!”

“ehem, siapa yang kau sebut bocah tengik kapitan keker”

“eh, mohon ampun gusti adipati, hamba begitu bersemangat”

“tidak papa, memang bocah tengik itu selalu punya kejutan, ha ha ha”

Kapitan keker beringsut menahan malu sambil tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Baru beberapa menit mereka merasakan kegembiraan, Tiba-tiba dihujani meriam dari arah kiri, belum selesai keterkejutan mereka, dari kanan pun mereka dihujani meriam, keadaan menjadi panik, armada mereka hanya lima, sedangkan dari kiri dan kanan dikepung, sekitar seribu kapal, sungguh tidak diduga, padahal kemenangan sudah di depan mata, sepertinya mereka akan tamat.

“bagaimana ini pangeran, ?!” kapitan Joko keker terlihat panik.

“ini sungguh di luar dugaan, aku tidak menyangka kekuatan mereka sebesar ini” pangeran Unus mengernyitkan dahi, sungguh ini di luar apa yang dilaporkan telik sandi.

“Pangeran, jangan panik, aku sarankan kita memutar haluan, sebelum kapal-kapal musuh mendekat”

“baiklah paman, tolong kau ambil alih komando, eh.. Tunggu paman, bagaimana dengan pangeran Warangka?”

“tidak ada waktu untuk memberi kabar, inilah perang, yang kita bisa lakukan adalah sesegera mungkin meninggalkan tempat ini untuk menyusun kekuatan kembali, kapitan keker kirimkan sandi bendera kepada pasukan Rangsam di pelabuhan!!”

“baiklah gusti adipati, prajurit!!! Berikan informasi kepada pasukan yang ada di pelabuhan!!!!!!”

“siap kapitan”

Armada Bintara bergegas memutar haluan sebelum armada musuh mendekat, sepertinya penyerangan ke Malaka kali ini tidak berhasil, mereka terpaksa meninggalkan Rangsam dan yang lainnya, karena keadaan yang sangat mendesak.

Kapal berhasil berbalik arah, kini semua layar terkembang, kecepatan penuh mereka melakukan, bukan untuk lari, tapi mundur sejenak demi menyusun kekuatan yang lebih besar lagi.

Kapal musuh terus mendekat, mereka terus menembakkan meriam, karena jarak yang cukup jauh, hanya satu atau dua bola meriam yang sampai, itupun dengan kekuatan yang sudah lemah karena jarak, dari jauh pangeran adipati Wigardakusuma melihat kapal Rangsam yang hampir tenggelam dihujani meriam, entah bagaimana nasib Rangsam dan yang lainnya, padahal baru saja ia menemukan Rangsam, anak dari kakaknya, kenapa takdir memisahkannya lagi.

Wigardakusuma sangat sedih, itu terlihat dari raut wajahnya, ia berdo’a semoga Allah menjaga keponakannya itu, atau jika Allah berkehendak lain, semoga ia berada di tempat yang terbaik di alam sana, bersama para syuhada yang mulia.

Dari belakang kapitan Joko keker menghampiri, “mohon maaf gusti adipati, gusti harus melihat ini” sambil menyodorkan sebuah teropong.

“aku sudah lihat keker, armada musuh masih terus mengejar kita, aku muak melihat wajah penjajah-penjajah itu”.

“hamba mengerti gusti, tapi ini adalah jawaban kenapa kita menanggung kekalahan”

“apa maksudmu keker?”

“mohon gusti melihatnya sendiri”

Wigardakusuma meraih teropong dari tangan Joko keker, dan Wigardakusuma terbelalak, seperti tidak percaya apa yang ia lihat.

“Kurang ajar, bedebah, rupanya dia, aku tidak habis pikir!!!”

Wigardakusuma berteriak memanggil pangeran Unus yang sedari tadi duduk bersandar di tiang layar sambil memegangi kepala,

“Pangeran!!!, kemarilah!!!, kau harus lihat si bedebah itu!!”

“ada apa paman?” pangeran Unus terkejut.

“Kau harus lihat ini, ini akan menjadi pelajaran kita di masa mendatang”

Pangeran Unus beranjak dari lamunannya, menghampiri Wigardakusuma, lalu mengambil teropong dari tangan pamannya,

“laknaat..!!! , rupanya Uzglu penghianatnya!!!”

Pangeran Unus geram sekali, ia meremas teropong tembaga di tangannya hingga hancur seperti kertas.

“aku ingin kembali paman!!, aku ingin membunuh manusia biadab itu!!!”

“tenangkan dirimu pangeran!!!, kita semua bersedih, kita sama-sama berkorban jiwa dan raga, jangan kau jadikan pengorbanan mereka yang syahid menjadi sia-sia!!!”

“aku tidak trima penghianatan ini paman!!!!”

“pangeran!!!, kendalikan dirimu!!!!”

Tidak paman!!!! Aku ingin membunuhnya!!!!

PLAAKK......

Wigardakusuma menampar pangeran Unus hingga tersungkur dan pingsan, ia terpaksa melakukan itu, demi kebaikan bersama.

“ maafkan paman nak, kau harus banyak belajar, kapitan keker, bawa pangeran Unus ke kamarnya”

“baiklah gusti”

Sungguh pilihan yang berat bagi Wigardakusuma, apalagi ia harus meninggalkan Rangsam, hatinya tercabik-cabik, namun kepentingan negara dan bangsa serta agama berada di atas segala-galanya, itu juga berlaku bagi anggota keluarga kerajaan, pahit memang, tapi inilah hidup, takdir milik Allah, manusia hanya bisa berdoa dan berusaha, dalam hati ia berdo’a “ya Allah, selamatkanlah Rangsam dan yang lainnya”.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!