Cinta Yang Terluka

Bab. 11

"Laras juga tidak tahu Bu, kenapa pak Antonio tidak marah pada Laras yng jelas-jelas sudah ceroboh, malah pak Antonio sangat mengkhawatirkan keadaan Laras dan akhirnya dia mengantarkan Laras sampai ke kantor Bu."

"Ya ampun....baik sekali pak Antonio itu, kenapa tadi tidak kamu persilahkan masuk ke dalam rumah dulu Laras?"

Laras terdiam sejenak lalu dia berkata lagi

"Iya Bu aku lupa tadi tidak menyuruh pak Antonio mampir dulu, ya ampun....bodohnya aku," Laras mengumpat dirinya sendiri.

"Sudahlah, lain kali kalo ketemu pak Antonio lagi ajak dia kesini," kata Bu Weni dengan polosnya.

Laras menatap ibunya sambil mengerutkan keningnya " Ibu berharap aku ketemu lagi dengan pak Antonio? ah ibu ada-ada saja," batin Laras.

"Ayo cepat kamu ganti baju, bajumu basah itu nanti bisa masuk angin kamu," Bu Weni mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.

"Baik Bu."

Laras segera berjalan menuju ke kamarnya dan setelah berada di dalam kamar, dia lemparkan begitu saja tas kerjanya di atas kasur lalu dengan segera dia meraih baju handuk dan berjalan keluar dari kamar menuju ke arah kamar mandi.

"Ibu sudah masakkan air panas untuk kamu mandi," kata Bu Weni ketika melihat Laras melintas di meja makan.

"Iya Bu," Laras terus berjalan ke dapur dan melihat di atas kompor ada sebuah panci yang berisi air panas yang di maksud ibunya tadi.

Laras meraih dua buah serbet untuk mengangkat panci itu dan kemudian masuk ke kamar mandi, lalu menuangkan air panas itu ke dalam bak yang sudah berisi air yang di siapkan ibunya tadi.

Kemudian Laras masuk kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air hangat yang terasa sangat segar dan hangat untuk tubuhnya yang merasa kedinginan sedari tadi.

Di dapur terlihat Bu Weni sedang sibuk membuatkan teh panas untuk Laras.

Beberapa menit kemudian Laras sudah keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk mandi dan rambutnya yang basah ia biarkan tergerai begitu saja.

"Ini tehnya di minum Laras, biar tubuhmu menjadi hangat," kata Bu Weni pada Laras.

Laras duduk di meja makan di sebelah ibunya, lalu dengan perlahan dia menyeruput teh panas yang sudah di buatkan ibunya barusan.

"Enak Bu, tubuh Laras jadi hangat sekarang," kata Laras sambil tersenyum pada ibunya.

Bu Weni menatap anak gadisnya itu lalu ia bertanya sesuatu pada Laras "Laras, tadi kamu bilang kalau tadi pagi itu kamu ketemu sama Edo?"

Laras menghela nafasnya dalam-dalam lalu ia meletakkan gelas yang berisi teh panas yang baru saja ia minum itu.

"Iya Bu," jawab Laras.

"Lantas kenapa kamu menghindari dia sampai kamu berlari dan hampir ketabrak mobil?" tanya Bu Weni lagi.

"Aku....aku tidak mau ketemu Edo lagi Bu," ucap Laras sedikit melemah suaranya.

Bu Weni menghela nafas dalam-dalam sambil menatap sendu putrinya itu "Ya, ibu tahu kamu pasti kesal sama Edo karena dia pergi begitu saja tanpa ada kabar beritanya selama ini."

Laras menghela nafas dalam lagi sambil menipiskan bibirnya dan berkata pada ibunya "Bu, aku mau tidur dulu ya aku capek dan mengantuk Bu," pamit Laras pada Bu Weni.

"Ya," ucap Bu Weni sambil menganggukkan kepalanya.

Laras berjalan menuju ke arah kamarnya.