NovelToon NovelToon
SENORITA PERDIDA

SENORITA PERDIDA

Status: tamat
Genre:Misteri / Cintapertama / Mafia / Percintaan Konglomerat / Tamat
Popularitas:36k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Series #2

Keputusan Rayden dan Maula untuk kawin lari tidak semulus yang mereka bayangkan. Rayden justru semakin jauh dengan istrinya karena Leo, selaku ayah Maula tidak merestui hal tersebut. Leo bahkan memilih untuk pindah ke Madrid hingga anaknya itu lulus kuliah. Dengan kehadiran Leo di sana, semakin membuat Rayden kesulitan untuk sekedar menemui sang istri.

Bahkan Maula semakin berubah dan mulai menjauh, Rayden merasa kehilangan sosok Maula yang dulu.

Akankah Rayden menyerah atau tetap mempertahankan rumah tangganya? Bisakah Rayden meluluhkan hati sang ayah mertua untuk merestui hubungan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Tamu Tak Diundang

...•••Selamat Membaca•••...

Pagi masih menyisakan embun di daun-daun tetangga saat Maula membuka pintu. Ia belum benar-benar siap menghadapi dunia luar.

Rambutnya masih basah, mata sedikit sembab karena begadang bersama Rayden yang semalam terlalu hangat untuk ditinggalkan sendirian.

Langkah kecilnya diiringi aroma kopi yang baru ia seduh, berniat membuka gorden ruang tamu dan menyalakan diffuser lavender, ketika bel rumah berbunyi dengan panjang dan terlalu percaya diri.

Maula mengernyit.

“Siapa yang datang sepagi ini?” pikirnya.

Dengan jubah tidur satin dan langkah tenang, ia membuka pintu dan di sanalah dia berdiri seorang wanita yang cukup Maula kenali.

Barbara Solkovi.

Rambut pirangnya diikat rapi ke belakang, tubuh rampingnya dibalut mantel krem dari Max Mara, dan di tangannya ada nampan kayu mewah berisi dua croissant, sebotol kecil jus jeruk, dan secangkir kopi yang aroma bijinya langsung menusuk indera penciuman Maula.

“Halo, Maula,” sapanya dengan suara ramah yang terdengar seperti pisau yang dibungkus renda.

Maula membeku. Matanya turun menatap nampan. Kemudian naik lagi ke wajah Barbara yang terlalu bahagia untuk seseorang yang tidak diundang.

“Mau apa kau ke sini?” tanya Maula dengan ketus.

“Membawakan sarapan.”

“What?”

“Aku pikir Rayden akan senang diberi sarapan pagi oleh... teman lamanya.” Barbara menekankan kata ‘teman’ seakan Maula perlu diberi catatan kaki dan menegaskan bahwa Rayden dan dia sangat dekat.

Maula tidak langsung menjawab. Ia memiringkan kepala. Dalam pikirannya, sebuah lonceng bahaya berdentang pelan.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya lagi dengan nada datar. Barbara tersenyum, lalu mengedip pelan, manja.

“Oh, aku lupa bilang. Aku pindah semalam. Rumah yang tepat di depan sini.”

Jantung Maula seperti ditarik pelan keluar dari rongga dadanya. Ia mengenali rumah itu, rumah yang biasanya kosong, dihuni pasangan lansia yang katanya akan pindah ke selatan Spanyol. Tapi kini rumah itu... milik Barbara?

Barbara menyeringai kecil, seperti sedang menyaksikan reaksi yang ia nantikan sejak lama.

“Takdir itu lucu, ya?” lanjutnya. “Dulu aku harus menempuh ribuan kilometer untuk bisa melihat Rayden, sekarang... aku hanya perlu melangkah keluar dan menyeberang jalan.”

Maula merasakan sesuatu yang panas menjalar di tengkuknya tapi ia tetap tenang.

“Rayden masih tidur,” ucapnya lembut, meski suaranya seperti belati terbalut beludru. “Dan dia hanya makan sarapan buatan istrinya.”

Barbara tertawa kecil, seperti mendengar lelucon yang sudah basi.

“Tentu. Tapi tak ada salahnya mencoba, kan? Siapa tahu... dia rindu rasa yang dulu.” Itu kalimat yang terlalu jauh dan terlalu dalam.

Maula tak banyak bicara. Ia mengambil nampan dari tangan Barbara, perlahan, seperti sedang menyita senjata. Kemudian, dengan gerakan tenang, ia membalikkan nampan tersebut. Croissant dan kopi jatuh menghantam marmer beranda. Cangkir pecah. Jus jeruk menyebar seperti darah.

Barbara terkejut tapi Maula tersenyum manis.

“Sekarang kamu tahu,”ucapnya lirih. “Rayden hanya makan dari tanganku. Buatan jemariku.”

Lalu Maula menutup pintu perlahan dan tidak membantingnya. Tapi keheningan setelah itu terasa lebih brutal dari apa pun.

Pintu tertutup.

Barbara pergi dengan senyuman puas, karena memang hal ini adalah bagian dari rencananya. Saat bertemu Rayden di klub waktu itu, dia kembali menggilai Rayden dan mencaritahu semua mengenai pria tersebut hingga dia memutuskan untuk pindah ke Madrid.

“Wow, senang memainkan emosimu ternyata ya. Baru permulaan, Maula.” Barbara berjalan sembari tersenyum menuju rumahnya.

Aroma croissant yang jatuh ke depan pintu utama masih samar-samar tercium, bercampur embun pagi yang seharusnya menenangkan.

Maula berdiri mematung di balik daun pintu. Matanya tak berkedip, menatap nampan yang berserakan di ubin, sisa jus jeruk merembes, cangkir pecah, dan kertas kecil dengan tulisan:

“Untuk Rayden. I made this myself. B—”

Tangan Maula meremuk kertas itu tanpa sadar dan emosinya benar-benar kembali terganggu.

Tubuhnya dingin bukan karena udara pagi, tetapi karena kalimat Barbara, karena senyum palsunya pagi-pagi sekali, dan satu kalimat yang keluar dari mulutnya yang terakhir.

“Aku sekarang tinggal di depan rumahmu. Baru pindah semalam.”

“Brengsek.” Maula mengumpat dan tertawa sakit.

Barbara, wanita yang dari dulu menjadikan Rayden semacam candu. Wanita yang terlalu cantik untuk dibenci terang-terangan, dan terlalu obsesif untuk bisa diabaikan.

Sekarang dia tinggal persis di depan rumah mereka?

Maula menutup pintu dan mengunci ganda. Lalu naik ke kamar, tanpa suara, dia tidak ingin bertemu siapa pun bahkan dengan Rayden.

...***...

Rayden baru terbangun tiga puluh menit kemudian. Langkahnya tenang, mata masih setengah terbuka, tapi instingnya selalu hidup penuh.

Ia meraih ponsel, melirik layar dan Maula belum mengirim apa pun seperti biasanya.

Biasanya, ada pesan di atas bantal bekas Maula tidur dan ketika bangun Rayden akan membacanya dengan tulisan : “Kopi atau teh, Mister?”

Tapi sekarang, tidak ada.

Ia turun ke lantai bawah, rumah terasa kosong dan sepi yang tak biasa. Yang paling aneh adalah kehadiran istrinya. Tidak ada Maula.

Ia memanggil sekali. Tak ada jawaban.

Lalu langkahnya menuju pintu utama. Ia hendak keluar sebentar untuk merokok sambil menghirup udara pagi.

Namun baru setengah membuka pintu, matanya tertumbuk pada nampan di lantai depan. Jus jeruk tumpah. Croissant hancur. Sebuah cangkir pecah. Dan satu kertas kusut.

Alis Rayden berkerut dan dari seberang sana Barbara menatap ke rumah Maula dan Rayden menggunakan teropong kesayangannya.

Rayden membungkuk, memungut kertas itu. Tapi tidak sempat membacanya karena pintu kamar terdengar tertutup pelan dari lantai atas.

Rayden berdiri tegak dengan perasaan aneh.

Ada sesuatu yang salah pagi ini, sesuatu yang Maula sembunyikan darinya.

“Ada apalagi ini?” pikir Rayden.

Ia menutup pintu dan bergegas ke kamar mencari istrinya.

“Piccola,” panggil Rayden saat sampai di depan kamar, pintu terkunci.

“Piccola, aku tahu kamu di dalam, buka pintunya sayang.” Tak ada jawaban sama sekali, Rayden sudah bisa menduga bahwa ini memang ada sesuatu.

Di tempat lain, Barbara tersenyum bahagia dan menyeruput kopi hangatnya.

“Bukankah ini sangat indah? Rayden... Melihatmu pagi ini benar-benar membuat hatiku terlena. Kau sangat tampan, bahkan jauh lebih tampan dari terakhir kali kita bertemu. Sayangnya, kau memilih wanita yang salah untuk mendampingimu.” Barbara menyeruput kopinya dan menatap foto Rayden di atas meja.

“Aku sangat tahu bagaimana tipe wanita idamanmu. Dan itu bukan seperti Maula, kau butuh wanita yang bisa memberikan waktu 24 jam denganmu, bukan wanita yang super sibuk dan memilih dokter sebagai pekerjaannya. Ckck pasti wanita itu menjebakmu dengan tidur dengannya lalu kau terpaksa menikah dengannya bukan? Aku sangat tahu pikiran wanita seperti Maula ini, binal, murahan, jalang, dan sangat tidak pantas untuk menjadi istrimu, Victory Dragonvich. Harusnya aku. Aku yang bersama denganmu.” Barbara menusuk foto Maula lagi dengan garpu lalu merobeknya.

...•••Bersambung•••...

1
Putri vanesa
Semoga Maula kuat dan msih aman sma yg lainnya, Ray knpa gk minta tolong papamu dan om axelee
Putri vanesa
Sukaa banget setelah sekian lamaaaa Mauuulaa ❤️❤️
Vohitari
Next, seriesnya seru thor
Pexixar
Lanjut lagi
Miami Zena
Series yg paling ditunggu, mentalku aman kok thor
Sader Krena
Lanjutan ini selalu kutunggu, cepat rilis thor
Flo Teris
Selalu nungguin series nya, btw mentalku aman banget
Cloe Cute
Segerakan series 3 kak, udah gak sabaar aku tuh
Bariluna Emerla
Aku menunggu series 3 kak
Zayana Qyu Calista
Sedih kan kamu Ray, mana istri lagi hamil lagi kamunya berulah. Sekarang Maula hilang malah kelimbungan, cepat rilis yang ketiga kak, udah gak sabar mau baca
Rika Tantri
Puas banget sama pembalasan Maula tapi kesel banget sma Rayden. Udah tau si barabara itu otaknya gesrek, masih aja diikutin
Zayana Qyu Calista
Ditunggu banget nih series 3, yg paling dinanti ini mah. Cepetan kak ya
Arfi
Cepat di rilis kak, gk sabar aku
Arfi
Puas banget sama Maula ih, salah cari lawan kan lo Bar
Hanna
Kamu tuh ceroboh banget tau dak sih Ray, gak bisa baca apa kalo dia pura2
Hanna
Wajar aja Maula ngamuk dan ninggalin kamu Ray, dia ngeliat pergulatan panas kamu sama barbara.
Hanna
Puas banget aku weehh
Hanna
Dia nyoba ngeracau pikiran Maula ini mah
Ranti Zalin
Puas banget ngeliat dia diginiin, mampos
Ranti Zalin
Bikin masalah nih org njirr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!