SISA RASA NAYLA

Beberapa waktu berlalu...

Kini Nayla sudah menginjak kelas sembilan, artinya gadis yang telah beranjak remaja itu sebentar lagi akan mengikuti ujian sekolah dan berseragam sekolah menengah atas.

Nayla memiliki paras semakin menawan di usia beranjak remaja. Gadis itu tetap mempertahankan rambut panjang bergelombang dan berkulit putih bersih. Ia memiliki bola mata bening.

Nayla tumbuh sebagai gadis pendiam, ia tidak memiliki banyak teman akrab di sekolah namun karena ia di kenal cerdas dan berprestasi maka anak-anak lainnya ingin menjadi teman Nayla.

Nayla semakin tekun belajar mempersiapkan diri untuk ujian sekolah agar mendapatkan hasil terbaik dan bisa menghantarkan ia mewujudkan cita-citanya.

"Nayla!!"

Nayla yang sedang berjalan bersama teman baiknya Rina hendak menuju kantin sekolah menolehkan kepalanya karena ada yang memanggil namanya. Senyum ramah mereka dari bibir gadis itu. Temannya yang lain menghampiri dengan sedikit tergesa.

"Iya Sisil ada apa?"

Gadis bertubuh berisi bernama Sisil memeluk lengan Nayla. "Nay malam nanti jangan lupa datang ke ulang tahun ku ya. Aku tunggu loh".

Nayla tersenyum ramah. "Maaf Sisil, aku sudah janji pada tante Yulia untuk menemani belanja setelah pulang les nanti. Aku tidak enak jika harus membatalkan. Tapi aku telah menyiapkan kado untuk mu, nanti aku antar ke kelas mu", jawab Nayla memberi pengertian pada temannya.

"Ahh Nayla, aku kecewa loh kalau kamu tidak datang ke acara yang aku adakan. Kenapa susah sekali mengajak mu keluar Nay. Kami pasti selalu beralasan inilah itulah. Kamu terlalu giat belajar Nayla, ayolah sekali-kali bersenang-senang. Waktu kita di SMP hanya hitungan bulan lagi. Kemungkinan kita tidak satu SMA lagi–"

Drt

Drt

Drt

Sisil tidak melanjutkan ucapannya karena ada panggilan masuk di handphone Nayla.

Nayla melebarkan kedua matanya. Terlihat sangat bahagia menatap handphone miliknya. "Aku harus mengangkatnya. Kak Nathan", ucapnya tersenyum memberitahu kedua temannya yang ikut antusias begitu mengetahui siapa yang menghubungi Nayla. Tanpa menjauh dari kedua temannya gadis itu menggeser tombol hijau di handphone.

Seketika terhubung dengan Nathan yang wajahnya langsung memenuhi layar handphone Nayla.

Nayla melambaikan tangannya diikuti dua temannya Karina dan Sisil. Bahkan Sisil terlihat genit merapikan rambut sebahunya. "Nay, bisa tidak kamu bergeser sedikit. Aku ingin menyapa kakak mu secara pribadi", selorohnya berbisik di telinga Nayla yang masih jelas terdengar oleh Karina.

"Apaan sih Sisil, mulai deh caper gitu", ucap Karina memutar bola matanya melihat tingkah konyol temannya tersebut.

Nayla hanya tersenyum melihat teman-temannya. "Hallo kak...Masih ingat dua temanku ini kan. Karina dan Sisil", Nayla membuka obrolan.

"Tentu. Kalian trio. Seperti penyanyi saja", jawab Nathan tertawa lepas.

"Oh my god. Dia semakin tampan saja", bisik Sisil pada Nayla dan Karina.

Nayla memang sudah mengenalkan Nathan pada temannya tersebut. Pernah bertemu dan berkenalan saat terakhir Nathan pulang ke Jakarta dua tahun yang lalu. Kala itu selama berada di Jakarta Nathan acap kali menjemput Nayla di sekolah. Nathan langsung menjadi pusat perhatian waktu itu oleh siswa-siswi sekolah Nayla, karena pemuda itu sangat tampan.

Memiliki postur tubuh tinggi dengan wajah indo nya membuat teman-teman Nayla ingin berkenalan dengan Nathan yang mereka tahu sebagai kakak Nayla. Namun wajah dan postur tubuh keduanya jelas berbeda.

"Kak Nathan apa jadi pulang saat anniversary tante Yulia dan om Yoga bulan depan?", tanya Nayla memulai percakapan. Nampak jelas Nathan berada di balkon apartemennya sementara langit di sana sudah hitam pekat, menandakan sekarang malam hari waktu London.

"Itulah kakak menghubungi mu Nayla. Aku tidak bisa menghadiri anniversary mami dan papi Yoga karena bertepatan dengan kegiatan outing sekolah ku yang akan study banding Prancis", ucap Nathan menjelaskan ketidakhadiran ia nanti di acara orangtuanya.

Mendengar penuturan Nathan terbersit rasa kecewa Nayla. Namun gadis itu tetap menampilkan senyuman manis di wajah cantiknya. "Wah pasti seru kegiatan sekolah kakak", balas Nayla bertepatan dengan suara bel masuk kelas setelah lima belas menit waktu istirahat.

Nayla menyudahi sambungan telepon dari Nathan. Sebelum mengakhiri telponnya Nathan janji akan menghubungi Nayla lagi.

"Huhh, makan siang kita jadi terlewat", ujar Nayla pada Karina karena keduanya tidak sempat ke kantin.

"Istirahat kedua saja kita makan", jawab Karina yang di sambut anggukkan kepala Nayla tanda setuju dengan ide temannya itu.

"Ya ampun Nay, kakak mu itu semakin tampan saja.Mata birunya itu bikin aku jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nathan. Kalian lihat tadi tubuhnya semakin berotot begitu", ucap Sisil dengan tanggan memeluk lengan Nayla dan memejamkan kedua matanya seperti orang menghayal.

"Apaan sih. Kita bertiga ini belum cukup umur buat hal ganjen seperti itu Sisil. Kamu saja yang sudah dewasa sebelum waktunya", ketus Karina di sambut tawa Nayla yang membuat Sisil cemberut, dengan langkah cepat meninggalkan keduanya yang masih tertawa.

...***...

To be continue