Menikah?
Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.
"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.
"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"
Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?
Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.
Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Tidak Tergoda
Embun terdiam, sesekali matanya tampak mengerjap beberapa kali untuk memastikan kalau laki-laki yang ada didepannya ini adalah Tama.
"Masih pusing?" tanya Tama kepada Embun.
Embun yang mendapatkan pertanyaan itu menganggukkan kepalanya pelan. Saat ini dia masih tidak menyangka kalau orang yang saat ini ada didepannya adalah Tama.
"Ya sudah, bangun dulu terus sarapan dan minum obat. Aku udah beli bubur ayam sama obat buat kamu," ucap Tama dengan nada suara yang terdengar sangat lembut.
Namun bukan itu fokus Embun, yang menjadi perhatiannya tetap saja keberadaan Tama yang tiba-tiba ada di rumahnya. Bagaimana bisa coba? saat ini kepalanya sedang pusing, dan rasanya semakin pusing saat memikirkan kenapa Dosen nya itu bisa sampai ada di rumahnya.
Dengan rasa pusing yang masih sangat terasa, Embun beranjak dari posisi berbaringnya menjadi tidur.
"Pak Tama kenapa ada disini?" tanya Embun.
"Aku denger kabar dari Amara kalau kamu sakit. Dan karena hari ini Amara ada kelas pagi, jadi dia minta tolong ke aku supaya liatin kondisi kamu dan mastiin kalau kamu minum obat," jawab Tama jujur.
Mendengar itu, Embun menghela nafas pelan.
"Padahal saya enggak papa," ujar Embun, "maaf ya Pak malah jadi ngrepotin," tambahnya lagi.
Tama tersenyum tipis.
"Kamu tenang aja, aku enggak merasa direpotkan kok Mbun. Dan--- stop panggil aku Pak dan bicara formal lagi. Semalam kamu udah janji buat enggak lagi bersikap formal kalau di luar kampus."
Tama kembali mengingatkan akan janji Embun semalam.
Mengingat kejadian semalam, Embun ingat kalau semalam Tama sempat mengutarakan perasaan kepada dirinya. Dan mereka sepakat memberi waktu 2 minggu untuk Embun menjawabnya.
"Udah enggak usah dipikirin. Kamu mau bersih-bersih dulu? mau aku bantu ke kamar mandi?" tanya Tama.
Embun menggelengkan kepala. Mendadak wajahnya bersemu merah.
"Enggak, aku bisa sendiri," jawab Embun lirih.
Tama sedikit menyingkir saat melihat Embun hendak turun dari ranjang.
Embun kini sudah berdiri, dan --- Tama cukup terkejut melihat penampilan Embun saat ini. Bagaimana tidak, Embun hanya memakai tanktop dan hotpants sangat pendek. Sebagai laki-laki normal apalagi perempuan yang ada didepannya ini adalah gadis yang dia sukai, tentu saja Tama merasa--- tertarik.
-Gila, Embun lagi sakit dan sempat-sempatnya gue mikir yang enggak-enggak.-
Tama merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ada rasa bersalah karena dia tidak bisa menahan pikiran kotornya tentang Embun. Tapi mau bagaimana, penampilan Embun benar-benar menarik perhatiannya.
"Masih pusing? aku bantu ya? aku takut kamu kenapa-napa Mbun," ujar Tama saat melihat Embun memijat kepalanya sebentar.
Embun kembali menggelengkan kepala.
"Enggak papa, Bang. Aku bisa," jawabnya.
Karena Embun kekeh kalau dia bisa, jadi Tama pun tidak mau memaksa.
"Ya udah, tapi hati-hati. Kalau perlu bantuan, kamu panggil aku aja. Aku disini," ujarnya.
Embun menganggukkan kepala, kemudian beranjak masuk ke kamar mandi yang memang ada di kamarnya.
Setelah Embun masuk ke kamar mandi, Tama langsung menarik nafas kasar.
"Setelah ini kayanya gue harus banyak-banyak istighfar deh," gumam Tama.
Btw kalian tenang saja, Tama janji dia tidak akan melewati batasnya. Tama bukan laki-laki br*engsek yang akan menuruti hawa nafsunya tanpa memikirkan baik-buruknya dikemudian hari.
***Embun POV***
Saat ini aku masih duduk di closet setelah tadi mengeluarkan isi kandung kemihku yang memang sudah penuh. Sesekali aku memijat dahi ku yang masih terasa sangat pusing.
"Kenapa bisa pusing banget gini sih," gumamku.
Aku memang sengaja duduk sebentar untuk menghilangkan rasa pusing pada kepalaku. Aku sendiri takut kalau tiba-tiba malah pingsan kalau memaksakan diri untuk langsung berdiri.
Setelah dirasa cukup mendingan, barulah aku beranjak menuju wastafel untuk mencuci muka dan sikat gigi. Tidak ada yang aneh, sampai akhirnya aku sadar akan penampilanku yang bisa dikatakan cukup tidak senonoh.
Aku terdiam menatap penampilanku saat ini. Sebenarnya tidak ada yang aneh, karena memang seperti inilah outfit yang sering aku gunakan saat tidur. Kenapa? ya karena nyaman saja.
\-Ya ampun, jadi dari tadi Pak Tama liat aku dengan penampilan kaya gini?-
Memikirkan hal itu membuat aku merasa panik sendiri. Aku benar-benar tidak sadar dengan pakaianku saat ini. Rasa pusing yang aku rasakan membuatku tidak fokus dengan sekitar, bahkan dengan diriku sendiri.
\-*Kalau kaya gini, gimana caranya aku keluar? aku maluuuu*-
Rasa malu yang kini aku rasakan membuat rasa pusingku tidak terasa.
Tok... tok... tok...
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar. Dan disusul dengan suara Pak Tama yang memanggilku.
"Embun? kamu baik-baik aja kan? kenapa lama sekali di kamar mandi?"
Mungkin sudah lebih dari 10 menit aku berada di kamar mandi. Dan wajar kalau Pak Tama khawatir denganku.
"Enggak papa Bang. Aku baik-baik aja, sebentar lagi selesai kok," jawabku.
Aku tidak ingin membuat Pak Tama semakin khawatir kepadaku. Lagi pula saat ini aku memang baik-baik saja, aku hanya merasa sangat malu.
"Ya sudah, tapi cepetan ya. Kamu udah lama banget loh didalam," ujar Pak Tama lagi.
Dan aku hanya mengatakan iya. Dengan segera aku menyelesaikan kegiatanku mencuci muka dan menggosok gigi.
Setelahnya, aku kembali terdiam. Tatapanku tertuju pada sekitar mencari bathrobe yang bisa aku pakai untuk menutupi tubuhku. Karena aku malu kalau harus keluar dengan pakaian seperti ini. Aku sadar kalau pakaian yang aku gunakan terlalu terbuka.
Tapi---tidak ada bathrobe atau apapun itu yang bisa aku gunakan untuk menutupi tubuhku yang terlalu terbuka ini.
Aku ingat kalau semalam aku sudah membawa bathrobe, handuk, dan juga pakaian kotorku ke bawah untuk dicuci. Dan sekarang di kamar mandiku sudah benar-benar bersih tanpa ada pakaian kotor yang biasanya beberapa tergantung disini.
Aku menghela nafas pelan, mau tidak mau aku tetap harus keluar dengan kondisi seperti ini.
Baiklah, aku akan berpura-pura tidak sadar dengan penampilanku saat ini. Karena aku tidak ingin suasana diantara aku dan Pak Tama justru menjadi canggung.
Tidak lama, tampak Embun keluar dari kamar mandi. Melihat Embun benar baik-baik saja membuat Tama merasa lega. Wajah Embun memang terlihat masih cukup pucat, tapi secara keseluruhan Embun terlihat lebih segar setelah mencuci muka.
"Sudah selesai kan? mau langsung sarapan? mau dibawa kesini atau sarapan di bawah aja?" tanya Tama kepada Embun.
Diam-diam Embun memperhatikan Tama untuk menilai apakah laki-laki itu mencuri pandang akan penampilannya saat ini atau tidak. Dan--- Embun bisa melihat kalau Tama terlihat biasa saja dengan penampilan Embun.
-Kayanya Pak Tama udah biasa liat yang lebih terbuka daripada aku. Jadi dia biasa aja.- Begitu pikir Embun.
Embun sendiri sadar kalau tubuhnya memang tidak sexy. Jadi wajar, meskipun pakaian yang dia gunakan saat ini cukup terbuka tidak membuat Tama tergoda. Dan itu membuat Embun merasa sangat bersyukur saat ini.
"Makan di bawah aja, Bang," jawab Embun, "Bang Tama turun duluan aja, nanti aku nyusul," tambahnya.
"Enggak papa kalau aku turun duluan? emang kamu mau ngapain?" tanya Tama.
"Aku--- ehm, aku mau cas HP sama-- ya pokoknya Bang Tama turun duluan aja, nanti aku turun kok," ujar Embun.
Embun tidak tau harus mengatakan apa. Padahal hanya tinggal mengatakan kalau dia mau ganti baju, mudah kan?
Tama yang tidak ingin membuat Embun menjadi tidak nyaman pun menganggukkan kepala.
"Ya udah, kalau gitu aku turun dulu ya," ujarnya.
Setelah itu, Tama benar-benar keluar dari kamar Embun. Dan tanpa Embun ketahui, laki-laki itu langsung menghela nafas lega.
Bagaimana tidak, sejak tadi Tama berusaha sangat keras agar matanya tidak semakin kurang ajar menatap penampilan Embun yang sangat membuat dirinya tergoda.
-Ya ampun, untuk iman gue kuat.-
Setelah itu, Tama benar-benar turun ke dapur. Dengan sigap dia langsung menyiapkan bubur ayam yang tadi dia beli. Sudah dingin, jadi Tama menghangatkan sebentar di microwave agar kembali enak. Lagi pula semua toping dipisah kok, jadi aman.
Sementara itu, di kamarnya Embun tidak jadi ganti baju. Dia hanya menambahkan cardigan dan juga celana panjang agar penampilannya lebih tertutup dari sebelumnya.