berfokus pada kisah Satya, seorang anak dari mantan seorang narapidana dari novel berjudul "Dendamnya seorang pewaris" atau bisa di cek di profil saya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Di saat yang sama, seorang wanita turun dari arah tangga. la berjalan menuruni setiap anak tangga dengan tenang, serta tak berhenti mengarah pandangan pada dua orang yang berdiri di sana. Raut wajahnya tak terbaca namun sangat berbeda dengan wajah cerah yang Olivia tunjukkan.
Sesampainya di lantai bawah, tak ada yang terucap kala ia berjalan melewati Raska dan Olivia menuju pintu utama.
"Kakak, kakak mau ke mana?" tanya Olivia menyapa.
Wanita itu menghentikan langkahnya sejenak kemudian setengah menoleh pada Olivia tanpa menjawab. Setelahnya, kembali melanjutkan langkahnya keluar dari sana menuju suatu tempat.
Olivia tak berhenti menatap punggung sang kakak. Sejak kematian ibu mereka, sikap kakaknya berubah 189 derajat. Kakaknya yang dulu selalu memperhatikannya, menjadi sosok kakak yang sempurna, kini menjadi sosok yang berbeda. Sosok yang seakan tak pernah Olivia kenal.
"Kakak ...." lirih Olivia. la tidak tahu di man letak kesalahannya. Tapi setiap kali kakaknya bersikap dingin padanya, ia merasa semua karena kesalahannya.
"Sudahlah, jangan memikirkan kakakmu," bujuk Raska yang melihat raut wajah sang putri berubah.
Ekspresi wajah Olivia menjadi sendu. "Kenapa kakak berubah? Aku ... merindukan kakak yang dulu
Raska membawa Olivia ke dalam pelukan. Kakakmu masih butuh waktu melupakan ibumu. Sebentar lagi dia pasti kembali seperti dulu."
Di luar, Jessica, nama anak pertama Raska juga merupakan kakak satu-satunya Olivia, mulai mengemudikan mobilnya pergi meninggalkan kediaman. Rasanya benar-benar muak berada di rumah bersama orang yang paling dibencinya. Dan tujuannya saat ini adalah, rumah Satya.
***
Sebelah alis Satya meninggi menatap wanita yang saat ini berdiri di hadapannya. Ada apa dengan hari ini? Dalam sehari rumahnya telah dikunjungi 3 orang wanita dan dua di antaranya tidak ia kenal. Yakni Olivia dan wanita yang saat ini menatapnya dengan ekspresi wajahnya yang datar.
Satya membuka pintu lebih lebar mempersilakan wanita itu masuk ke dalam rumah. Sayangnya, wanita itu justru menolak berbeda dengan Olivia dan Alexa yang menunjukkan sebaliknya.
"Aku tidak akan lama. Tujuanku ke sini hanya ingin meminta bantuanmu. Katakan pada ibumu untuk berhenti mengganggu ayahku. Lebih tepatnya, jangan biarkan mereka bersatu," jelas wanita itu yang tak lain adalah Jessica.
Dahi Satya tampak berkerut. "Apa maksudmu?" tanyanya.
"Aku Jessica, anak pria yang dekat dengan ibumu. Aku tidak tahu apakah ayah sialan itu yang mendekati ibumu atau sebaliknya. Yang pasti, aku hanya ingin kau membantu dengan memisahkan mereka. Bahkan makam ibu masih basah tapi pria sialan itu melupakannya begitu saja," jawab Jessica.
Tak ada ekspresi berarti yang ia tunjukkan berbeda dengan Olivia.
Bolehkah Satya tertawa? Ini sangat lucu. Sebelumnya ada yang datang memintanya menyatukan ibunya dan Raska, dan sekarang justru sebaliknya. Sayangnya Satya tak akan melakukannya.
Dirinya bukan laki-laki yang dengan senang hati menunjukkan ekspresi terlebih pada orang asing. Selain itu daripada tertawa dirinya lebih ingin marah. Kenapa semua orang menduga ibunya punya hubungan dengan Raska? Padahal pria itu lah yang tak berhenti mendekati ibunya.
"Ada yang perlu kuluraskan di sini. Sebelumnya ada perempuan yang datang ke sini dan memintaku menyatukan ibuku dengan ayahnya. Mungkin kau mengenalnya. Dan sekarang, kau datang dan memintaku melakukan sebaliknya. Aku hanya ingin mengatakan, ibuku tidak punya hubungan apapun dengan ayah kalian. Ibuku sama sekali tak berniat bersatu dengan ayahmu atau siapapun. Jadi baik kau dan adikmu, berhenti mengusik kehidupan ibuku, kehidupanku, kami sama sekali tak ada urusan dengan ayahmu," papar Satya panjang lebar agar pembicaraan ini selesai dengan segera. la marah ibunya dijadikan sasaran.
Jessica hanya diam. Yang ia tahu ayahnya menyukai Shintia. Entah sebaliknya atau tidak, ia hanya ingin Satya membantunya agar memisahkan mereka. la tak rela pria yang sangat ibu ya cintai, berniat memilih pengganti. la tahu ibunya telah pergi, tapi ia ingin ayahnya itu setia sampai mati. Sama seperti ibunya yang mencintai ayahnya hingga kematian menjemput.
Seketika Jessica terhenyak. "Perempuan datang sebelum aku? Apa dia Olivia?" tanyanya memastikan. Jika benar, tak bisa dibiarkan.
"Hn. Jika sudah tidak ada yang perlu dibicarakan, sebaiknya kau pergi. Aku tidak ingin terjadi fitnah." Setelah mengatakan itu Satya segera menutup pintu meninggalkan Jessica yang terdiam bak patung.
Jessica mengepalkan tangan kuat. la masih ragu dengan apa yang Satya katakan. Bisa saja Satya sudah bekerja sama dengan Olivia dan Olivia berpesan jika ia datang, menyuruhnya berputar-pura tidak mendukung hubungan orang tua mereka.
Tiba-tiba terbersit sebuah pikiran di hati Jessica. Sepertinya ia menemukan cara lain agar ayahnya tidak bisa bersatu dengan Shintia. Jika ia bersama Satya, pasti ibu Satya akan mengalah. Tidak ada ibu yang egois mementingkan perasaan daripada mementingkan perasaan anaknya.
Jessica tersenyum samar. Sekarang ia telah membulatkan tekad. Akan ia dekati Satya, membuatnya menyukainya dan misinya mencegah ayahnya menikah lagi akan sukses nantinya.
***
Di tempat Yoga dirinya masih tak bisa berhenti memikirkan Shintia. Memikirkan ucapan Raska sebelumnya.
Yoga memejamkan mata agar pikiran itu segera sirna. Hingga tanpa dirasa dirinya justru jatuh ke alam mimpi.
Yoga membuka matanya dan dirinya sudah berada di tempat lain. Dirinya berada di ballroom hotel yang disulap sedemikian rupa menjadi tempat pernikahan. Suasana sangat meriah, banyak tamu undangan merelakan tawa dan senyuman bahagia. Tiba-tiba Yoga menyadari sesuatu. la memperhatikan pakaiannya dan menyadari pakaian yang dipakainya adalah baju pengantin pria. Apakah
ia yang akan menikah? Dan benar saja, dirinya tengah berdiri di atas panggung sekarang.
Tak berselang lama riuh tamu undangan menjadi hening saat musik pengiring pengantin berkumandang. Seluruh pasang mata pun tertuju pada sebuah pintu yang terbuka lebar dan bercahaya.
Yoga menelan ludah, siapa? batinnya. Dan saat seorang wanita memakai gaun senada dengan pakaiannya, degup jantungnya menggila. Shintia berjalan anggun bersama Satya di sampingnya. Senyumannya mengembang dengan pandangan tertuju padanya. Apakah itu artinya mereka akan menikah? Hari ini? Di tempat ini?
Degupan jantung Yog kian tak terkendali saat Shintia sampai di hadapannya. Suaranya hendak terbuka memuji betapa cantiknya Shintia. Namun, sebelum itu terjadi, tiba-tiba saja seseorang berdiri di hadapannya menjadi penghalang menatap wajah ayu Shintia. Dan pria itu tak lain adalah Raska.
Raska menoleh padanya dengan senyuman mengembang. Kemudian tangannya yang menggenggam tangan Shintia setengah terangkat seolah sengaja menunjukkan Shintia adalah miliknya.
Tubuh Yoga menjadi kaku, wajahnya seketika menjadi pucat. Terlebih saat melihat Shintia tersenyum bahagia.
Tiba-tiba saja Yoga seperti tertarik ke belakang menjauh dari Shintia dan Raska. Tangannya terulur dan hendak berteriak memanggil Shintia dan Satya. Mengatakan jangan meninggalkannya. Sayangnya ia tak bisa, suaranya menghilang.