 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JEJAK GELAP
"Haeun melangkah masuk ke sekolah, langkahnya pelan dan hati-hati, seperti biasa. Sunyi menyertai setiap langkahnya, hanya suara sepatu dan derap kaki murid lain yang terdengar samar.
"Di belakangnya, bayangan panjang mengikuti. Kang Jae-Hyun, cowok misterius yang selalu terlihat dingin dan sulit ditebak, berjalan beberapa langkah di belakangnya, diam dan tenang, seperti menunggu sesuatu yang tak bisa dijelaskan.
"Saat Haeun membuka pintu kelas, matanya tertumbuk pada ketua OSIS yang berdiri di depan, memanggil-manggil nama. Suaranya menembus kelas, dan Haeun terkejut mendengar:
“Kang Jae-Hyun, ke sini sebentar!”
Cowok misterius itu menoleh sebentar, lalu melangkah ke arah ketua OSIS, tetap tenang dan misterius, aura dinginnya mengisi ruangan.
"Haeun melangkah masuk ke kelas, menundukkan kepala, berusaha menghindari tatapan murid lain. Ia berjalan ke bangku kosong di dekat jendela, dan dengan hati-hati menaruh tasnya.
Sambil duduk, pikirannya melayang pada cowok misterius yang tadi dipanggil ketua OSIS. Tanpa sengaja, ia bergumam pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri:
“Ouh… namanya Kang Jae-Hyun… nama yang bagus…”
Kata-katanya lembut, hampir tak terdengar. Namun, Kang Jae-Hyun yang berdiri di belakangnya, menatap dari sudut kelas, menangkap suara itu. Matanya yang dingin menelusuri Haeun sekilas, tapi ia tetap diam, tak menyingkapkan apapun, hanya menyisakan aura misterius yang menempel di udara.
Haeun merasa sedikit gugup, tapi tetap duduk dengan tenang, mencoba menenangkan dirinya. Suasana kelas terasa biasa bagi murid lain, tapi bagi Haeun, setiap detik yang dilewati di dekat Jae-Hyun seperti diisi sesuatu yang tak bisa ia pahami,sesuatu gelap, dingin, dan menunggu.
" Bel sekolah berbunyi tandanya untuk pulang, Haeun melangkah keluar dari gerbang sekolah, langkahnya pelan. Jalanan di sekitarnya sepi, hanya suara derap kaki beberapa murid yang pergi lebih dulu dan gemerisik daun yang tertiup angin senja. Di tangan Haeun tergenggam surat Eomma, alamat yang harus ia tuju: Sae-byeok-gil No. 13, Kota Muriang.
Langkahnya terhenti beberapa kali. Jalanan tampak asing, lorong-lorong dan rumah-rumah di sekitarnya terasa berbeda dari yang ia bayangkan. Dengan gumaman kecil hampir untuk dirinya sendiri, Haeun menoleh ke arah bayangan di depannya,Kang Jae-Hyun yang berjalan beberapa langkah lebih jauh. Suaranya pelan, hampir tak terdengar:
“Kenapa… dia tidak pakai nama di seragamnya… aneh…”
Jae-Hyun menoleh sekilas, tatapannya dingin dan tak menanggapi. Ia tetap berjalan di depannya, diam, misterius, seperti bayangan yang tak bisa dijangkau.
Haeun menelan napas dan melanjutkan langkah. Jalanan mulai berbelok tak terduga, rumah-rumah tampak suram, dan malam mulai menelan cahaya senja terakhir. Hati Haeun berdebar. Ia semakin merasa tersesat.
Dengan panik, Haeun mencoba mengambil ponselnya untuk menelpon Eomma. Jari-jarinya menekan layar dengan cepat, tapi tiba-tiba ponselnya mati. Kehabisan daya. Gelap menelan sekelilingnya. Lampu jalan yang redup hampir tak cukup untuk menuntunnya.
Haeun menatap sekeliling, jantungnya berdetak lebih cepat. Bayangan pepohonan dan rumah-rumah yang membayangi jalanan terasa hidup. Ia menelan napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi ketakutan merayap masuk perlahan.
Dan dari sudut gelap sebuah lorong, sebuah sosok muncul. Kang Jae-Hyun berdiri diam, wajahnya dingin, tanpa ekspresi. Ia mengamati Haeun yang tersesat, seperti menunggu langkah selanjutnya. Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya, tapi aura misterius dan suramnya memenuhi malam, menempel di udara dan menahan napas Haeun…
"Haeun menatap Jae-Hyun dengan ketakutan, langkahnya terhenti. Jalanan malam Kota Muriang sunyi, hanya suara angin yang berdesir dan daun-daun yang bergesekan. Ponsel Haeun kehabisan daya, membuatnya benar-benar sendirian… sampai sosok di depannya menatap dari bayangan.
Jae-Hyun berdiri diam, wajahnya dingin tanpa ekspresi. Namun matanya mengamati sesuatu yang tidak terlihat Haeun,sesuatu yang bergerak di sekelilingnya, bayangan halus yang seolah ingin menempel pada tubuhnya.
“Ada… sesuatu di sini,” suaranya pelan, datar, namun setiap kata terasa seperti mengiris udara. “Jangan… dekatkan diri.”
Haeun menelan napas, tak mengerti apa yang dimaksud. Namun aura Jae-Hyun membuat udara di sekitarnya berat. Ia merasa seolah tubuhnya dijaga oleh sesuatu yang lebih besar dari manusia biasa.
Jae-Hyun mengulurkan tangan, bukan untuk menyentuh, tapi seakan menahan sesuatu yang tak kasat mata. Bayangan di sekitar Haeun bergetar, seakan menghindar dari aura yang terpancar darinya.
“Pergi… atau kau akan tersedot,” katanya singkat, kata-kata yang terdengar lebih seperti mantra daripada percakapan biasa. Matanya menatap Haeun, menegaskan satu hal, malam ini, ia akan melindungi Haeun, walau harus melawan sesuatu yang gelap dan ganas.
Haeun berdiri terpaku, merasakan jantungnya berdetak cepat. Ia tidak mengerti sepenuhnya, tapi sebuah kenyataan terasa menakutkan bahwa ada sesuatu yang mencoba merasukinya, sesuatu yang gelap, dan satu-satunya yang mampu menahannya adalah Jae-Hyun yang misterius itu.
Senja telah lenyap, malam menelan setiap cahaya, dan langkah mereka bergerak dalam keheningan yang dipenuhi ketegangan, dengan Jae-Hyun yang tetap diam, menjaga Haeun dari kegelapan yang mengintai…
"Haeun menatap Jae-Hyun dengan mata melebar, napasnya tercekat. Jalanan Kota Muriang sunyi, hanya desiran angin yang menggesek daun-daun kering di trotoar. Lampu jalan yang remang membuat bayangan mereka memanjang di aspal.
“Apa… apa yang kamu lakukan?” gumam Haeun pelan, suaranya sedikit bergetar. “Apa… kamu dari tadi mengikuti aku…?”
Jae-Hyun menatapnya, dingin, tanpa ekspresi. Tidak ada senyum, tidak ada gerakan berlebihan. Hanya mata hitamnya yang menusuk, seolah membaca lebih dari sekadar pandangan.
“Haeun,” katanya singkat, suaranya terdengar lebih berat daripada kata-kata biasa, “ada sesuatu… yang ingin mendekatimu. Aku… menahannya.”
Haeun menelan napas, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tidak sepenuhnya mengerti maksudnya, tapi aura misterius Jae-Hyun membuatnya sadar,ada bahaya yang nyata, sesuatu yang gelap sedang mengincarnya.
Jae-Hyun melangkah mendekat, namun tetap menjaga jarak. Setiap gerakannya tenang, seakan menahan sesuatu yang tak kasat mata.
“Kamu tidak boleh… terlalu dekat,” katanya singkat, nadanya seperti mantra, penuh peringatan tapi tanpa suara emosi.
Haeun mengangguk pelan, perasaan takut dan penasaran bercampur. Ia masih polos, masih tidak tahu banyak, tapi malam itu, di jalanan sepi Kota Muriang, ia mulai menyadari,ada sesuatu di sekitar dirinya yang berbeda, gelap, dan Jae-Hyun adalah satu-satunya yang bisa menahan kegelapan itu.
Langkah mereka terus menyusuri jalanan, sunyi, penuh ketegangan, dan setiap bayangan di sekeliling terasa hidup, mengikuti mereka dalam diam.
"Langkah Haeun terasa berat di jalanan yang sepi. Lampu jalan remang menyoroti aspal retak, bayangan pohon menari-nari, dan angin malam membawa aroma tanah basah. Ia menggenggam surat ibunya, namun pikirannya melayang jauh.
Siapa… siapa yang ingin merasukiku? gumamnya dalam hati, jantungnya berdetak lebih cepat. Kenapa ada sesuatu yang ingin mendekat?
Ia menatap sekeliling, rumah-rumah tampak berbeda, jalanan terasa asing. Kota Muriang… jauh berbeda dari Seoul. Senja yang biasanya hangat kini berubah menjadi bayangan yang menakutkan, seolah menelan setiap cahaya yang tersisa.
Kenapa… semua terasa begitu menyeramkan? Kenapa jalanannya begitu sepi dan gelap?
Dan… lelaki itu,Kang Jae-Hyun. Matanya dingin, kata-katanya aneh, setiap ucapannya terasa lebih seperti mantra daripada percakapan biasa. Apa maksudnya dari tadi? Mengapa ia berbicara begitu… dan seakan melihat sesuatu yang tidak bisa kulihat?
Haeun menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Tapi hatinya tetap dipenuhi rasa penasaran dan takut. Ada rahasia di malam ini, ada bayangan yang mengintai, dan ada seorang lelaki yang menyimpan misteri yang belum ia mengerti sama sekali.
Senja semakin hilang, malam merayap masuk. Jalanan Kota Muriang menjadi sunyi, berat, dan Haeun menyadari satu hal,malam ini, ia tidak hanya tersesat di jalanan, tapi juga tersesat dalam sesuatu yang lebih gelap, lebih misterius, dan jauh dari dunia yang pernah ia kenal.
"“Dalam gelap, rahasia berbisik, dan hati yang polos bisa tersesat.”
 
                     
                    