Kim Sena, gadis manis berambut pendek yang kini duduk di tahun kedua SMA, tampak seperti remaja biasa. Namun di balik senyum lembutnya, ia menyembunyikan rahasia besar — dirinya adalah seorang Hunter, pemburu makhluk halus dengan peringkat atas kelima.
Mengikuti jejak sang ibu yang legendaris dan menduduki peringkat kedua, Sena bertekad melampauinya. Ia ingin menjadi Hunter terkuat, mencapai peringkat pertama yang selama ini hanya jadi impian.
Tapi jalan menuju puncak kekuatan bukanlah perjalanan mudah. Di balik setiap langkahnya, bahaya, rintangan, dan rahasia gelap dunia bawah menantinya.
Dalam perjalanan itu, Sena bertemu seekor kucing hitam di tengah hutan. tapi siapa yang akan mengira bahwa kucing itu adalah seorang dewa rubah penjaga Gunung Halla yang terkenal
Bersama dengan kucing hitamnya, perjalanan Sena menuju takdirnya pun dimulai!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Sari W., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 PERJANJIAN DENGAN DEWA
"Yang pertama berjanjilah kau harus selalu melindungi ku dari segala macam bahaya yang mengincar nyawaku, yang kedua berjanjilah kau harus berada di sisiku saat bahaya sedang mengintai, yang ketiga kau harus mendengarkan semua perkataanku dan yang keempat bantu aku untuk berada di posisinya pertama itu. Kemudian setelah urusanku didunia ini telah selesai sepenuhnya, kau boleh mengambil jiwaku." Ucap Sena dengan wajah datar
Daripada jiwanya menjadi sia sia dimakan oleh mahluk rendahan itu, lebih baik jiwanya dimakan oleh seorang dewa menurut Sena.
Si rubah menganggap ini akan jadi lebih menarik karena sena yang ternyata seorang Hunter dengan peringkat lima, ini menjadi lebih seru karena si rubah ternyata sedang bosan tinggal di gunung itu.
"Baiklah aku setuju. Satu hal lagi yang aku minta darimu." Rubah itu mendekatkan wajahnya ke Sena.
"JAGA JIWAMU TETAP SUCI JIKA TIDAK, AKU AKAN MEMAKAN JIWAMU BESERTA TUBUHMU. Bagaimana?" Ucap si rubah dengan mata merah yang tiba tiba menyala.
Dengan tenang Sena mendorong kepala si rubah menjauh dari wajahnya.
"Baiklah aku setuju, aku akan menjaganya tapi tepati janji yang aku ucapkan tadi." Ucap Sena.
"Baiklah. Mulai sekarang aku akan melindungimu dan ingat perjanjian kita ini." Kata si rubah mengulurkan tangannya.
"Ya. aku berjanji dan akan mengingatnya" Sena menyambut tangan rubah itu dengan hangat.
"Sekarang bisa kau berubah menjadi normal? Kepalaku sakit harus mendongak keatas." Ucap Sena seraya memegang leher belakangnya.
Si rubah itu lalu menuruti perkataan Sena dan berubah menjadi seekor anak rubah kembali.
"Hmm....bisa kau berubah ke wujud yang lainnya? Karena kita sering bersama nanti, akan jadi masalah jika aku membawamu ke tempat bibi Jun dalam wujud rubah seperti ini, entah bagaimana dia membenci seekor rubah." Kata Sena
"Manusia memang suka memilih!" Ketus rubah itu.
Meski merasa kesal, rubah putih itu akhirnya berubah wujud menjadi seekor kucing gemuk dengan mata sipit dan ekor pendek serta warna bulu hitam.
Melihat wujud si rubah menjadi kucing membuat Sena terdiam sejenak, suara yang berat dan mengintimidasi sudah tidak ada lagi dan sekarang hanya suara nyaring dari si kucing yang terdengar.
"Pfffffft" Sena menahan tawanya melihat wujud kucing yang sangat gemuk itu.
"Dasar manusia! Apa yang kau tertawakan Nyaa~!" Ucap kucing gemuk itu seraya memukul mukul kaki Sena.
"Hahahah.. tidak hanya saja, dari banyaknya wujud binatang yang lainnya kenapa kau harus mengambil wujud kucing gemuk yang mirip dengan arang seperti ini? Bahkan dia hampir tidak bisa berjalan~" Balas Sena dengan tertawa seraya menyeka air mata.
"Aku bisa berubah wujud menjadi apa yang aku lihat, karena kucing gemuk ini hal yang terakhir yang aku lihat mau bagaimana lagi!!!" Ucap kucing itu dengan kesal.
"Ingat meskipun wujudku seperti ini aku masih tetap seorang dewa apa kau tau?!!!" Lanjut kucing itu dengan kesal.
"Hahahah...baiklah aku mengerti, maafkan aku" Sena menghentikan tawanya.
"Oh ya, aku belum memberitahu namaku kan? Namaku Sena dan namamu?" Ucap Sena tersenyum.
"Dewa tidak memiliki nama" ucap kucing gemuk itu yang masih kesal.
"Tidak punya? Lalu bagaimana jika aku memberimu sebuah nama? Akan sulit memanggilmu jika kau tidak punya nama." Ujar Sena sambil memandangi kucing itu.
"Gemuk? Bagaimana kalau gemuk?" Ujar Sena.
"Gemuk?! Nama buruk macam apa itu?! Itu bahkan bukan sebuah nama!! Ingat aku adalah seorang dewa!! Berikan nama terkeren yang ada didalam otakmu! Nyaa~!"
"Begitu ya....kau tidak suka?" Tanya sena dengan wajah lesu.
"Tentu saja bodoh! Itu bukan sebuah nama tapi ejekan!! Nyaa~!"
Sena kemudian berfikir kembali nama apa yang cocok untuknya.
"Sensen? Bagaimana kalau sensen ?" Ucap Sena yang telah mendekatkan namanya.
"Sensen? Tidak buruk juga, apa artinya?" Tanya kucing itu seraya menghela nafas.
"Artinya adalah gemuk" jawab Sena seraya menggodanya.
"Dasar kau ini!!!! Kau benar benar ingin kucakar hah?! Nyaa! Nyaa!" Kucing itu berusaha mencakar wajah Sena.
Sena terjatuh hingga terduduk karena badan kucing itu yang gemuk.
"Aku bercanda! Hentikan!" Ucap Sena seraya memegangi tubuh kucing itu sembari tertawa agar tidak mencakar wajahnya.
"Arti yang sebenarnya adalah cahaya, bagaimana tidak buruk kan?" Balas Sena kembali.
"huh. tidak buruk juga, Dengar kau benar benar tidak memiliki bakat dalam memberi nama jadi, jangan memberikan nama pada orang lain ingat itu!" Omel kucing gemuk itu
"Hahahah, aku sering mendengar hal itu. Baiklah jadi sekarang aku akan memanggilmu sensen"
"Ya. panggilan aku sesukamu"
Lalu Sena berdiri dan membersihkan lutut yang kotor, Sena mengulurkan tangannya dengan sedikit membungkuk.
"Sensen! Mohon bantuannya untuk beberapa waktu kedepan!" Ucap Sena dengan senyuman.
"Ya.!" Sensen meraih uluran tangan Sena.
Dan sejak saat itulah mereka selalu bersama, tapi saat sena bersekolah sensen tidak mengikutinya. karena sensen mengambil wujud seekor kucing, ini membuatnya terlihat oleh manusia biasa.
Disekolah Sena larangan membawa hewan peliharaan pun menjadi hambatan.
Jadi saat sena bersekolah, sensen akan menunggunya dirumah sampai Sena kembali pulang.