Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5# Berebut hak asuh
...Engagement day...
...Aksara Jingga & Meidina Sastro...
...Sunday, 12th September 202X...
...Route '78 cafe...
Senja mengambil kebaya pesanannya, memasukan itu di mobil city car mungil miliknya lalu menggilas jalanan ibukota sesiang ini. Beberapa kali fokusnya teralihkan oleh notifikasi berisik di ponsel. Namun tak sampai mengganggu kekhusyuan acara menyetirnya sampai ke rumah.
Ia menjumpai note menempel di kulkas.
Neng Nja, kalo mau angetin macaroni cukup 3 menit aja di microwave.
- Mbak Yanti yang sayang neng Nja ❤ -
Ia terkekeh geli membaca pesannya, tangan dengan kuku yang telah ter-nail art kembali bunga sakura itu membuang catatan asisten rumah tangganya itu ke tempat sampah setelah sebelumnya mere mas itu menjadi kusut.
Memang benar, sejak siang tadi mbak Yanti dibawa mami belanja. Siapa lagi kalau bukan mbak Yanti, yang tak tau guna benda sepintar ponsel adalah untuk mengirimkan pesan bukan untuk ngulek sambel.
Ia beralih ke kamar mandi sejenak lalu melakukan perintah catatan mbak Yanti. Ia bekerja sudah lama sekali di rumah ini, sejak usianya 17 tahun hingga sekarang ia berusia 40an, sampai-sampai Senja sekeluarga tak lagi meraba status sosial mereka, mbak Yanti sudah seperti keluarganya sendiri, bahkan di usianya sekarang, Senja masih seringkali disuapi mbak Yanti.
Senja memang harus selalu diingatkan, diberi petunjuk mendetail. Ingat saja mbak Yanti dan mami Bila, saat Senja dimintai menghangatkan sayur, ia tinggalkan sampai pancinya gosong. Begitu pula saat di hari ibu, nasi goreng yang sengaja Senja buat untuk mami Bila justru memantik kengerian mami, papi dan tawa mbak Yanti. Terang saja, nasi benyek itu berisi sayuran serba ungu, berupa kol ungu, terong, anggur, bayam ungu, blackberry dan buah bit.
Pokoknya hidup Senja tidak akan berjalan lurus jika tak ada mami Bila, papi Enggar dan mbak Yanti.
Makanya saat Senja mengadukan masalah empedu ikan pada mami dan mbaknya itu, keduanya justru tertawa tergelak, sudah tak aneh.
"Salah mami sih, salah mami." Akui mami Bila.
***
Senja menikmati makaroni dengan duduk di kursi ayunan teras belakang, memperhatikan gemericik air kolam ikan dimana ikan-ikan koi koleksi papi berenang-renang senang menambah riak air semakin hebat.
Pikirannya berkelana pada segudang rencana hidupnya ke depan. Dimana setelah yang ia lewati di Widya Mukti, semua yang memberinya kesan berarti, ia harus jadi pribadi lebih baik lagi di kehidupan normalnya. Akan ia tinggalkan semua kebaperan, semua interaksi yang membuat dirinya terikat dengan siapapun kecuali kemanusiaan dan hati nurani yang lebih terasah.
Pohon buah jarak yang ditanam papi di sudut halaman bergaya skandinavia katanya sih bermanfaat untuk antiinflamasi, anti bakteri, mempercepat penyembuhan luka. Ia perhatikan dimana buah-buahnya sudah menggelayut berat bersama angin yang menerpa daun hingga membuat tangkai-tangkainya itu seperti terlihat lebih berat dan terbebani.
Lengkara Savio
Nja, mau bareng siapa ke tunangan eonni-bang Jing?
Aluna Senja
Gue berangkat sendiri kayanya, Vi. Ketemu di tempat aja.
Lengkara Savio
Oke. Hati-hati.
Senja masih menatap layar ponselnya, lupa jika sekarang....ia punya saudara beda ayah beda ibu, yaitu kkn 21, yang akan selalu menanyakan keberadaan dan kabarnya.
Entahlah...ada sebuah harapan yang sebetulnya---ia sendiri tak mengharapkannya datang--- jika Maru akan mengajaknya berangkat bersama, sungguh lucu! Ia tau tak bisa mengharapkan balasan perasaan dari Maru, salahnya yang memilih menyalah artikan perhatian Maru di kala ia rapuh dan jatuh kemarin. Kenapa juga harus Maru orangnya? Jadi sekarang ia harus kembali membersihkan hatinya dari bibit-bibit rasa sakit.
Ia memang terlalu mudah menyukai. Dan tak siap untuk sakit kembali dalam waktu dekat, jadi Senja memilih untuk berusaha menghilangkannya. Harus ia beri catatan, jika Maru lebih beresiko menyakitkan dari Rion.
Ting!
Nagara Kertamaru
Mau ke acara Mei--Jingga jam berapa? Kebetulan aku bawa mobil, mau bareng?
Tanpa disadari ada senyuman yang terukir di wajah Senja melihat itu, senyuman yang sulit terkontrol beriringan dengan lolosnya pekikan gemas tertahan, mungkin Maru diam-diam membaca grup dan menyadari ke-absenannya disana.
Aluna Senja
Boleh kalo ngga ngerepotin, jemput di salon aja ya...males make up sendiri, soalnya.
Nagara Kertamaru
Oke.
.
.
Maru memendarkan pandangan, dimana salon tempat Senja berada sudah ia datangi, tak harus repot-repot turun dari mobil, ia mengabari Senja terlebih dahulu agar gadis itu keluar dengan sendirinya.
Hingga tak lama kemudian, sesosok gadis yang memang terbiasa cantik itu berjalan keluar dari pintu kaca salon mencari mobil Maru.
Klakson dibunyikan, memantik perhatiannya teralihkan.
"Tadaaa!" saat kaca jendela terbuka, Senja berseru memperlihatkan penampilannya, "bagus engga? Kaya ibu-ibu engga sih?" tanya nya tak pede.
Maru menggeleng datar, "engga."
Memang akan seperti itu jika bersama Maru. Jauhkan harapan tinggi mendapatkan pujian, karena jelas kamu akan terjatuh sangat sakit.
"Ngga pede, tau sendiri kan...anak 21. Terutama si mo nyet. Ada cela dikit aja dikritik..." dumel Senja naik dan memasang seatbeltnya sendiri.
Maru mendengus, "dia suka kamu, remember?"
Dan Senja mele nguh, "inget. Ngga perlu diingetin lagi, tapi harus kamu tau juga kalo dia sesadis itu buat ngatain orang terkhusus aku. Aku lagi suka cowok dengan tipe-tipe pendiam sekarang, ngga banyak ngomong, tapi lebih ke aksi dan perhatian." Senja mulai membayangkan betapa kagumnya ia pada lelaki macam itu.
"Kebayang kan, kalo aku sama Arlan jadian, ancur dunia?! Lagian Arlan udah bilang ngga niat jadiin aku pacar." Kini tatapan bening itu mengarah pada Maru yang berada di bangku pengemudi sepaket senyum tipis tipis pengen garuknya.
"Maksudnya tipe kamu kaya aku?" tembak Maru tanpa filter membuat Senja syok bukan kepalang, air mukanya bahkan berubah seperti baru saja kepergok lagi nyatain cinta.
"Ya---" Ia jadi gelagapan.
"Bukan ya? Kaya Jingga?" tanya Maru lagi tanpa dosa. Senja tertawa menggeleng, "yang kaya kamu. Tapi bukan kamu ya! Kamu susah move on, aku ngga mau loh jadi obyek pelarian."
Maru mengangguk paham, "tau darimana kalo aku susah move on? Google? Atau so tau?" tanya Maru lagi lebih sadis membuat Senja menatapnya dengan alis terangkat, "bukan so tau. Tapi lebih percaya fakta, nah waktu itu foto Aleena masih kamu simpen. Pasti sampai sekarang tuh, gerak dong Ru, aku aja udah lupa sama si breng sek..." cecar Senja dimana mobil Maru sudah melaju menuju tempat acara.
"Simpan foto teman, bukan berarti aku masih suka. Tapi murni memang buat kenang-kenangan. Memutuskan untuk tidak lagi menggantungkan harapan, bukan berarti harus men-delete semua moment silaturahmi yang pernah terjadi."
Senja malah tertawa renyah menanggapi petuah Maru, "persis ustadz lagi ceramah tau," sahutnya.
"Kapok?" tanya Senja.
"Buat?" Maru melirik singkat Senja.
"Buat suka sama orang?"
"Untuk saat ini pengen fokus sama pendidikan dan karir." Jawabnya klasik sukses bikin Senja berdecak sumbang, "klasik banget jawabannya, kaya martabak ketan dipakein kelapa. Klasik."
"Itu artinya kamu masih kapok sama yang kemaren, Ru. Kamu belum siap buat jatuh cinta, karena resikonya kamu bakal sakit lagi..."
"Belum nemu aja yang bisa bikin hati nyaman." Kini Jawab Maru, benarkah jawabannya? Senja diam tak lagi berkutik, ia justru memilih fokus pada ponselnya, "mau yang bikin nyaman kan, Ru? Pacaran sama bantal." Desisnya.
"Aku mau cari jodohnya Jojo aja lah. anakku satu itu udah kelamaan jomblo sejak kamu kasih dia ke aku di posko, kasian."
"Jangan barbie." Kini Maru turut menyumbangkan suaranya.
"Lah, kenapa? Barbie tuh kiblat kecantikan dunia loh...anak aku ganteng kok, lucu gemesin, enak dipeluk." Ucap Senja tak terima, seolah-olah kedua manusia berpendidikan yang sama-sama sedang kapok menjalin hubungan ini tengah meributkan kriteria jodoh anak mereka.
"Ngga cocok. Nanti aku cari boneka beruang warna pink."
Senja menggeleng tak setuju, "engga--engga. Jangan pink, warna pelakor. Yang ungu, cari boneka beruang yang warna ungu."
Maru menggeleng, "Jojo aku yang kasih, aku yang titip...aku juga ada sumbangsihnya, beberapa bajunya aku beliin. Berarti ada hakku juga disana."
"Kok gitu. Aku ngga minta baju-baju Jojo sama kamu kok. Kamu yang tiba-tiba kasih...kok sekarang giliran jodoh Jojo kamu mesti ikut campur? Lagian yang selama ini pelukin Jojo pas dia mau tidur, aku. Yang bawa dia ke laundry juga aku..."
"Ya udah, sekarang Jojo aku minta balik."
"Ya ngga bisa gitu dong! Kan kamu udah kasih ke aku."
Dan pembicaraan Jojo ini hanya akan menjadi rahasia keduanya saja. Terbayang reaksi syok anggota kkn 21 lain jika sampai mereka tau, bahwa Maru dan Senja meributkan sebuah boneka beruang bak meributkan anak, Arlan adalah orang pertama yang akan menyebut kedua manusia berpendidikan ini gila. Saking frustasinya oleh cinta.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....
kenapa sich ngk ungkapin aja biar jelas gitu
ini kesan maru msih plin plan gitu
luruh sudah ketemu tambatan hati yg lagi ngemper depan partemen kamu bang... serasa dpt aer di gurun pasir klo dah ketemu nja...ademm ayemm ws poko e 😂