NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:260
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 13

Suasana di dalam mobil masih didominasi suara musik pelan dari radio. Jalanan Jakarta akhir pekan itu nggak terlalu macet, tapi cukup ramai. Matahari siang nyorot agak terik, bikin kaca depan berkilauan. Arka nyetir dengan posisi santai—satu tangan di setir, satu lagi sesekali mainin persneling.

Di sebelahnya, Olivia masih sibuk scroll timeline. Senyumnya lebar, bahkan sesekali ketawa sendiri.

“Ka, lo sadar nggak sih kalau kita lagi trending di platform biru ini?” Olivia akhirnya nyeletuk.

Arka ngelirik sekilas. “Trending alay.”

Olivia manyun. “Alay apaan. Orang-orang tuh pada baper gara-gara jawaban lo sama kayak gue. Nih liat.”

Dia ngacungin hapenya ke depan muka Arka, tapi cowok itu cuma sempet nengok sekilas terus balik fokus ke jalan.

“Gue bilang juga apa, lo pasti niru jawaban gue,” Olivia nyindir sambil senyum puas.

Arka nghela napas panjang. “Lo masih nggak ngerti konteks. Lo liat nggak video full gue?”

“Nggak. Ngapain juga. Jawaban lo udah jelas sama.”

Arka nyengir tipis. “Coba tonton dulu sekarang. Kalau lo bener, gue traktir makan seminggu. Kalau lo salah, lo ikut bantuin gue full pilih hadiah, tanpa ngeluh.”

Olivia melotot. “Anjir, taruhan segala.”

“Deal nggak?” Arka santai.

Olivia ngetap layar hapenya, cari video Arka. “Deal! Lo siap kalah aja, Ka.”

Video mulai jalan. Olivia nyolokin suara ke mobil biar jelas kedengeran.

Pertanyaan pertama muncul: “Pilih kopi atau teh?”

Jawaban Arka di video: “Kopi. Biar tetep melek.”

Olivia langsung pause. “Tuh kan! Sama kayak gue. Gue juga jawab kopi kemaren.”

Arka noleh dikit, wajahnya datar. “Lo doang yang minum kopi di dunia ini? Semua orang jawab kopi juga kali.”

Olivia manyun. “Alasan lo juga sama. Katanya biar melek. Yaelah.”

“Ya karena emang fungsinya begitu, Oliv.”

“Alah, nggak kreatif.” Olivia pura-pura jijik, terus play lagi.

Pertanyaan kedua: “Pilih pantai atau gunung?”

Jawaban Arka: “Pantai. Tenang liat ombak.”

Olivia langsung pause lagi. “HAHA! Sama! Gue juga jawab pantai. Eh sumpah, lo ngikutin gue banget sih.”

Arka geleng pelan. “Gue nggak tau lo jawab apa. Panitia juga nggak kasih tau jawaban orang lain. Jadi, itu murni pilihan gue. Lagian keluarga gue punya resort di pinggir pantai jadi gue lebih suka pantai.”

“Tapi tetep aja, kok bisa sama persis?!” Olivia nggak terima.

“Ya gue emang suka pantai. Udah dari dulu.”

Olivia ngangkat dagu, pura-pura serius. “Iya, suka pantai, suka ngikutin gue juga.”

Arka nyengir tipis, nggak mau debat lebih jauh.

Pertanyaan berikut: “Lebih suka siang atau malam?”

Jawaban Arka di video: “Malam. Sunyi.”

Olivia pause lagi. “Tuh kan. Sama lagi. Gue jawab malam juga. Alasan gue biar bisa mikir lebih jernih. Lo alasan sunyi. Eh, beda tipis lah. Sama aja intinya.”

Arka cengengesan dikit. “Lo tuh tukang cari kesamaan. Padahal beda.”

“Beda tipis tetep aja sama, Ka.”

“Yaudah, kalau gitu gue juga bisa bilang lo yang niru gue.”

Olivia melotot. “Lah, mana mungkin! Gue duluan ambil videonya.”

“Lo yakin?” Arka naikin alis.

“Ya iyalah. Gue inget banget jadwal gue.”

Arka nggak jawab, cuma nyetir sambil senyum ngeselin. Olivia jadi makin gemes pengen bantah.

Pertanyaan lanjut: “Hal yang paling bikin kesel?”

Jawaban Arka di video: “Orang yang sok tau.”

Olivia langsung ngakak, pause videonya. “HAHAHA! Ini jelas nyindir gue kan?! Anjir, Ka, sumpah lo petty banget.”

Arka nyengir. “Kalau lo ngerasa, ya berarti…”

“Berarti apa?” Olivia narik nada tinggi.

“Ya berarti cocok sama lo.”

Olivia terdiam sepersekian detik, lalu manyun. “Apaan sih. Ngeselin banget jawaban lo.”

Pertanyaan berikut muncul, kali ini agak berat: “Soal pasangan, kamu orang yang yakin atau nggak yakin?”

Arka di video diam sebentar, lalu jawab: “Tidak yakin.”

Olivia langsung melongo, buru-buru pause. “Hah?! Lo jawab nggak yakin?!”

Arka nyetir tenang. “Ya.”

Olivia nyerocos, “Bukannya lo sama Laura? Kalau Laura denger jawaban lo kayak gini, dia nggak marah? Lo tau nggak itu bisa bikin dia mikir macem-macem?”

Arka diem. Matanya tetep lurus ke jalan.

Olivia makin kesal. “Lo gila ya, Ka. Cewek mana yang seneng denger cowoknya bilang nggak yakin soal pasangan?”

Tetap nggak ada jawaban.

Hening sesaat. Suara mesin mobil aja yang kedengeran.

Olivia mendengus, lalu pencet play lagi dengan kesal. “Yaudah, lanjut.”

Pertanyaan terakhir muncul di video: “Kalau dikasih kesempatan, apa kata-kata favorit atau hal yang pengen kamu ucapin buat nutup promosi ini?”

Arka di video terlihat tenang. Lalu jawab pelan tapi jelas:

“Nggak semua rasa harus dibalas, tapi setiap rasa harus dihargai.”

Olivia langsung kaku. Tangannya refleks pause. Matanya melebar, jantungnya berdegup kenceng.

Suasana mobil jadi sepi.

Itu… kalimat yang sama persis. Kalimat terakhir yang Arka ucapin di SMA, saat Olivia akhirnya ngaku kalau dia suka sama Arka, sebelum dia pergi ke Jepang.

Ingatannya langsung balik: halaman sekolah sore hari, suara temen-temen mereka yang udah mulai bubar, dan Olivia yang dengan gemetar bilang, “Ka, gue suka sama lo.”

Waktu itu Arka nggak jawab “ya” atau “nggak”. Dia cuma senyum kecil, lalu bilang terimakasih dan kalimat itu—halus tapi jelas, yang artinya jelas menolak.

Olivia narik napas dalam-dalam. Tangannya sedikit gemeter megang hape.

Sementara Arka di sampingnya masih fokus nyetir, tapi ada senyum tipis yang sulit dibaca.

Beberapa detik kemudian, Arka nyeletuk pelan. “Tuh kan, gue nggak niru lo.”

Olivia noleh sekilas, matanya penuh emosi campur aduk—kaget, kesal, juga getir. Tapi dia nggak jawab apa-apa.

Hanya balik lagi hadap ke depan, hapenya ditaruh di pangkuan.

Mobil melaju terus, tapi suasananya berubah drastis. Nggak ada lagi roasting receh, nggak ada cekikikan. Yang tersisa cuma hening berat, dengan kata-kata lama yang tiba-tiba balik lagi, kayak luka lama yang terbuka.

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!