Safeea dan ibunya sudah lama hidup di desa. Setelah kematian ibunya, Safeea terpaksa merantau ke kota demi mencari kehidupan yang layak dan bekerja sebagai pelayan di hotel berbintang lima.
Ketika Safeea tengah menjalani pekerjaannya, ia dibawa masuk ke dalam kamar oleh William yang mabuk setelah diberi obat perangsang oleh rekan rekannya.
Karena malam itu, Safeea harus menanggung akibatnya ketika ia mengetahui dirinya hamil anak laki laki itu.
Dan ketika William mengetahui kebenaran itu, tanpa ragu ia menyatakan akan bertanggung jawab atas kehamilan Safeea.
Namun benarkah semua bisa diperbaiki hanya dengan "bertanggung jawab"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
"Safeea masih belum sadar pak William, kami sudah berusaha untuk membuatnya sadar namun tidak berhasil." Ucap Karin.
"Sudahlah, biar aku saja yang membawa Safeea ke rumah sakit. Dan kalian, jika pak Hardi menanyakan keberadaan Safeea kepada kalian, tolong beritahu kepada pak Hardi kalau Safeea saya bawa ke rumah sakit. Apa kalian mengerti?" tanya William kepada teman teman Safeea.
"Mengerti pak" ucap Karin dan juga Lita secara bersamaan.
Tanpa menunggu waktu lebih lama lagi, William langsung menggendong Safeea ke dalam pelukannya dan membawanya keluar dari hotel untuk membawanya periksa ke rumah sakit. Apa yang dilakukan oleh William kepada Safeea tentu saja langsung menjadi buah bibir bagi teman teman Safeea yang melihat kepedulian yang dirasakan oleh William terhadap Safeea secara langsung.
Mereka semua bingung kenapa bos mereka bisa begitu peduli dan khawatir terhadap pegawainya sendiri dan rela mengantar pegawainya langsung untuk periksa ke rumah sakit.
Sementara itu di sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, William terpantau melirik ke arah Safeea beberapa kali. Dari sorot matanya terpancar dengan jelas ada rasa ketakutan dan khawatir pada kondisi gadis itu. William merasa kalau dirinya tidak pernah merasa khawatir seperti ini selain pada waktu kematian ibunya dan pingsannya Safeea saat ini.
Belum reda juga rasa takut yang dirasakan oleh William, tak lama kemudian ponsel William berdering, satu panggilan telepon dari ayahnya, pak Prawira tertera jelas di layar ponselnya. William pun segera mengambil earphone dan memasangkannya langsung ke telinganya untuk menjawab panggilan telepon dari ayahnya.
"Halo, ayah." ucap William begitu ia menjawab panggilan telepon dari ayahnya.
"William, bagaimana hari pertama mu bekerja menggantikan papa di hotel? Lancar?" tanya pak Prawira yang terdengar dari seberang sana.
"Semuanya lancar pa, papa tidak perlu khawatir. William akan menangani semuanya dengan baik." ucap William dengan terburu-buru.
"Bagus. Begini William, maksud papa selain menelpon kamu untuk menanyakan hari pertama kamu bekerja, papa juga mau memberitahu kamu sesuatu. Papa sudah mengatur beberapa kencan untuk kamu dengan putri dari kolega bisnis papa. Kamu jangan sampai lupa hadir nak, papa harap kamu bisa secepatnya memberi papa seorang menantu agar keluarga Prawira kita bisa secepatnya memiliki seorang pewaris." ucap pak Prawira yang sama sekali tidak membuat William tertarik.
"Sudah berapa kali William bilang sama papa kalau William tidak suka dengan acara kencan seperti itu pa! Sudahlah, sekarang ada sesuatu yang lebih penting yang harus William lakukan sekarang. Maaf pak, tapi William harus tutup teleponnya sekarang." ucap William yang langsung mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang papa.
Dengan cepat William pun segera melajukan kecepatan mobilnya agar bisa segera sampai di rumah sakit.
Setelah menghabiskan perjalanan selama dua puluh menit, akhirnya mobil yang dikendarai oleh William sampai di rumah sakit Cita Indah yang terletak di jantung kota. Setelah memarkirkan mobilnya, William segera menggendong Safeea keluar dari dalam mobil dan membawanya masuk ke dalam rumah sakit.
"Dokter.... Suster...." panggil William beberapa kali dengan nada suaranya yang takut terjadi sesuatu kepada Safeea.
Tak lama kemudian William dihampiri oleh dokter yang baru saja keluar dari kamar perawatan pasiennya.
"Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya dokter itu dengan ramah kepada William.
5 🌟 untuk mu ..
resiko harus ditanggung dong
panggil sayang aja gitu/Sneer/