Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
_
"Om..ish!" Aura mengibas bahunya membuat pelukan Haikal terlepas.
Aura hanya bisa menunduk dengan wajah malu, sedangkan Haikal tampak biasa saja tanpa rasa malu.
Memang beda kalau orang cuek mah.
"Ada apa Ben?" Tanya Haikal yang kini sudah merapikan jasnya yang sedikit berantakan.
Beni yang berdiri membelakangi, kini berbalik, wajahnya tampak biasa saja meskipun dalam hatinya merutuki bosnya yang agresif.
"Waktunya untuk bertemu klien di restoran xxx Tuan," ucap Beni sambil melirik Aura yang masih menunduk.
Haikal berdecak, "Mengganggu saja," Ucap Haikal justru kesal.
Beni menghela napas, "Kalau ngak penting, ogah aku ganggu," gumamnya sendiri.
"Tunggu saja di parkiran bawah, aku akan turun,"
Beni mengangguk, "Baik." Dan pamit pergi.
Haikal kembali mendekati Aura dan memeluk gadis itu lagi. Sejak Aura menerima perasaan yang dimilikinya, dan memberikan kesempatan untuk hubungan mereka, saat itulah Haikal seperti mendapat rezeki durian runtuh, tak sia-sia dirinya mengatur semua dan berakhir ia mendapatkan wanita yang diinginkan.
"Temani aku bertemu klien," ucap Haikal yang masih bergelayut manja.
Haikal memeluk Aura seperti tadi, pria itu sudah seperti lem prangko, yang tak ingat umur.
Sebelumya Aura sempat tak percaya jika atasan dingin dan cuek itu memiliki sisi lain yang manja dan posesif, Haikal yang terkenal dingin ternyata sangat manja jika sedang berdua. Dan hal ini terkadang cukup membuat Aura geli namun ia menyukainya, menyukai sisi hangat Haikal hanya untuknya.
"Tapi pekerjaan ku?" Aura menoleh untuk menatap wajah kekasihnya, bukan lagi pria tua yang menyimpannya.
"Nanti aku berikan pada Enggar,"
"Mana bisa begitu, pak Enggar adalah atasan ku,"
"Jadi kau lupa aku siapa, hum!" Ucap Haikal memincingkan mata.
Aura menyengir, ia melupakan sesuatu.
"Ya..ya.. terserah Tuan bos!" Katanya sambil tertawa.
Haikal hanya bisa tersenyum, tangannya merangkul bahu Aura sambil berjalan keluar ruangan.
Lorong ruang meeting memang sepi, dan kini keduanya memasuki lift untuk menuju parkiran khusus petinggi perusahan. Hanya ada beberapa mobil diantaranya mobil Enggar dan Haikal dengan Beni yang mengemudi.
Beni membukakan pintu mobil saat melihat dua sejoli berjalan mendekat, meskipun keduanya berjalan dengan jarak, akan tetapi Beni adalah saksi kemesraan keduanya beberapa hari ini.
"Ben, kalau kamu ngak tahan,kamu boleh cuti menikah!" Ucap Haikal sambil menepuk pundak Beni sebelum masuk ke mobil.
Beni hanya mendengus jengkel, "Selama ini anda tidak sadar sudah menjadi otoriter, menikah hanya untuk orang yang sudah punya pasangan" kesal Beni.
Haikal hanya menanggapi dengan menggedikkan bahunya, membuat Beni benar-benar kesal dibuatnya.
Mobil segera melaju meninggalkan kantor, saat melewati depan lobby, Aura melihat sosok Mario yang baru saja turun dari mobilnya.
"Mario," gumamnya yang terdengar Haikal.
"Kau masih menginginkannya," ucap Haikal dengan suara dingin.
Haikal merasa cemburu, melihat cara Aura yang menatap Mario. Padahal mereka sedang bersama satu mobil.
Aura mengerutkan keningnya, "Memangnya dia barang? Tapi kalau dia barang di obral gratis pun aku tidak akan mau." Ketus Aura diiringi memanyunkan bibir.
"Good, dia barang yang tak berkelas..jadi mulai sekarang kau hanya boleh melihat ku saja."
Uhukk..
Beni sampai tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan bosnya yang begitu narsis.
Sedangkan Aura hanya bisa tersenyum kaku dan linglung.
'Apa dia salah minum obat hari ini,' Batin Aura.
*
*
Sampainya di hotel xxx yang telah di reservasi, ternyata mereka datang setelah beberapa kliennya juga baru datang.
Haikal sendiri yang menjelaskan dan bagaimana kesepakatan kerja sama tersebut, Beni hanya sesekali menimpali dan mengurus tanda tangan keduanya sampai keduanya berjabat tangan tanda kesepakatan, sedangkan Aura cukup takjub melihat bagaimana Haikal bisa menyakinkan klien asing dari luar negeri tersebut, sedikit banyak Aura bisa sambil belajar saat mendapat kesempatan seperti ini.
"Apa dia sekpri anda?" Tanya rekan Haikal sambil melirik Aura yang sedang tampak membantu Beni.
Klien Haikal bertanya menggunakan bahasa asing, yang tentu Aura belum sepenuhnya mempelajari bahasa itu.
"Dia sekertaris sekaligus calon istri," jawab Haikal dengan bangga sambil menatap kearah Aura.
Aura yang merasa di perhatikan menoleh, dan tersenyum saat tatapannya beradu dengan Haikal.
"Cukup mengagumkan, anda mendapatkan daun muda," kata klien itu sambil terkekeh.
Haikal menanggapinya juga dengan kakehan, ya dia beruntung mendapatkan daun muda seperti Aura.
"Jika menikah jangan lupa undangnya," Timpalnya lagi.
"Tentu saja Tuan," Jawab Haikal pasti.
Klien itupun pamit pergi karena harus kembali ke Aussie saat ini juga, karena pertemuan beberapa klien di Indonesia sudah selesai.
Haikal mengantarkan sampai pintu ruang reservasi sedangkan jatah Beni mengantar sampai mobil kliennya pergi.
Saat hendak berbalik masuk, namanya dipanggil seseorang membuat Haikal berhenti.
"Mas Haikal!" Panggil seorang wanita yang berpenampilan modis dengan senyumnya yang mengembang.
"Taun Haryo," Gumam Haikal saat melihat sosok pria paruh baya yang berada di sisi wanita itu.
"Aku pikir tadi salah lihat kamu Mas," Ucap wanita cantik yang selalu tersenyum hangat pada Haikal.
"Tuan Haryo, lama tidak bertemu, apa kabar." Sapa Haikal sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat.
"Baik, kamu sendiri," Pertanyaan balik itu membuat Haikal menarik senyumnya sedikit.
"Saya juga baik tuan," Haikal membalas nya dan berpindahan menatap wanita yang sejak tadi bicara namun tak Haikal gubris. "Vina apa kabar," Sapa Haikal juga.
"Baik Mas." Vina langsung maju dan melakukan cipika-cipiki pada Haikal, karena Vina begitu cepat megambil gerakan membuat Haikal tak sempat menghindar dan pasrah.
'Wanita ini,' batin Haikal yang tak nyaman.
"Kamu sama siapa Mas? Abis ketemu klien?" Vina ini tipe orang yang ngak mau diam saat didepan matanya ada pria tampan sejak dulu menjadi incarannya, meskipun sudah ditolak setelah ada acara perjodohan tapi Vina ini tak tahu malu dan pantang menyerah.
"Ya, tadi habis ketemu klien..dan ini sedang bersama seseorang," Haikal melirik pintu yang setengah terbuka.
Vina ikut melirik, namun tak begitu nampak sosok didalamnya hanya ada tas wanita di atas meja yang terlihat, dan itu tentu saja mengudang rasa penasaran Vina saat ini.
"Ayah, bagaimana kalau kita ikut gabung sama Mas Haikal, sudah lama kan kita gak ketemu dan kalian ngobrol bareng," Ucap Vina dengan penuh antusias, dibalik itu ada udang di balik pintu yang ingin ia lihat.
"Ya, kamu benar Vin.. bagaimana nak Haikal kita memang sudah lama nggak ketemu,"
Haikal merasa kesal dalam hati, tapi dirinya tak bisa menunjukan didepan pria paruh baya itu, Haikal sangat menghormati tuan Haryo sebagai klien yang sudah lama menjalin kerja sama.
"Ayoo Mas..Aku juga penasaran siapa yang kamu ajak makan." Vina tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, membuat tuan Haryo hanya terkekeh.
"Em.. baiklah," Haikal tak bisa menolak, ia membuka pintu lebar-lebar di mana didalam sana Aura tersenyum untuk menyambut Haikal, namun siapa sangka jika Haikal membawa pasukan tambahan.
'Dia terlihat masih muda,' Batin Vina dengan tatapan menelisik Aura yang duduk di kursi.
Aura tampak canggung, apa lagi melihat sosok wanita cantik dewasa menatapnya penuh dengan selidik.
'Kenapa wanita itu menatap ku seperti seorang penjahat,' batin Aura.
"Aura, kenalkan ini Tuan Haryo dan putrinya."
Aura segera berdiri dari duduknya dan menyapa keduanya dengan bersalaman.
"Saya Aura," katanya memperkenalkan.
Mereka akhirnya duduk bersama, jika Haikal tampak santai, lain dengan Aura yang tampak canggung dan tak nyaman, apa lagi sejak pertama datang wanita didepanya selalu menatapnya dengan sinis.
"Selera kamu ternyata daun muda Mas, pantas saja kamu menolak perjodohan kita,"
Deg