Mungkin berat bagi wanita lain menjalankan peran yang tidak ia inginkan. Tetapi tidak dengan Arumi yang berusaha menerima segala sesuatunya dengan keikhlasan. Awalnya seperti itu sebelum badai menerjang rumah tangga yang coba ia jalani dengan mencurahkan ketulusan di dalamnya. Namun setelah ujian dan cobaan datang bertubi-tubi, Arumi pun sampai pada batasnya untuk menyerah.
Sayangnya tidak mudah baginya untuk mencoba melupakan dan menjalani lagi kehidupan dengan hati yang mulai terisi oleh seseorang. Perdebatan dan permusuhan pun tak dapat di hindari dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk memilih diantara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Jejak Renata
Bab 5. Jejak Renata
Tubuh Arumi terasa kehabisan tenaga setelah 4 jam lamanya mengikuti kemana-mana pun Dimas pergi menghabiskan uangnya. Dari pakaian, alas kaki, tas, sampai baju tidur dan pakaian dalam semua memenuhi pembayar di kartu yang suaminya itu gunakan. Lalu setelahnya, Arumi di suruh pulang bersama Hasan sang supir, sedangkan Dimas sendiri pergi bersama Arif sang asisten dengan mobilnya yang lain.
Arumi memasuki kamarnya dan terkesiap melihat lemari yang sudah berbeda dari sebelumnya. Ia lalu teringat ucapan Dimas beberapa jam yang lalu melalui telepon pintar kepada seseorang yang ia tidak ketahui. Karena rasa penasaran serta ingin membuktikan ucapan suaminya itu, Arumi melangkah mendekati lemari dan membuka semua pintu lemari tersebut.
Dan benar saja, semua isi lemari tersebut sudah berganti. Arumi memeriksa satu persatu lipatan serta pakaian yang bergantung dan semua adalah pakaian-pakaian yang belum lama dibelikan Dimas untuknya.
"Kemana perginya pakaian sebelumnya?" Tanya Arumi bingung pada udara di sekitarnya.
"Sayang sekali, padahal masih baru. Dasar tuan muda arogan! Pemborosan tingkat Fir'aun! Dia kira cari uang itu gampang?!" Sungut Arumi.
Bagi Arumi yang merasakan kerasnya kehidupan dalam mencari rejeki menganggap, apa yang di lakukan Dimas
adalah hanya menghamburkan uang tanpa memikirkan manfaat yang lebih baik dari sekedar menghabiskan. Namun Arumi tidak tahu, bahwa Dimas juga bekerja keras dalam bidangnya sehingga dapat mencapai hasil yang memuaskan. Jadi, berbelanja seperti tadi masih tidak seberapa bagi Dimas.
Arumi melihat keluar jendela. Cahaya matahari masih begitu terik meski terlihat sudah mulai bergeser dari posisi tegaknya.
"Sudah jam berapa ini?!"
Arumi segera mencari dan melihat jam di handphonenya. Nyaris saja ia ketinggalan waktu dzuhur jika saja ia tidak melihat cahaya matahari tadi. Wanita itu pun bergegas mengambil wudhu dan segera melakukan kewajibannya. Arumi yang selalu ingat ajaran orang tuanya merasa dirinya telah lalai dan nyaris saja membuat dosa lagi.
***
"Jadi, ada perkembangan apa Rif?"
"Kami menemukan jejak terakhir Nona Renata Pak. Tiga hari sebelum pernikahan Bapak, Nona Renata rupanya menaiki kapal yang akan berlayar ke Sumatera. Lalu pelabuhan yang dia singgahi adalah Belawan. Lalu kami juga memeriksa semua penerbangan di Kuala Namu dan mendapatkan Nona Renata terbang menuju Hongkong."
"Hongkong?"
"Apa saya perlu menyuruh orang menyelidiki sampai kesana Pak?"
"Hm, tidak usah. Aku yakin tujuan akhirnya bukan ke sana. Jika memang dia ingin ke Hongkong, dia pasti sudah melakukanya dari sini."
"Baik Pak."
Sang asisten Arif langsung paham apa yang dimaksud oleh Dimas. Renata pasti mencoba mengalihkan jejaknya agar tidak mudah ditemukan.
Dan bagi Dimas, menemukan bukti Renata pergi meninggalkan dirinya saja itu sudah cukup. Dimas yang sudah sangat marah dan kecewa tidak ingin lagi melanjutkan pencarian dan mengetahui kabar wanita yang melukai hati dan harga dirinya itu.
"Berapa lama lagi kerja sama kita dengan perusahan Wisnu?"
"Kontrak yang di tanda tangani hanya setahun. Setahun berikutnya, bisa di lakukan perpanjangan sesuai kesepakatan kedua belah pihak." Jelas Arif.
"Tidak. Setelah selesai, cari perusahan yang memiliki bidang yang sama dengan perusahaan Wisnu. Aku tidak mau melakukan kerja sama dengan mereka. Dan tidak mau berhubungan lagi dengan mereka."
"Baik Pak. Saya juga akan lebih teliti lagi. Bila menemukan kesalahan, kita bisa mengajukan pembatalan kontrak secara sepihak. Jadi Bapak tidak perlu menunggu selama satu tahun ke depan."
"Hmm, baiklah."
Arif sang asisten paham apa yang dirasakan tuannya. Bekerjasama dengan mantan calon mertua yang putrinya kabur tentu menyesakkan bagi Dimas. Apalagi orang yang bernama Wisnu ini terlihat begitu santai tanpa beban dan rasa bersalah dalam menangani masalah putrinya. Yang terlihat jelas hanya ambisi untuk mencari keuntungan lebih banyak saja.
"Oh ya, tolong selidiki latar belakang Arumi."
"Baik Pak. Saya akan secepatnya melaporkan kepada Bapak. Lalu, apa sekarang kita pulang Pak?"
"Jangan. Bawa aku ke tempat Rudy."
"Baik Pak."
Mobil yang dikendarai Arif dan Dimas memasuki sebuah Bar. Karena masih masa bulan madu, Dimas tidak mungkin ke kantor apalagi ke rumah orang tuanya. Bar milik temannya adalah pilihan yang tepat baginya untuk menghabiskan waktu dan menjernihkan pikirannya. Meski bukan penikmat alkohol, Dimas menyukai suasana di Bar itu.
Sementara itu, di rumah.
Perut Arumi mulai terasa lapar ketika ia telah selesai menyapu dan mengepal seluruh lantai setiap ruangan di rumah mewah tempatnya tinggal. Ia pun memberanikan diri mencari stok bahan makanan yang tersedia di rumah itu. Sayangnya Arumi tidak menemukan apapun selain air mineral di dalam kulkas 4 pintu.
"Ugh! Dasar pelit! Kenapa tidak isi kulkas saja dan penuhi bahan makanan di dapur dari pada membeli pakaian mahal!" Gerutu Arumi.
Mengingat dirinya masih menyimpan uang tunai di dalam dompetnya, Arumi pun berencana untuk pergi ke market terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan dengan uang yang tersisa.
Arumi kemudian mandi dan sholat ashar terlebih dahulu sebelum pergi. Ia tidak ingin sampai kecolongan waktu gara-gara lupa waktu berbelanja.
"Ibu mau kemana? Biar saya antar." Tanya dan sapa Hasan yang ternyata selalu siaga di rumah itu.
"Oh, saya mau ke market terdekat Pak."
"Naik mobil saja Bu, biar saya antar."
"Tapi kayaknya dekat kok Pak."
"Tidak apa-apa Bu. Sudah tugas saya. Nanti malah di marahin Bapak kalau saya biarin Ibu pergi sendirian." Ujar Hasan.
Arumi tampak berpikir sejenak.
"Emm, ya sudah."
"Baik Bu, silahkan naik."
Arumi kemudian masuk ke dalam mobil. Dan Hasan pun mengantarkannya ke market terdekat.
Arumi kemudian mulai memilih beberapa bahan makanan, seperti sayur dan beberapa jenis bumbu masakan dan juga minyak. Juga lauk sederhana seperti tempe dan telur. Tidak lupa produk makanan instan yang selalu di gemari. Beberapa pilihan rasa masuk ke dalam keranjang dan menuju tempat pembayaran.
"Totalnya dua ratus tiga puluh enam ribu."
Arumi mengeluarkan uang di dalam dompetnya. Ia tidak menyangka bahan-bahan yang ia beli langsung menguras isi dompetnya seketika. Padahal uang yang di miliki Arumi hanya tinggal 250 ribu saja.
Yah, habis. Kira-kira kapan ya dia akan memberikan gajiku? Aku sudah berhenti dari perusahaan paman karenanya. Sekarang aku sudah tidak punya penghasilan lagi. Kalau ucapannya tidak sesuai, bagaimana aku bisa membayar biaya pengobatan Ayahku nanti? Awas saja kalau sampai dia ingkar janji! Batin Arumi.
Hasan membantu membawakan kantung belanja ke dalam bagasi mobil. Setelah Arumi duduk dengan nyaman, Hasan kembali mengantarkan majikannya pulang.
"Terima kasih ya Pak. Oh ya, tolong buka bagasinya ya Pak."
Ucap Arumi kepada Hasan ketika mereka sudah tiba di halaman rumah.
"Ibu masuk saja, biar saya yang bawakan."
"Tidak apa-apa Pak, biar saya saja."
"Jangan Bu, nanti saya di marahi."
Arumi terdiam sesaat melihat wajah Hasan yang penuh harap. Lelaki berusia 40 tahunan itu, sepertinya sudah hafal dengan aturan rumah itu yang tidak di ketahui oleh Arumi. Arumi pun akhirnya mengalah dan tidak ingin para pekerja di rumah itu menjadi susah karenanya.
"Emm, ya sudah. Tolong ya Pak, di bawa ke dapur saja."
"Baik Bu."
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
hari ini apes bener arumi.. bertemu org2 ##$$@## dpt tlp dr pamannya yg juga sama2 ##$@##$🙄
suka dgn gaya rumi yg tdk mudah memperlihatkan kelemahannya pd lawan bicara yg pd nyebelin itu..meski dlm hatinya remuk redam... pasti berat bagi rumi dlm situasi yg spt ini.. semangat arumi... semoga semua masalah cpt berlalu n kamu bisa hidup dgn lbh baik kedepannya
kamu yg ninggalin dimas... tp sekarang malah gk tau malu minta balikan... maksudmu piye? jgn takut arumi lawan aja itu si renata.. bkn kamu yg salah.. dia yg ninggalin dimas jd jgn kepengaruh sama renata...