NovelToon NovelToon
Dinikahi Pembunuh Bayaran

Dinikahi Pembunuh Bayaran

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ririn dewi88

Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.

"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"

Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.

Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.

Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?

Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari sial tak ada di kalender

Aku memuntahkan sarapan ku, sialan kenapa harus melihat berita seperti ini di YouTube. Memang sudah kebiasaan sebelum pergi kemana-mana aku selalu menonton berita sambil makan. Namun hari ini begitu menjijikan, dengan 7 korban yang mengenaskan dan sangat banyak darah mereka sudah tiada dengan tubuh yang tak lengkap.

"Ahh kenapa sih harus nonton yang seperti ini" kesalku pada diriku sendiri.

Ku ambil tas ku dan pergi keluar rumah untuk langsung pergi bekerja saja. Sudah tak ada selera untuk aku makan hari ini.

"Karina"

Saat Namaku dipanggil, aku membalikan tubuhku dan menatap Riko yang selalu mengintiliku kemanapun aku pergi, bahkan sampai aku kerja ke kota dia ada.

"Ada apa" jawabku dengan malas.

"Ayo biar aku antarkan, lebih cepat sampai lebih baik bukan" dengan senyumnya yang lebar.

"Aku berangkat sendiri saja Riko tempat kerjaku sangat dekat tak usah sampai diantar" tolakku dengan halus, sungguh aku tak mau diantarkan olehnya.

"Ayolah orang tuamu sudah menitipkan kamu padaku, jangan sampai mereka kecewa padaku" bujuk Riko yang selalu membawa orangku.

"Selalu saja itu" gumamku agar tak kedengaran.

Namun salah, ternyata Riko mendengarnya "Ya iyalah aku harus membawa orang tua mu karena mereka menitipkan kamu sama aku. Ayo cepat, akan aku antar"

Dengan malas aku naik ke sepeda motor Riko, namun belum juga melaju masih diam "Ayo aku bisa terlambat"

"Pegangan nanti takut jatuh, peluk aku"

"Sudahlah aku tidak jadi berangkat denganmu terlalu banyak aturan"

"Iya iya jadi, jangan marah kita berangkat sekarang juga"

"Ya sudah cepat, aku tak banyak waktu"

"Mau sarapan dulu tidak, misalnya makan bubur atau nasi kuning"

"Tidak"

"Mau makan bakso"

"Aku loncat ya" ancamku sambil memegang bahunya memberi aba-aba untuk loncat dari sepeda motor, kalaupun aku loncat tak akan parah, Sepeda motornya juga melaju dengan pelan.

"Jangan, jangan bahaya aku tak akan bicara lagi"

"Baguslah" kulipat tanganku dan ku tutup telingaku dengan kapas agar saat Riko bicara aku tak mendengarnya, itu lebih baik.

Bukannya aku jahat, tapi dia terlalu berisik dan selalu mau ada di dekatku. Aku begitu risih bahkan waktu lulus SMA aku di ajak menikah olehnya, tentu saja tidak aku ingin kuliah dan mengejar cita-citaku.

...----------------...

Alea menatap Kakaknya yang ada disampingnya, menatapnya dengan takut memperlihatkan vidio yang berputar diponselnya tentang pembunuhan 7 orang remaja.

"Bagaimana sudah puas, Kakak sudah membalaskan sakit hati kamu. Tak usah takut lagi, dia sudah mendapatkan karmanya ditangan Kakak sendiri"

"Apakah Kakak juga mengambil organnya" tanya Alea yang penasaran. Memang dari beritanya organ tubuh mereka tak ada.

"Tentu saja, apapun bisa di jadikan uang, anggap saja uang itu untuk membesarkan anak yang ada didalam perutmu. Jadi kamu tak usah cape-cape bekerja. Bukannya pintar Kakakmu ini Alea"

Alea menelan ludahnya dengan susah payah, entah kenapa jika dihadapkan dengan kelakuan Kakaknya yang seperti ini Alea takut. Tapi dia yang begitu menyayangi daripada Kakaknya yang satunya Arhan dia sangat keras dan seperti membencinya.

"Tapi Erik anak pejabat Kak, apakah tak akan ketahuan"

"Tenang saja Kakak ini bukan orang bodoh yang akan meninggalkan jejak di TKP semuanya sudah bersih. Suruhan Kakak sudah membersihkan semuanya bahkan bukan Kakak yang menjual semua organ itu dan mereka yang mengambilnya juga, Kakak hanya memberi pelajaran pada mereka"

Alea cukup tenang, videonya tak akan tersebar namun mereka dihabisi. Tapi itu sepadan dengan rasa sakitnya.

"Ya sudah Kakak harus pergi bekerja sekarang juga, jangan kemana-mana dan jangan sampai kejadian ini terulang untuk kedua kalinya"

"Iya Kak, aku mengerti"

Farhan mengambil tas ranselnya, memang dia tak seperti pengusaha yang lain selalu membawa tas jinjing dan memakai mobil, dirinya lebih suka memakai sepeda motor, lebih cepat saja dan leluasa.

...---------------...

Aku yang sudah sampai melihat sepeda motor yang kemarin hampir saja membuat aku mati, ternyata dia satu kantor denganku juga. Ini adalah kesempatan emas akan aku kerjain agar dia kapok lihat saja.

Dengan langkah yang begitu riang kudekati sepeda motor itu, bagus sekali motornya kinclong, apa ya yang harus aku lakukan, dikempesin saja kali ya, dengan cepat aku melihat ke kiri ke kanan tak ada siapa-siapa. Dengan sat set ku tekan mengunakan sesuatu yang sedikit runcing dan berhasil, tentu saja tidak satu tapi dua-duanya.

"Akhirnya selesai juga, misiku berhasil. Rasakan balasanku ini, makannya jangan main-main sama aku" ucapku sambil melangkah masuk kedalam kantor.

Meskipun aku belum kenal dengan seluruh karyawan disini, namun aku senang mereka tidak julid dan menyebalkan malah merangkulku dan mau berkenalan dengan aku.

Bruk, tak sengaja aku bertabrakan dengan seseorang, untung saja aku masih bisa menahan bobot tubuhku yang mungil ini.

Saat aku memandang wajahnya begitu tampan namun sangat seram karena cemberut terus. Dia tak mengatakan apa-apa langsung saja pergi naik kedalam lift.

"Eh tunggu" teriakku, namun lift sudah tertutup dengan rapat "Padahal bisa sekalian kan, tapi ya sudahlah tunggu yang berikutnya"

Ting, pintu lift terbuka dan ku pencet tombol lantai yang akan aku tuju, tak butuh waktu lama akhirnya aku sampai dan duduk di kursi tempat aku bekerja, mulai mengerjakan satu persatu pekerjaan ku. Beberapa jam berlalu dan terdengar suara telfon diserangnya.

Dengan langkah malas ku angkat dan terdengar suara Pak satpam yang sangat aku kenal meskipun aku anak baru.

"Neng bisa turun dulu kebawah"

"Ada apa ya Pak" tanyaku kebingungan tentunya.

"Turun dulu saja ya neng"

"Iya aku turun sekarang"

Sepertinya ada masalah yang begitu penting, kepercepat langkah kakiku ini untuk bisa cepat sampai di pos satpam, dari nada bicaranya pun sepertinya memang sangat penting sekali.

Saat aku sampai, kulihat laki-laki yang tadi aku tabrak ada disana, tatapannya begitu mengerikan.

"Untuk apa kamu merusak motor saya"

"Hah saya" tunjukku pada dirimu sendiri.

"Iya siapa lagi kalau bukan kamu, memangnya ada orang lagi disini sekali kamu hah" ucapnya sedikit berteriak sampai beberapa karyawan yang melintas melihat dia dan aku.

"Maaf tapi aku tak melakukan apapun"

"Lihat kan buktinya Pak" ucapnya pada Pak satpam.

"Baik Tuan" sambil menarik aku masuk kedalam ruangan Cctv yang memang dekat dengan Pos satpam.

"Apa yang kamu lakukan Karina pada motor Tuan, dia itu atasanmu jangan buat masalah saat kamu bekerja di sini. Apalagi kamu baru bekerja beberapa hari" bisiknya memberitahu aku.

Tentu saja aku syok, apa dia atasanku jadi dia CEO yang kemarin ruangannya aku dobrak dan aku melihat punggungnya saja. Berarti yang kemarin sudah akan menabrak aku dia juga kan, ya ampun aku dalam masalah besar.

"Lebih baik kamu minta maaf sekarang jangan sampai masalahnya jadi panjang"

"Tapi kemarin dia hampir menabrak aku Pak, makanya aku memberi pelajaran padanya. Apakah salah"

"Tidak ada yang salah, tapi kamu berurusan dengan orang yang salah. Jika Ingin masih bekerja di sini minta maaf lah sekarang"

Dengan kepala yang menunduk aku melangkah keluar dari pos satpam. Untung saja jidatku tidak mencium tembok ataupun pintu. Aku tidak berani untuk menatap wajahnya yang menyeramkan itu sungguh jutek sekali. Padahal wajahnya tampan tapi tidak dengan raut wajahnya yang menyebalkan.

"Angkat wajahmu itu jangan terus menunduk seperti itu, saat melakukan tindakan yang tidak bermoral itu kamu cekikikan, seperti bahagia sekali lalu saat melihat saya kamu menunduk seperti ini"

Kuangkat kepalaku dan langsung bertatapan dengannya. Rasanya jantungku mau copot, apakah semua bos di dunia ini menyeramkan.

"Bawa sepeda motor saya sekarang juga untuk dipompa tidak mau tahu, dalam 10 menit harus sampai di sini"

"Tapi Tuan saya tidak bisa mengendari sepeda motor yang Tuan gunakan. Saya hanya bisa memakai sepeda motor metik saja"

"Memangnya saya menyuruh kamu untuk menggunakan sepeda motor saya, dorong kalau tidak bisa. Saya tunggu di sini sekarang juga cepat"

"Apa" aku begitu sok mendengarnya badan semungil ini harus mendorong sepeda motor yang sebesar itu, bisa-bisa aku tertimpa dan pingsan di jalan dan di mana juga ada bengkel di sekitar sini. Yaa ampun nasib nasib.

"Tapi Tuan saya tidak akan bisa"

"Berani berbuat maka berani bertanggung jawab, cepat atau saya makan hidup-hidup kamu disini"

"Jangan, daging saya alot" gumamku dan mundur beberapa langkah.

"Cepat, sekarang juga"

"Ahh iya iya" teriakku sambil berlari kearah parkiran. Sungguh ini untuk pertama kalinya aku mendorong sepeda motor seperti itu. Semoga saja aku baik-baik saja ya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!