NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menonton Film

Intan berbalik dan masuk ke dalam. Baru setelah itu Julian bisa bernapas lega. Sekarang Julian tahu kenapa Sean menatapnya seperti itu. Dia berpikir bahwa Sean pasti akan membunuhnya. besok. Julian lalu mengingat ucapan Intan yang mengatakan bahwa dia menikah dengan pria yang cukup tua untuk menjadi Papanya.

'Apa dia benar-benar berpikir Pak Sean setua itu?' tanya Julian dalam hati.

Begitu Intan masuk ke dalam rumah, dia langsung menabrak rintangan keras.

"Aduh...!" Seru Intan.

"Katakan padaku apa yang harus kau bicarakan secara pribadi dengan sekretarisku." Tanya Sean.

"Itu masalah pribadi." Jawab Intan singkat.

"Maukah kau menceritakan padaku apa yang terjadi di kolam renang?" Tanya Sean.

Sean bertanya apakah sekarang Intan mengira dia tahu siapa yang menciumnya di kolam dan apakah Intan mau memberitahunya.

"Tidak apa-apa, aku hampir jatuh dan dia membantuku." Jawab Intan.

Sean mengepalkan tangannya karena sekali lagi Intan tidak jujur, padahal dia pikir Julian yang telah menciumnya.

"Aku ingin menonton film, sudah lama sejak aku melakukannya terakhir kali, tiga tahun tepatnya!" Ucap Intan.

"Apa?" Ucap Sean bingung.

"Sebelum kau bercanda, aku tahu bahwa aku ini buta. Tapi aku benar-benar ingin menonton sesuatu atau lebih tepatnya, mendengarkan, dan kau atau Bi Lila dapat menceritakan adegan di film itu padaku." Ucap Intan.

"Aku tidak akan melakukan itu!" Seru Sean.

"Oh, ayolah jangan menjadi begitu pemarah." Ucap Intan.

Intan mengulurkan tangannya ke arah Sean.

Sean melihat antara tangan Intan yang terulur dan wajahnya yang lembut, lalu memegang tangannya. Intan tersenyum, menarik Sean sambil memanggil Bi Lila.

Intan mengencangkan cengkeramannya di tangan Sean saat dia mendekati anak tangga yang mengarah dari pintu masuk ke arah dapur, tetapi Intan bisa melompatinya dengan mudah.

"Bi Lila? Bi Lila?" Ucap Intan terus memanggil Bi Lila.

"Ada apa Non? Apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya Bi Lila.

"Tolong buatkan popcorn, kita akan menonton film, ha ha." Ucap Intan gembira.

"Tapi kau baru saja makan malam dan sekarang kau ingin makan popcorn?" Ucap Sean.

"Nonton film tanpa popcorn rasanya kurang seru, apa kau tahu?" Ucap Intan.

Intan tersenyum dan ketika melepaskan genggaman Sean, Sean merasa kehangatan tubuhnya direnggut. Bi Lila pergi menyiapkan popcorn dan Intan mengeluarkan ponselnya.

Setiap kali dia menekan tombol, sebuah suara robot akan mengatakan semuanya. Lalu Intan mencari audio untuk beberapa film dan memilih satu, lalu mengarahkan ponselnya ke arah Sean.

"Apakah kau sungguh mengira aku akan menceritakan film romantis untukmu?" Tanya Sean.

"Ya tentu saja, kau sudah setuju, ingat? Pasti seru. Kita bisa mulai memainkannya sambil menunggu popcorn nya siap." Ucap Intan antusias.

"Oke." Balas Sean singkat.

Intan menyentuh dinding dan berjalan cepat, sampai di ruang tamu, memutari sofa dan menyuruh Sean untuk duduk. Sean duduk di samping Intan dan meraih remote TV, mencari film, dan Intan tersenyum lagi.

"Apa yang lucu?" Tanya Sean bingung melihat ekspresi di wajah Intan.

"Aku sangat senang, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melakukan hal seperti ini." Ucap Intan.

"Ini hanya sebuah film, dan aku pikir membiarkan seseorang menggambarkan adegan itu kepadamu akan menghilangkan semua kesenangannya." Ucap Sean.

"Itu tidak akan mengurangi keseruannya. Ketika seseorang menceritakan sesuatu kepadaku, gambarannya terbentuk di kepalaku. Ketika Bi Lila bercerita tentang tamannya, aku bisa membayangkannya, dan ternyata indah sekali." Ucap Intan.

"Bagaimana kau membayangkannya?" Tanya Sean lagi.

"Haha, aku membayangkan dari pergola tempat kami duduk, ada jalan setapak yang dipenuhi bunga-bunga indah menuju ke sebuah kolam berisi ikan koi yang cantik." Ujar Intan.

"Tapi kolam dengan ikan koi? Yang benar saja?" Cela Sean.

"Ya, aku selalu membayangkan punya satu akuarium berisi ikan koi warna-warni, dan di malam hari, aku bisa duduk di sana membaca buku dan mengamati mereka." Ucap Intan.

"Aku mengerti." Kata Sean.

"Dan bagaimana denganmu?" Tanya Intan.

"Apa?" Kata Sean bingung.

"Pernahkah kau memimpikan sesuatu dan mewujudkannya?" Tanya Intan.

"Aku selalu mendapatkan apa pun yang aku inginkan, jadi kurasa aku tidak perlu bermimpi." Jawab Sean.

"Itu bagus, tapi kenapa kau melakukan kejahatan?" Tanya Intan.

"Setiap orang melakukan hal yang salah." Jawab Sean.

"Benar, tapi kau telah melakukan banyak kejahatan, bukan?" Ucap Intan.

"Kenapa kau menanyakan hal ini padaku?" Tanya Sean bingung.

"Aku akan bertanggung jawab atas semua yang telah kau lakukan. Aku hanya ingin tahu apakah ada banyak kejahatan, seperti membunuh calon istrimu." Ucap Intan berani.

"Aku tidak ingin membicarakan apa pun tentang hal itu." Balas Sean.

"Jadi begitu." Kata Santi seraya mengangguk-angguk.

Bi Lila datang membawa popcorn dan film pun dimulai. Suasana di antara keduanya terasa aneh karena percakapan mereka, tapi ketika film dimulai dan Bi Lila mulai menceritakan beberapa adegan, Intan kembali tersenyum, seolah-olah tak ada yang penting selain momen itu.

Sean bahkan tak melihat TV. Dia memperhatikan ekspresi terkejut dan gembira yang ditunjukkan wajah Intan. Hal itu lebih menarik baginya daripada hal lainnya. Saat film hampir mencapai bagian akhir, semua masalah terselesaikan, dan pasangan di film itu akan menunjukkan cinta mereka satu sama lain, tiba-tiba telepon berdering dan Bi Lila bangkit untuk menjawabnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Intan.

Lalu Sean mulai bercerita untuk Intan setiap adegan di film itu.

"Mereka sudah di jembatan, dan hujan mulai turun. Gadis itu hendak pergi, tapi pria itu menahan tangannya." Ujar Sean.

"Ha ha..." Intan tertawa.

"Kini mereka semakin dekat." Ucap Sean.

Intan mendengarkan pria itu menyatakan cintanya sementara Sean menceritakan adegan itu. Mata Intan berbinar-binar seolah hendak menangis.

"Mereka berciuman." Ucap Sean.

Setetes air mata mengalir di sudut mata Intan, mengalir di sisi hidungnya dan melintasi wajahnya hingga jatuh dari dagunya. Sean hendak mengulurkan tangan dan menghapusnya ketika Bi Lila kembali, dan dia pun menjauh.

"Itu tadi panggilan telepon dari sekretaris Anda Pak, katanya dia perlu bicara dengan Anda segera. Saya sudah mengalihkan panggilan ke ruangan Anda." Ujar Bi Lila.

"Terima kasih, Bi Lila. Aku akan kesana, bicara dengannya." Ucap Sean.

Intan mendengar suara Sean bergerak hendak berdiri, lalu langkah kakinya menjauh.

"Saya akan kembali untuk menceritakan akhir ceritanya, Non." Ucap Intan.

"Tidak perlu Bi, Sean sudah menceritakannya." Balas Intan.

"Yang benar? Kalau begitu bagus, haha. Sepertinya kita harus siap-siap tidur sekarang." Ucap Bi Lila.

"Ya, ayo pergi." Balas Intan.

Bi Lila menggandeng tangan Intan, dan mereka berdua pergi ke kamar tidur. Di sana, sambil berganti pakaian, mereka mengobrol dan mengomentari film tadi. Intan masih sangat antusias dengan semuanya.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!