NovelToon NovelToon
Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Menyetarakan Diri Dengan Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Epik Petualangan
Popularitas:771
Nilai: 5
Nama Author: Space Celestial

Menara yang Misterius yang sudah berdiri dan berfungsi sejak sangat lama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Space Celestial, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3

Paris – Apartemen Sofia Carson

Sofia berdiri di ruang tamunya, menatap ke luar jendela apartemen lantai 12. Matanya yang cokelat berubah dingin. Tak ada panik. Tak ada bingung. Hanya kepastian.

Dia tahu ini akan terjadi karena dis sudah kembali ke masa lalu dari masa depan.

Cahaya mulai merayap masuk dari celah-celah realitas. Seperti kabut biru yang menguap dari dinding, lantai, dan langit. Realitas… mulai runtuh.

Di tangannya, ia menggenggam pisau pendek dan kapak kecil. Di punggungnya, ransel berisi makanan, air, dan perlengkapan medis.

Dia siap.

"Sepuluh detik, seperti biasanya." bisiknya.

Layar biru di depannya mengambang lembut.

[Tujuan: Bertahan selama 24 jam dan capai 100 poin Target.]

[Imbalan:

•Akses ke Lantai Pertama Menara Ilahi

• 2000 poin.]

Sofia mendengus kecil.

"Tutorial ini hanya ujian bertahan hidup... bukan kompetisi. Tapi dunia tidak tahu."

Dia tahu monster akan muncul segera.

Dan dia tahu setiap monster bernilai 1 poin.

New York City – Apartemen Shawn Kruger

Shawn berdiri di balkon. Matanya tajam, menatap langit yang kini berubah ungu gelap. Sigil mengambang di langit dan layar biru muncul tepat di depannya.

[WAKTU TERSISA SEBELUM TRANSFER: 6... 5... 4...]

Shawn menarik napas panjang.

Pisau militer di tangannya berkilat samar. Dia sudah mengganti pakaian dengan celana kargo hitam, rompi taktis, dan sepatu keras. Di pinggangnya, kompas kecil tergantung, benda yang pernah menyelamatkannya di tutorial terdahulu.

[3...]

Satu keluarga di Mumbai saling memeluk di dalam rumah mereka.

Seorang tentara di Berlin bersujud dan berdoa.

Seorang remaja di Nigeria berteriak mencari ibunya.

[2...]

Waktu terasa semakin berat. Dunia menahan nafasnya satu detik terakhir...

[1.]

[TUTORIAL DIMULAI.]

Dunia Hancur setelah perhitungan mundur selesai, Bumi retak dan Banyak Portal dengan jumlah lebih dari ratusan ribu muncul di seluruh dunia.

Secara metafisik, tidak secara fisik. Realitasnya remuk, terurai jadi serpihan cahaya dan warna. Kota-kota terangkat, langit meledak dalam kilatan ungu, dan portal-portal besar terbuka di seluruh dunia.

Monster tumpah keluar.

Mereka datang dalam berbagai bentuk:

Goblin hijau dengan gigi tajam dan busur laser

Kobold kecil membawa bom sihir

Orc berbaju zirah lengkap dan senapan plasma

Werewolf yang melolong dan melompat seperti bayangan

Naga baja berukuran truk yang menebarkan ledakan dari mulut mereka

Mereka datang… untuk membunuh.

Dan semua manusia… menjadi mangsa.

Sofia Carson – Paris

Sofia berlari menuruni tangga darurat. Lift sudah rusak, terhisap ke dalam realitas yang lenyap.

Saat dia mencapai jalanan kota Paris, dia melihatnya:

'Jalan-jalan dipenuhi kobold dan goblin bersenjata. Bangunan-bangunan hancur. Orang-orang berteriak, tertembak, terpotong, atau terbakar hidup-hidup. Mobil-mobil meledak. Darah mulai menodai jalan Champs-Élysées.'

Sofia masih mengingatnya karena dia pernah melewati jalan ini di Timeline Originalnya.

Namun Sofia tidak ragu. Ia melihat goblin setinggi 150 cm mendekat ke arah anak kecil di bawah tiang lampu.

Satu lemparan.

Pisau Sofia menancap di tenggorokan goblin.

[+1 POIN.]

Dia lari. Mencabut pisau. Melompat ke atas mobil. Dua goblin lain mengejar. Dia membalik badan, menendang wajah salah satu, dan menusuk yang lain.

[+1 POIN.]

[+1 POIN.]

Tangannya berlumuran darah. Nafasnya cepat.

Tapi dia tersenyum.

"Tiga dari seratus. Masih panjang. Tapi aku akan selamat."

Shawn Kruger – New York City

Shawn muncul di reruntuhan Times Square.

Monster sudah muncul. Empat kobold menembaki polisi yang putus asa. Dua werewolf memburu kerumunan orang.

Tapi Shawn tidak fokus pada mereka.

Dia melihat ke langit.

“...Dimana portal putih itu? Monster naga seharusnya muncul dalam 3 menit…”

Shawn menarik napas, lalu berlari menuju gedung terbengkalai di sebelah barat Times Square.

Sambil berlari, dia mengayunkan pisaunya—menggorok dua goblin yang menghalangi jalan.

[+1 POIN.]

[+1 POIN.]

[Tutorial Menara Ilahi: 23:56:22]

Dunia telah berubah.

Kekacauan dimulai.

Dan hanya mereka yang siap yang akan bertahan.

12 April 2018 – 01:06 AM

Paris, Prancis

Tutorial Menara Ilahi: 1 Jam berlalu

Udara malam Paris kini tak lagi tenang.

Dingin menusuk tulang, tapi bukan karena angin musim semi… melainkan ketakutan yang menjalar seperti kabut tipis dari setiap jeritan, dari setiap tembakan yang tak berhasil membunuh, dan dari setiap langkah kaki makhluk asing yang kini menguasai jalanan.

Sofia Carson berdiri diam di atas atap mobil yang terbakar setengah, kapaknya berlumur darah hitam kehijauan yang perlahan menguap seperti asap. Bajunya—yang semula bersih dan ketat—kini robek di lengan dan berlumuran noda. Pisau-pisau kecil di sabuk pinggangnya telah digunakan berulang kali. Hanya tiga yang tersisa. Nafasnya berat, tapi tetap teratur. Matanya… dingin. Fokus.

Di hadapannya, lima mayat manusia tergeletak di tengah jalan Champs-Élysées. Dua wanita, tiga pria. Usia mereka bervariasi: dua puluhan hingga empat puluhan. Salah satu dari mereka mengenakan setelan jas mewah; yang lainnya berseragam seperti tentara tak resmi, lengkap dengan tato geng di lengan. Tapi tidak satu pun dari mereka dibunuh oleh Sofia.

Mereka dibunuh oleh para monster.

Monster-monster itu kini telah mati—oleh tangannya. Tapi mereka bukanlah yang pertama menyerang.

Dia mengingat apa yang pernah dikatakan Gilgamesh kepadanya saat Sofia masih berada di lantai 61 Menara Ilahi, bertarung, belajar, dan membentuk karakter.

Flashback.

"Kau ingin memahami Tutorial dengan benar, Sofia? Maka dengarkan baik-baik. Monster-monster di tahap awal bukanlah ujian fisik… mereka adalah ujian moral." Gilgamesh berbicara dengan serius.

"Apa maksudmu?" Sofia memang ingin tahu dengan Tutorial menara Ilahi tetapi... dia tidak menyangka bahwa monster-monster di Tutorial bukanlah ujian fisik.

"Mereka mencium. Tidak dengan hidung, tapi dengan 'naluri jiwa'. Mereka bisa merasakan kerakusan. Dosa. Keserakahan. Rasa ingin menguasai. Mereka memburu orang seperti itu lebih dulu. Itulah mengapa banyak manusia yang mati bukan karena lemahnya kekuatan, tapi karena jiwa mereka sudah bau sejak awal." Gilgamesh menerangkan Tutorial menara Ilahi.

Sofia menyerap apa yang dikatakan Gilgamesh kepadanya. ""Dan mereka akan menyantap yang busuk sebelum mereka menyentuh yang polos."

"Tepat, Jadi Jika mereka belum meneyrangmu carilah kesempatan seperti itu untuk me.bunuh mereka dan mendapatkan 100 Poin." Gilgamesh berkata dengan nada rajanya.

Flashback End.

Sofia kembali ke dunia nyata.

Dia melihat ke jalan seberang.

Sekelompok lima orang berpakaian seperti gangster memukuli seorang remaja dengan tongkat besi. Mereka tertawa dan menyuruh orang lain “menyerahkan barang berharga kalau mau selamat.”

Mereka tidak menyadari bahwa tiga hobgoblin raksasa telah muncul dari belakang reruntuhan bus.

Dalam sekejap, salah satu hobgoblin meraih gangster paling besar, menggigit lehernya, dan melemparkannya sejauh dua puluh meter. Yang lainnya menusuk dua pria sekaligus dengan tombaknya yang besar.

Darah muncrat ke segala arah.

Remaja yang mereka siksa terdiam dalam ketakutan, tubuhnya gemetar. Hobgoblin itu melirik ke arahnya... lalu berbalik dan pergi.

Sofia mengangguk kecil. “Mereka tahu.”

“Minum. Dan diam. Jangan mencoba ikut bertarung. Fokus bertahan.”

Remaja itu mengangguk perlahan, matanya masih penuh ketakutan dan kekaguman.

Sofia melanjutkan perjalanannya. Di pikirannya, dia menghitung.

Sudah 8 poin. Baru 8 dari 100.

Waktu masih panjang, tapi dia tahu bahwa tidak semua yang masuk Tutorial akan keluar hidup-hidup. Bahkan tidak sampai separuh.

Di timeline sebelumnya, pikirnya, hanya 3% manusia yang berhasil bertahan dan diangkat menjadi Reguler.

New York City – 01:15 AM

Shawn Kruger

Sementara itu, ribuan kilometer di seberang lautan, Shawn sedang berlari di sepanjang Fifth Avenue.

Asap mengepul dari reruntuhan. Times Square sudah menjadi ladang mayat. Api membakar papan iklan LED, dan suara raungan monster menggema dari segala penjuru.

Shawn memegang pisau militer dengan erat. Tangannya sudah berdarah karena cengkeraman terlalu kuat, tapi adrenalin membuatnya tidak peduli.

Ia mengayunkan pisaunya ke arah goblin bersenjata plasma. Tusuk. Cabut. Tebas.

[+1 POIN.]

[+1 POIN.]

[+1 POIN.]

Dia tidak berhenti. Dia tidak sadar dia menebas goblin lain yang baru saja membunuh seorang pria yang memohon nyawa. Dia hanya tahu: bunuh monster, kumpulkan poin. Bertahan.

Dia berlari ke dalam toko alat olahraga yang rusak, mengambil pelindung lengan, sarung tangan, dan sepatu lari yang masih utuh. Kemudian dia keluar lagi, menghindari kobold kecil yang membawa bom sihir.

Dia belum tahu...

Belum sadar...

Bahwa beberapa dari manusia yang ia bantu, tidak semua layak diselamatkan.

Dia belum tahu tentang hukum diam-diam yang mengatur Tutorial—bahwa monster bisa mencium aroma dosa, dan bahwa tindakan ‘heroik’ bisa membawa kematian jika salah sasaran.

Sedangkan Sofia Carson tahu.

Dan itu alasan mengapa dia tidak membentuk tim. Belum. Tidak saat ini.

Karena menyelamatkan orang tanpa pertimbangan bukanlah keberanian.

Itu kebodohan.

12 April 2018, 01:32 AM – New York City

Sementara itu, ribuan kilometer jauhnya, di reruntuhan New York City, Shawn Kruger bergerak cepat melewati gang-gang sempit. Nafasnya berat, namun fokusnya tidak goyah. Pisau militer di tangan kanannya masih hangat dengan darah makhluk-makhluk aneh.

Dia baru saja menyelamatkan seorang ibu dan anaknya dari serangan goblin. Tapi dia juga melihat sesuatu aneh sebelumnya—sesuatu yang dia belum pahami.

Tiga orang bertato dan membawa senjata api dikejar oleh monster. Tapi monster itu melewati kerumunan manusia lainnya... hanya untuk mengejar mereka. Salah satu dari mereka bahkan berteriak: “Kami tidak menyerang siapa-siapa! Sumpah!!”

Tapi monster itu tidak berhenti.

Shawn memikirkan itu sejak tadi.

“Kenapa... mereka?” gumamnya sambil berjalan cepat menuju gedung kosong yang dulu merupakan toko alat musik. Dia mendorong pintu dan masuk perlahan, lalu memeriksa setiap sudut.

Kosong. Aman untuk sekarang.

Dia duduk di lantai dan membuka peta kecil kertas, salah satu dari beberapa alat analog yang ia bawa untuk berjaga-jaga jika semua teknologi rusak. Tangannya menandai beberapa titik tempat-tempat di mana dia melihat monster muncul, dan di mana tempat para manusia terbunuh.

Matanya menatap satu garis merah yang dia buat.

"...Sepertinya mereka… memilih." ucapnya pelan.

Dia mulai menghubungkan titik-titik itu dalam pikirannya.

Tapi berbeda dari Sofia, Shawn belum tahu kebenarannya. Dia hanya menduga. Dan itu tidak cukup.

Dan itu bisa membuatnya atau orang lain di sekitarnya, mati.

12 April 2018, 02:17 AM – Paris

Sofia membuka ranselnya, memeriksa kembali persediaan air dan makanan. Tiga botol air. Enam kaleng makanan ringan. Dua pisau cadangan. Satu kompas. Dua botol antiseptik. Kain perban.

Dia melihat peta kecil buatan tangan. catatan yang ia gambar sendiri, berdasarkan versi pertama Tutorial yang ia alami dulu. Ini adalah Paris, tapi bukan Paris yang biasa.

Ini adalah versi yang tercampur dan disaring oleh Menara Ilahi, disesuaikan untuk menguji peserta.

“Ingat, Carson,” kata Gilgamesh waktu itu. “Tutorial adalah ujian pertama yang disaring oleh sistem keadilan dan kelangsungan. Mereka tak akan menguji ototmu. Mereka menguji moralmu.”

Itu sebabnya Sofia tak menolong sembarang orang.

Dia tahu aturan. Dia tahu siapa yang pantas selamat.

Dan yang lebih penting...

Dia tahu tidak semua yang ikut Tutorial akan tetap manusia.

12 April 2018, 02:02 AM – Paris dan New York

Langit masih ungu. Kota masih terbakar.

Teriakan masih terdengar. Darah masih mengalir.

Tapi dua orang, Sofia Carson dan Shawn Kruger, berjalan di jalur yang berbeda.

Yang satu tahu aturan tersembunyi. Yang lain belum.

Yang satu berlatih di bawah Raja dari Para Pahlawan.

Yang lain mengandalkan insting dan tekad.

Mereka tidak saling kenal.

Belum.

Tapi dunia yang baru ini, Menara Ilahi akan mempertemukan mereka.

Cepat atau lambat.

Karena dalam dunia ini...

Informasi adalah kekuatan.

Dan kebodohan berarti kematian.

1
Ayari Khana
Terpana😍
Android 17
Sangat kreatif
【Full】Fairy Tail
Jlebbbbb!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!