"Hentikan berbuat konyol untuk menarik perhatianku, segera tanda tangani surat cerai?!" kata pria itu sedikit arogan.
Lisa menatap pria itu, dan tidak mengenalinya sama sekali. Kecelakaan yang dialami membuatnya amnesia.
Lisa tak lagi memandang Jonathan penuh cinta, dan bahkan setuju untuk menandatangani surat cerai. Namun, sikap yang acuh malah membuat Jonathan kalang-kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon erma _roviko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Aku tidak ingin melihat pernikahanmu berakhir seperti ini, Lisa. Berusahalah untuk mempertahankannya, jangan biarkan masalah kecil menghancurkan rumah tanggamu.”
Diana seakan mendorong Lisa kembali kedalam pelukan Jonathan, biar bagaimanapun dia tidak akan setuju anaknya menikahi wanita lain.
Lisa merasa sedih dan kecewa, karena Diana tidak mengerti situasinya.
"Ma, Jonathan sendiri yang ingin bercerai karena wanita itu. Tidak ada yang bisa dipertahankan lagi," protes Lisa lirih, berharap Diana bisa memahami keputusannya.
Tapi Diana tidak bergeming, seakan-akan dia tidak ingin melihat kenyataan bahwa pernikahan Lisa dan Jonathan memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi.
"Percayalah padaku, Sayang. Pernikahan itu perlu perjuangan dan pengorbanan. Jangan menyerah begitu saja," ucap Diana memberikan semangat untuk menantunya.
"Cinta tidak bisa dipaksakan, anakmu mengabaikan putriku.”
Kini Indri membela putrinya, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan anak kesayangannya diperlakukan dengan tidak baik.
Diana meraih tangan Indri, memberikan harapan pasti.
"Begini saja, beri mereka kesempatan dalam waktu tiga bulan. Jika Jonathan masih tidak berubah ataupun tidak ada perubahan cinta diantara mereka, maka kita akan mengambil langkah lain," putus Diana yang bijak.
Hendra bangkit dari duduknya, memandang Diana seakan protes tidak terima.
"Lalu, apa yang akan didapatkan putriku? Apakah dia harus terus-menerus disakiti dan diabaikan?" tanyanya dengan nada yang keras, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan putrinya diperlakukan dengan tidak baik.
Diana memandang Hendra dengan tatapan yang lembut.
"Jangan khawatir, Hendra. Aku akan memastikan bahwa Jonathan tidak akan menyakiti Lisa lagi. Beri mereka kesempatan, dan kita akan lihat apa yang akan terjadi," jelas Diana yang tidak mau melepaskan Lisa.
"Aku berjanji, akan memberikan setengah harta dari keluargaku sebagai jaminannya," ucap Diana yang tegas, kesungguhannya untuk memastikan keadilan bagi Lisa.
Kemudian, dia melirik tajam ke arah Jonathan, ekspresi wajahnya penuh dengan kekecewaan dan pertanyaan.
'Setengah harta? Ya Tuhan, aku langsung jadi janda kaya,' batin Lisa yang terkejut jika mertuanya tak ragu mengatakan hal itu. Dia tidak percaya bahwa Diana bersedia memberikan setengah harta keluarganya sebagai jaminan.
Hendra dan Indri ingin menolak, tapi dengan cepat Lisa menahan orang tuanya.
"Baiklah, aku setuju memberi Jonathan kesempatan untuk tiga bulan," putus Lisa, meskipun di dalam hatinya dia masih merasa ragu.
Setelah masalah selesai, Lisa semakin berani terhadap Jonathan. Dia tidak lagi takut untuk mengungkapkan perasaannya dan menunjukkan sikap yang lebih tegas terhadap suaminya.
Lisa mulai menunjukkan bahwa dia tidak akan lagi diam saja ketika diperlakukan dengan tidak baik.
"Sekarang kamu tidak bisa bersikap semena-mena, kuncinya ada padaku?!"
Lisa menunjukkan bahwa dia telah memiliki keberanian untuk berbicara dan memperjuangkan hak-haknya.
Tapi disisi lain, Jonathan merasa bahagia dalam keputusan ibunya yang masih berpihak padanya. Dia masih berpikir, kalau Lisa masih mencintainya dengan memberikan kesempatan ulang pada hubungan mereka.
‘Kamu masih mencintaiku dengan memberiku kesempatan lagi,’ gumam Jonathan di dalam hati yang berbunga-bunga.
Sedangkan Lisa sudah berkhayal menjadi janda kaya, tidak ada ruginya mempertahankan Jonathan yang cukup berguna menjadi ATM berjalannya.
Bagi Lisa, uang tampaknya menjadi prioritas utama, dan dia tidak terlalu peduli dengan aspek emosional dari pernikahan. Berpikir baik bercerai ataupun tidak, dia akan tetap diuntungkan secara finansial.
‘Uang adalah segalanya,’ pikir Lisa, merasa bahwa dengan memiliki uang, dia bisa membeli apa saja yang dia inginkan dan hidup dengan nyaman.
Cinta dan hubungan romantis tampaknya tidak menjadi prioritas bagi Lisa.
Dengan gerakan yang cepat, Lisa melempar selimut ke arah wajah Jonathan, membuat senyum di wajah pria itu sirna, dia terkejut dan tidak bisa melihat apa-apa sejenak.
"Jangan berkhayal untuk tidur denganku, tidurlah di sofa!" perintah Lisa dengan keras dan tatapan yang sengit, dia tidak akan mentolerir Jonathan untuk mendekatinya.
Jonathan terpaksa mematuhi perintah Lisa, merasa bahwa dia tidak memiliki pilihan lain selain tidur di sofa.
Di pagi hari, saat Lisa membuka matanya, dia merasakan sedikit kekakuan pada tubuhnya setelah tidur panjang, menggeliatkan tubuhnya merenggangkan otot-ototnya yang kaku sambil mengambil nafas dalam-dalam.
Setelah merasa lebih nyaman, dia beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi untuk memulai hari dengan rutinitas pagi yang biasa.
Lisa beranjak dari ranjang menuju kamar mandi membersihkan diri, namun malah terkejut melihat Jonathan yang berdiri di depannya dengan penampilan yang tampan dan tubuh yang setengah terbuka.
Merasa sedikit terkejut dan tidak siap melihat suaminya dalam keadaan seperti itu.
Dengan cepat, Lisa berbalik badan dan menutupi wajahnya, mencoba menyembunyikan reaksinya yang spontan.
“Harusnya kamu mengunci pintu,” geram Lisa.
Jonathan tersenyum tipis melihat reaksi Lisa yang terkejut dan berusaha menutupi wajahnya.
Dengan santai, dia berjalan mendekat, dan tanpa sengaja air yang menetes dari rambutnya mengenai tubuh Lisa.
Lisa merasa sedikit terganggu oleh sentuhan air tersebut, dan mungkin juga oleh kedekatan Jonathan.
Bergidik ngeri, berlari keluar menghindari Jonathan.
"Dasar mesum!" umpat Lisa yang tidak sempat membersihkan tubuhnya.
Lisa terkejut melihat seseorang yang baru saja datang, dan dia mengucek kedua matanya untuk memastikan bahwa dia tidak salah lihat.
"Meira? Pagi-pagi sekali dia sudah datang," gumam Lisa dengan sedikit keheranan.
Dia memperhatikan Meira yang berjalan dengan langkah ringan dan senyuman yang manis di wajahnya. Lisa merasa sedikit penasaran tentang apa yang membuat wanita itu datang pagi-pagi sekali ke rumahnya.
Meskipun dia tidak terlalu peduli dengan hubungan Meira dengan kejadian sebelumnya, rasa ingin tahu Lisa tetap muncul.
"Apa yang dia lakukan di sini?" pikir Lisa, sambil terus memperhatikan Meira dari jauh.
Meira masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan, senyum ceria menghiasi wajahnya. Dia berjalan melewati Lisa seolah-olah tidak ada, tanpa memberikan sapaan atau tanda pengakuan.
Lisa merasa terkejut dan sedikit kesal dengan sikap Meira yang tidak menghiraukannya. Dengan percaya diri, Meira menaiki anak tangga menuju kamar, seakan-akan dia adalah penghuni rumah itu sendiri.
Lisa menggelengkan kepala, tidak percaya dengan keberanian Meira yang langsung menuju kamar tanpa memperdulikan kehadirannya.
"Apa dia pikir aku tidak ada di sini?" gumam Lisa, merasa sedikit kesal dengan sikap Meira yang tidak sopan.
Lisa memperhatikan Meira dengan seksama, mencoba memahami apa yang ada di pikiran wanita itu.
Dengan rasa penasaran yang semakin besar, Lisa memutuskan untuk mengikuti Meira dari jauh, ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dia berjalan diam-diam, tidak ingin Meira menyadari kehadirannya. Saat Meira membuka pintu kamar, Lisa berhenti di tempat, menahan nafas sambil menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Pantas saja dia begitu bersemangat ternyata ingin menemui Jonathan,” gumam Lisa yang seketika mendapatkan ide untuk memberitahukan hal ini kepada kedua orang tua dan juga mertuanya.
‘Kalian tertangkap basah,’ ucap Lisa di dalam hati, sambil tersenyum membayangkan setengah harta dari keluarga suaminya.
cinta nanti dulu biarakam si Alex membuktikan jangan cuma ngomong doang