Marina, wanita dewasa yang usianya menjelang 50 tahun. Telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarganya. Demi kesuksesan suami serta kedua anaknya, Marina rela mengorbankan impiannya menjadi penulis, dan fokus menjadi ibu rumah tangga selama 32 tahun pernikahannya dengan Johan.
Tapi ternyata, pengorbanannya tak cukup berarti di mata suami dan anak-anaknya. Marina hanya dianggap wanita tak berguna, karena ia tak pernah menjadi wanita karir.
Anak-anaknya hanya menganggap dirinya sebagai tempat untuk mendapatkan pertolongan secara cuma-cuma.
Suatu waktu, Marina tanpa sengaja memergoki Johan bersama seorang wanita di dalam mobilnya, belakangan Marina menyadari bahwa wanita itu bukanlah teman biasa, melainkan madunya sendiri!
Akankah Marina mempertahankan pernikahannya dengan Johan?
Ini adalah waktunya Marina untuk bangkit dan mengejar kembali mimpinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#5
#5
“Jawab, Mas! Apa dimatamu Aku masih terlihat banyak kekurangan?!” pekik Marina. “Apa Mas juga ingin mengatakan, bahwa Aku membuatmu malu, karena Aku bukan wanita yang berkarir di luar rumah?!”
“Kamu ini bicara apa sih, ngelantur gak jelas,” jawab Johan dengan gaya santai, arogan, dan acuhnya seperti biasa.
“Apa hanya gara-gara Aku makan malam diluar rumah, Kamu jadi marah begini? dan mulai menghubung-hubungkan sesuatu yang tidak jelas?”
Marina tertawa sumbang, kemudian berjalan menuju rak sepatu guna memperlihatkan bukti kecurigaannya. “Ini … Aku tahu sekali Kamu tak pernah membeli sepatu ini, dan setelan jas yang kemarin kamu pakai, juga baru, bahkan dasinya.”
“Duh … Kamu ini bicara apa sih, jika kamu penasaran, apa susahnya bertanya? Bukannya langsung menuduh!” Kalimat johan terdengar begitu tajam, karena harga dirinya sedang disentil oleh wanita yang selama ini patuh pada perintah dan larangannya, bahkan tak pernah sedikitpun mencurigai perbuatannya di luar rumah.
Johan mengambil alih sepatu barunya, “Ini hadiah dari rekan kerjaku, begitu pula setelan jasnya. Puas!?” Singkat, padat, dan jelas, namun tetap menyakitkan, karena baru Marina sadari suaminya tak pernah memperlakukannya dengan lembut, apalagi dengan sikap hormat.
“Lalu noda lipstik ini?” Kembali Marina bertanya.
“Siang hingga sore tadi, Aku menghadiri reuni dengan teman-teman kuliahku dulu, jadi wajar jika ada teman lelaki dan wanita, mungkin tadi tanpa sengaja salah satu dari mereka menyenggolku, mana Aku tahu, karena yang hadir dari berbagai angkatan.” Dengan lancar dan tanpa beban, Johan menjelaskan semuanya.
Walau terlihat meyakinkan, namun Marina tak begitu saja percaya, rasanya sia-sia saja jika dirinya percaya begitu saja ucapan suaminya.
Dalam hati Marina bertekad untuk tak lagi percaya seratus persen pada pria yang sudah ia layani serta ia hormati selama lebih dari separuh usianya sendiri.
“Tapi kenapa harus di kerah kemeja? kecuali jika Kalian berpelukan, noda ini tak akan menempel di sana.” Marina kembali menjelaskan alasannya.
“Ya mana Aku tahu, namanya juga reuni, ketemu dengan banyak orang, pria dan wanita semua ada di sana. Masa Aku harus melarang mereka satu persatu, kan tak mungkin,” bantah Johan, membuat Marina terdiam.
Melihat Marina terdiam tanpa kata, Johan mulai merasa diatas angin, “Ada lagi yang ingin Kamu tanyakan?”
“Mas yakin tidak bohong?”
“Kalau Aku mau, bisa saja Aku melakukan banyak kebohongan, dan Kamu tak akan tahu!”
Dengan penuh kesombongan, Johan kembali sesumbar, ia lupa, bahwa diatas langit masih ada langit.
30 tahun lebih menjalani pernikahan dengan orang yang sama, membuat Johan yakin bahwa istrinya memang wanita baik, tapi terlalu polos, sedikit udik dan apa adanya. Jadi tak mungkin Marina tahu jika sejak beberapa bulan yang lalu, ia mulai mendua.
Setelah proses pendekatan yang cukup alot, akhirnya wanita itu menerima permintaan Johan, namun dia tak ingin hanya sebatas teman mesra. Tanpa pikir panjang Johan mengajak wanita itu menikah, jika bisa dua kenapa harus satu, begitu pikir Johan.
Lagi pula Sonia adalah wanita berkelas, ia selalu tampil trendy dengan make up dan pakaian model baru, karena dulu suami Sonia adalah pria berada. Jadi tak memalukan jika diajak ke acara perusahaan. Karena sudah beberapa tahun terakhir, Johan enggan mengajak Marina bila ada acara di Kantornya, ia malu karena penampilan Marina terlalu kuno, dan Marina tak paham model make up, serta pakaian model terkini.
•••
Hari-hari kemvali berlalu seperti biasa.
Marina menjalani hari dengan tetap melayani Johan sepenuh hati, walau kini keraguan semakin kuat menyelimuti hatinya.
Diana pun tetap menitipkan Gwen sesuka hati setelah Papanya kembali ke tempat kerjanya di luar Jakarta.
Begitu pula Burhan tetap membiarkan istrinya bekerja dan belajar dengan giat, karena jika butuh apa-apa yang menyangkut urusan rumah dan perbelanjaan, pria itu hanya perlu mendatangi Marina, termasuk hanya untuk urusan cucian.
Saking sibuknya, Ina melemparkan pekerjaan rumah pada Burhan, dan karena masih pengantin Baru, Burhan terima-terima saja, padahal ia juga sibuk dengan urusan kantornya. Dan akhirnya ia menyerahkan urusan mencuci pakaian pada Marina, lupa bahwa yang ia mintai pertolongan adalah ibunya, bukan ART di rumahnya.
“Rin … Rin … bisa-bisanya Kamu terima semua ini, Kamu itu Ibunya, bukan pembantunya, katakan itu pada Burhan, sebelum ia keenakan menjadi anak durhaka!!” ketus bu Juju, sementara tangannya sibuk menyetrika setumpuk pakaian milik Burhan dan istrinya.
Yah, Marina pun memilih membayar jasa pada bu Juju, karena ia sedang sangat kelelahan, entah kenapa tubuhnya tak bisa diajak bekerja seperti hari-hari biasanya.
“Sayangnya Aku tak bisa sepertimu, Ju.” Teringatlah ia ketika hendak mengatakan isi pikirannya, jangankan mengomel seperti bu Juju, menolak saja ia sudah tak tega pada Burhan yang memelas kepadanya.
Dan lagi sebelum ia mulai bicara, anak-anak nya pasti sudah menceramahi dirinya panjang lebar.
“Makanya belajar marah dong!! Sekali-kali kamu perlu meluapkan kemarahanmu, agar perasaanmu lega.” Marina tersenyum mendengar suara bu Juju yang luar biasa ketus sesudah mendengar curahan hatinya.
“Iya, lain kali Aku praktekkan usulanmu,” jawab Marina santai.
“Nenek!!” Suara riang Gwen membuat pandangan mereka teralihkan.
“Eh … sudah pulang,” sambut Marina kala melihat Gwen turun dari motor yang Yosh kendarai.
Yosh kembali ke tempat kerjanya, usai berpamitan. “Nenek, mau jajan.”
“Iya, ambil saja sana, yang banyak, nanti minta Mamamu yang bayar, biar tak sia-sia hasil kerjanya.” Bu Juju langsung memberi isyarat agar Gwen mengambil banyak jajanan di warung kecil miliknya.
“Asiiiikk … terima kasih Nenek Juu … “
“Sama-sama, Cantik.”
Dengan riang, Gwen mengambil semua jajanan yang ia inginkan, bahkan ia lupa pada beberapa jajanan yang masuk dalam daftar larangan Diana. Yang Gwen pikirkan hanyalah makan camilan, tak tahu bahwa jajanan tersebut akan membahayakan tubuhnya sendiri.
Dan akhirnya, malam itu Gwen mengeluh sakit tenggorokan, bahkan suhu badannya mulai meningkat.
“Mama beri makan apa Anakku?!” tanya Diana sarkas.
“Ya makan nasi dan minum susu seperti biasa,” jawab Marina, ia lupa bahwa siang tadi Gwen mengkonsumsi banyak makanan ringan.
“Kalau makan nasi dan lauk pauk seperti biasa, mana mungkin Gwen bisa sakit?” tanya Diana mulai curiga. “Yakin hanya makan nasi di rumah?”
Deg!
Marina terkejut, pertanyaan Diana membuatnya ingat, bahwa siang tadi Gwen mengkonsumsi banyak makanan kemasan, mungkin salah satunya yang menjadi penyebab kondisi Gwen saat ini. “Tadi siang … Gwen makan banyak jajanan di warung Bu Juju.” Dengan perasaan cemas, Marina membeberkan apa yang tadi siang terjadi.
“Tuh kan!” Seketika Diana naik pitam. “Mama tahu kan, Gwen sensitif dengan msg dan gula buatan, kenapa masih membiarkan Gwen makan jajan sembarangan! Becus jagain cucu gak sih?!” sentak Diana dengan amarah yang memuncak.
“Mama … lupa, Nak.” Wajah Marina pias penuh rasa bersalah.
“Lupa, atau Mama memang sudah pikun?!”
Jedeeeerrr!!!
bawang jahatna ya si Sonia
aku ngakak bukan cuma senyum2
itu bapak Gusman kira kira puber keberapa ya🤣🤣🤣
tp sayangnya aku malah dukung banget tuan Gusman sama Marina .. semangat tuan Gusman ..para pembaca mendukungmu