NovelToon NovelToon
Sebelum Segalanya Berubah

Sebelum Segalanya Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Dunia Masa Depan / Fantasi / TimeTravel
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Rania menjalani kehidupan yang monoton. Penghianatan keluarga, kekasih dan sahabatnya. Hingga suatu malam, ia bertemu seorang pria misterius yang menawarkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Kesempatan untuk melihat masa depan."

Dalam perjalanan menembus waktu itu, Rania menjalani kehidupan yang selalu ia dambakan. Dirinya di masa depan adalah seorang wanita yang sukses, memiliki jabatan dan kekayaan, tapi hidupnya kesepian. Ia berhasil, tapi kehilangan semua yang pernah ia cintai. Di sana ia mulai memahami harga dari setiap pilihan yang dulu ia buat.

Namun ketika waktunya hampir habis, pria itu memberinya dua pilihan: tetap tinggal di masa depan dan melupakan semuanya, atau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang telah ia hancurkan, meski itu berarti mengubah takdir orang-orang yang ia cintai.

Manakah yang akan di pilih oleh Rania?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#19

Happy Reading...

.

.

.

Perkataan dari Arkana barusan masih terngiang jelas di telinga Rania, menusuk seperti pisau yang tidak bisa ia cabut. “Kita saling memiliki, tapi tidak terikat dalam sebuah hubungan.” Kalimat itu berputar-putar di kepalanya seperti gema yang enggan mereda.

“Aku ingin sendiri dulu,” ucap Rania lirih. Suaranya bergetar, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tegar di hadapan Arkana.

Tanpa menunggu balasan, ia segera membalikkan badan dan melangkah cepat menuju kamar. Langkahnya sedikit tertatih tapi ia memaksa dirinya untuk tidak terlihat rapuh. Setibanya di dalam kamar, ia langsung menutup pintu dan memutar kunci. Seakan itu adalah satu-satunya hal yang masih bisa ia kontrol malam ini.

Ia tidak peduli di mana Arkana akan tidur malam ini. Sofa, ruang kerja, atau bahkan lantai ruang tamu sekalipun. Saat ini, kepalanya terlalu penuh untuk memikirkan kenyamanan orang lain termasuk Arkana.

Rania menyandarkan tubuhnya pada pintu, merasakan dinginnya kayu menyentuh punggung. Perlahan, lututnya melemah, dan tubuhnya merosot ke lantai tanpa daya. Tangannya bergerak memeluk kedua lutut, mencoba mencari kehangatan dari dirinya sendiri. Namun yang ia dapat hanya rasa hampa dan perih yang menjalar ke seluruh dada.

“Apa sebenarnya yang terjadi padaku selama hampir lima tahun ini…?” bisiknya pelan.

Matanya terpejam, berusaha menahan air mata yang sejak tadi menuntut keluar. Namun, kenyataan yang menamparnya begitu keras hari ini membuat pertahanannya goyah. Ia meremas rambutnya sendiri, frustrasi, mencoba mengingat sesuatu.. apa pun.. tentang dirinya di masa lima tahun yang hilang itu.

Kenyataan bahwa ia kini adalah seseorang yang bahkan tidak ia kenal membuatnya semakin sulit bernapas.

Morning kiss.

Kalimat itu saja sudah cukup membuat wajahnya memanas. Bukan karena malu, tapi karena bingung dan muak pada dirinya sendiri yang di masa depan tampak begitu berbeda. Begitu.. berani? Begitu mudah menyerahkan diri kepada orang lain? Arkana bahkan mengatakan bahwa mereka sudah sering berhubungan badan.

Rania menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

“Apakah aku semurah itu?” gumamnya, suaranya terdengar pecah. “Atau.. apakah itu caraku untuk mencapai posisi yang sekarang? Tuhan.. apa aku memang sehina itu?”

Lalu pikirannya bergerak ke arah lain.

Mama.

Alisa.

“Ke mana mereka? Apa mereka benar-benar tidak peduli lagi padaku?” bisiknya lirih. Ada luka lama yang tiba-tiba kembali terbuka. Luka yang seharusnya sudah terkubur bersama kepahitannya di masa lalu.. masa sebelum ia tiba-tiba terlempar ke masa depan yang asing ini.

Rania mengusap sudut matanya, mencoba menenangkan diri, namun hanya berhasil membuat napasnya terdengar semakin kacau.

Lalu tiba-tiba, sekelebatan ingatan muncul di kepalanya. Ingatan samar, namun begitu kuat hingga membuat tubuhnya menegang.

Percakapan antara dirinya dan Arkana di dalam mobil hari itu, saat ia masih menjadi dirinya yang lama, sebelum semua kekacauan waktu ini terjadi. Percakapan yang membuatnya benar-benar merasa kecewa dan hancur.

Hari ketika ia memutuskan bahwa ia tidak akan lagi membiarkan dirinya diremehkan. Hari ketika ia berjanji akan membalas semua yang telah membuatnya merasa rendah dan tidak berarti kembali berputar.

"Apa aku mulai berubah setelah percakapan itu?" Tanyanya lirih pada dirinya sendiri.

“Aku... Apa aku benar-benar sesakit hati itu?” gumamnya. “Dan aku... benar- benar mulai membalas mereka?” Rania menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering.

Lalu ia kembali melihat kilasan lain. Kali ini bahkan lebih jelas, lebih menyakitkan. Dirinya.. Dirinya yang mendekati Arkana terlebih dahulu.

Ternyata bukan Arkana yang mengejar. Bukan Arkana yang jatuh cinta duluan. Tetapi dirinya.

Rania yang berjalan menghampiri Arkana. Rania yang tersenyum lebih dulu. Rania yang memulai semuanya.

Dan puncaknya... ciuman pertama.

Tubuhnya menegang saat ingatan itu mulai memudar namun meninggalkan sensasi yang membuat jantungnya berdebar. Bukan karena romantis, tapi karena terkejut dan malu.

Ciumannya..

Ciuman itu terjadi di tempat umum. Di depan benerapa orang.

Ia bahkan bisa melihat sekilas suasana, cahaya lampu, kerumunan, suara orang-orang bersorak kecil atau bergumam. Wajah Arkana yang tampak terkejut, sementara dirinya.. tampak percaya diri. Terlalu percaya diri. Seolah ia ingin semua orang melihatnya.

Rania memijit keras pelipisnya.

“Apa yang sebenarnya kupikirkan waktu itu?” gumamnya. Ia mencoba mengingat lebih banyak, tetapi rasa sakit di kepalanya semakin kuat. Seolah memorinya enggan membiarkan ia kembali terlalu jauh.

Tok. Tok. Tok. Tok. Tok.

“Rania... tolong buka pintunya. Kita bicara.”

Suara itu membuat jantung Rania berhenti sejenak. Arkana.

Rania memejamkan mata rapat-rapat. Ia tidak siap. Ia tidak ingin mendengar suara lelaki itu lagi malam ini. Tidak setelah ucapan yang membuatnya merasa seperti seseorang yang digunakan tanpa ikatan yang jelas.

Tok. Tok. Tok.

“Rania. Tolong.”

Nada Arkana terdengar campuran antara khawatir dan bersalah, tetapi itu tidak membantu. Jika ada yang ia butuhkan sekarang, hanya keheningan dan waktu untuk memahami dirinya sendiri.

“Pergi,” ucap Rania pelan, hampir tak terdengar.

Namun Arkana tetap di luar. “Aku tahu kamu mungkin terluka. Tapi setidaknya izinkan aku...”

“Pergi!” Suara Rania tiba-tiba meninggi, gemetar antara marah dan sedih. “Aku bilang aku ingin sendiri!”

Keheningan turun setelah itu.

Rania menutup mulutnya dengan tangan. Ia tidak pernah berteriak seperti itu sebelumnya. Setidaknya bukan versi dirinya yang dulu. Tapi jelas, ia tidak bisa menahan perasaan ini sendirian.

Di luar pintu, Arkana tidak lagi mengetuk. Suasana kembali hening, namun bukannya menenangkan tapi justru membuat dada Rania terasa lebih penuh.

Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan segala sesuatu yang terasa berantakan dalam dirinya.

Namun semakin ia mencoba menata, semakin banyak potongan kecil ingatan yang muncul. Seperti puzzle yang berjatuhan satu per satu tanpa ia tahu gambarnya akan seperti apa.

Jika dirinya di masa lalu mendekati Arkana demi tujuan tertentu…

Jika ciuman itu dilakukan di depan umum…

Jika ia benar-benar menggunakan hubungan mereka sebagai alat untuk membalas sakit hati…

Maka siapa dirinya sekarang?

Rania menatap lantai. Matanya berkaca-kaca.

“Aku... Apa aku memilih menjadi salah satu sosok antagonis...” bisiknya.

Inilah ketakutan terbesarnya. Bukan masa depan yang terasa asing.

Tapi kemungkinan bahwa diri yang ia temukan di masa depan.. adalah seseorang yang ia sendiri benci.

Dan malam itu, Rania merasa lebih sendirian daripada sebelumnya.

.

.

.

*TRIPEL UP.... **Masih ada yang bingung dengan alurnya tidak...*

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK....

1
Erni Kusumawati
nyesek bgt jd Rania😭😭😭😭
Puji Hastuti
Seru
Puji Hastuti
Masih samar
Puji Hastuti
Semakin bingung tp menarik.
Erni Kusumawati
masih menyimak
Puji Hastuti
Menarik, lanjut kk 💪💪
Erni Kusumawati
duh.. semoga tdk ada lagi kesedihan utk Rania di masa depan
Puji Hastuti
Masih teka teki, tapi menarik.
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya, duh penasaran jadinya.
Puji Hastuti
Gitu amat ya hidup nya rania, miris
Erni Kusumawati
luka bathin anak itu seperti menggenggam bara panas menyakitkan tangan kita sendiri jika di lepas makan sekeliling kita yg akan terbakar.
Erni Kusumawati
pernah ngalamin apa yg Rania rasakan dan itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun mengkristal dihati dan lama-lama menjadi batu yg membuat kehancuran untuk diri sendiri
Erni Kusumawati
mampir kk☺☺☺☺
chochoball: terima kasih kakak/Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Puji Hastuti
Carilah tempat dimana kamu bisa di hargai rania
Puji Hastuti
Ayo rania, jangan mau di manfaatkan lagi
Puji Hastuti
Bagus rania, aq mendukungmu 👍👍
chochoball: Authornya ga di dukung nihhh.....
total 1 replies
Puji Hastuti
Memang susah jadi orang yang gak enakan, selalu di manfaatkan. Semangat rania
Puji Hastuti
Kasihan rania
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!