Aku pernah merasakan rindu pada seseorang dengan hanya mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagiku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hyeon Gee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Story 21
“MANA WANITA JALANG ITU?!”
DAR! DAR! DAR!
Teriakan demi teriakan dan gedoran pintu itu membuat Seol Hee yang baru selesai menyusui kedua anaknya pun menghela napas pelan.
“KELUAR KAU DASAR PERUSAK!”
Kembali Seol Hee mendengar teriakan dari luar dan Jun Su yang baru keluar kamar mandi pun tampak sangat terkejut. Namun, melihat wajah datar Seol Hee, dia seakan paham maksudnya. Bergegas Jun Su membuka pintu tetapi, seakan dunia berhenti berputar, sosok Choi Yu Mi yang seperti orang kerasukan tiba-tiba masuk dan langsung melemparkan tas tangannya yang cukup besar ke arah dua bayi kembar di sisi Seol Hee.
DUK!
“Hei! Choi Yu Mi? Kau gila? Keluar dari sini!”
Teriakan amarah Jun Su sontak membuat Yu Mi menitikkan air mata tetapi, sedikit pun Jun Su tidak bergeming. Dia menarik tangan Yu Mi dan mengeluarkannya dari rumah mereka serta tas tangan yang sempat ia lemparkan.
“Kau akan menyesali semuanya!” teriak Yu Mi.
“Terserah apapun katamu! Aku sudah cukup banyak diam dengan seluruh hal yang kau lakukan selama kita berhubungan!”
Segera, Jun Su berlari masuk ke rumah. Dia terlihat sangat murka masuk ke ruang kerja, lalu keluar hanya dalam hitungan detik dengan sebuah berkas. Di lemparkannya berkas tersebut ke hadapan Yu Mi yang masih terduduk dan melihatnya dengan kebencian.
“Jangan pernah tunjukkan lagi wajahmu di depanku dan kuharap setelah ini kau memiliki hidup yang lebih baik serta pasangan yang baik. Bawa saja dia pergi dari sini, Pak,” perintah Jun Su pada satpam komplek yang telah hadir diantara mereka.
Diam, Yu Mi berdiri dan menghempaskan tangan satpam yang sempat ingin membantunya. Dia melangkah kesal ke mobil bersama berkas yang belum ia buka. Amarahnya memuncak usai menutup pintu mobil dan membuka berkas yang diberikan Jun Su. Dia melihat seluruh foto yang berisikan dirinya bersama beberapa pria berbeda.
“Kau tidak apa?” tanya Jun Su panik.
Beberapa kali ia melihat Seol Hee yang berusaha berdiri kembali terduduk. Dan kedua matanya terbuka lebar saat melihat darah tiba-tiba mengalir di sudut kepalanya.
“Diam di sini. Duduk dan jangan mencoba berdiri lagi,” perintahnya.
Dia bergegas lari ke mengambil segelas air dan kotak obat. Seol Hee yang menunggunya sambil bersandar dan memejam di sofa pun langsung meneguk sedikit airnya. Sementara, Jun Su sibuk dengan peralatan obat-obatnya. Perlahan dia menyentuh sisi kepala Seol Hee yang berdarah namun, saat dia ingin memasangkan perban, Seol Hee menolak dan menatapnya dengan mata sayu.
“Lukanya tidak dalam. Aku hanya sedikit pusing, cukup kasih plester saja,” ujar Seol Hee lemah.
Segera, Jun Su mengiyakan apa yang Seol Hee katakan. Dia mengambilkan Seol Hee obat dan menyelesaikan semuanya.
“Maaf,” ucapnya setelah menyelimuti Seol Hee yang tengah berpejam.
“Apa kau melakukan kesalahan padaku?” tanya Seol Hee.
“Tidak. Mungkin tidak. Tapi, hubungan ini tidak akan rumit, dan kau mungkin akan lebih bahagia kalau aku mengakui semuanya sejak awal. Kalau aku mengakui semuanya setelah Chang Yi meninggal mungkin kau dan anak-anak tidak akan mengalam…”
“Boleh aku memelukmu sekarang?” tanya Seol Hee yang sudah bangun dan duduk menatap Jun Su.
Ragu namun, Jun Su mengangguk dan menggeser duduknya. Dalam kesunyian, Seol Hee memeluk erat Jun Su yang kemudian membalas pelukannya.
“Jangan bicara apapun. Kepalaku sakit,” ujar Seol Hee dengan suara serak.
Pelan, isaknya yang perlahan terdengar jelas hingga membuat Jun Su memejam sesaat, sebelum akhirnya ikut menangis dalam diam. Beberapa kali ia mengusap puncak kepala Seol Hee.
“Maaf,” ucap Jun Su dengan suara tertahan.
Berulang kali dia mengucap kata maaf dengan suara tertahan dan Seol Hee hanya menggeleng pelan dengan tangis yang semakin menjadi.