NovelToon NovelToon
Dicintai Ipar Sendiri

Dicintai Ipar Sendiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cerai / Selingkuh / Janda / Cinta Terlarang / Berondong
Popularitas:984
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dua Garis Hidup yang Berbeda

Hidup barunya memang sederhana, tetapi ia merasa damai. Tidak ada lagi mata Rezi yang mencari Keyla di sudut ruangan. Tidak ada lagi kecurigaan yang merusak tidur malamnya. Ia bekerja keras, dan hasil kerjanya murni miliknya.

Suatu malam, setelah warungnya tutup dan ia sedang menghitung pemasukan harian, ponselnya bergetar. Sebuah pesan dari pengacara Rezi.

Bu Zehra, Bapak Rezi telah menyelesaikan seluruh dokumen perceraian dan siap menandatangani final. Beliau juga ingin memberitahukan bahwa beliau sudah melunasi seluruh cicilan rumah baru Ibu.

Zehra menatap pesan itu lama. Ia merasa sesak. Lagi-lagi. Perhatian diam Rezi. Bahkan setelah berpisah, Rezi masih mencoba menunjukkan diri sebagai pelindung dan penyedia.

Zehra meraih ponselnya dan membalas pesan itu, tangannya gemetar:

Kepada Pengacara Rezi: Tolong sampaikan kepada Klien Anda: Saya tidak butuh rumahnya. Saya tidak butuh uangnya. Saya tidak mau menerima apa pun darinya, termasuk belas kasihan. Batalkan pembayaran cicilan rumah itu, atau saya akan menjual rumah itu dan menyumbangkan seluruh uangnya. Kami sudah selesai. Tolong urus perceraian ini secepatnya dan minta dia menghilang dari hidup saya.

Setelah mengirim pesan itu, Zehra menangis. Bukan karena ia miskin, tetapi karena ia merasa direndahkan. Rezi selalu ingin menjadi pahlawan, bahkan bagi wanita yang ia sakiti.

Ia memeluk buku catatannya yang berisi resep-resep. Dinding kokoh yang ia bangun di sekeliling hatinya kembali bergetar.

“Aku sudah memberimu segalanya, Rezi,” bisik Zehra pada kertas resep yang beraroma kunyit dan santan. “Sekarang, biarkan aku membangun hidupku sendiri, tanpa bayanganmu. Tanpa bayangan Kakakku.”

Di satu sisi kota, Keyla sibuk memilih lipstik untuk video terbarunya, didukung oleh jaringan Rezi. Di sisi lain, Zehra sibuk mencuci piring, menolak dengan tegas uang yang berasal dari tangan yang sama. Kedua wanita itu, meskipun terpisah, masih terikat oleh benang halus yang ditarik kuat-kuat oleh Rezi, pria yang kini hidup sendirian di kantornya, puas dengan perannya sebagai pelindung tak terlihat.

****

Keyla Ayunda telah sepenuhnya kembali ke dunia kerjanya. Fase dukanya memang belum hilang, tetapi kini terkubur di bawah tumpukan jadwal rapat, sesi photoshoot, dan kewajiban mengulas produk. Dengan dorongan—atau lebih tepatnya, intervensi—Rezi, ia kini menjadi magnet bagi jenama kosmetik.

Siang itu, Keyla baru saja menyelesaikan rapat dengan perwakilan Jenama Elysian, sebuah merek skincare mewah. Ia duduk di salah satu restoran high-end di kawasan Jakarta Selatan, gaunnya yang elegan berpadu sempurna dengan riasan minimalis khas vlogger profesional. Rapat berjalan lancar; cek sudah ditanganinya, dan ia siap kembali ke studio untuk melakukan syuting.

“Kerja yang bagus, Key,” kata Risa, manajernya, sambil membereskan berkas. “Sejak intervensi ‘investor misterius’ itu, semua berjalan mulus. Kau tidak perlu khawatir tentang hal-hal kotor di belakang layar.”

Keyla menanggapi dengan senyum tipis yang terasa pahit. Rezi memang membersihkan jalannya, tetapi ia merasa jijik. Ia harus bekerja dua kali lebih keras, agar ia merasa pantas mendapatkan keberhasilan yang sebenarnya.

Saat Keyla dan Risa berjalan menuju pintu keluar, Keyla sedikit melamun, pikirannya sibuk menyusun script untuk ulasan berikutnya. Ia membawa tas tangan dan folder berkas yang agak besar.

Bruk!

****

Tiba-tiba, ia menabrak seseorang tepat di depan pintu putar restoran. Berkas-berkas Keyla terlepas dari genggamannya dan berserakan di lantai marmer.

“Astaga, maafkan saya, Bu!”

Keyla mendongak. Di hadapannya berdiri seorang pemuda yang tampak canggung dan panik. Ia mengenakan seragam putih abu-abu—seragam SMA—yang sedikit lusuh, dan ia membawa tas ransel besar. Wajahnya yang muda memancarkan rasa bersalah yang tulus.

“Tidak apa-apa,” Keyla menjawab, suaranya sedikit terkejut. “Saya juga yang tidak lihat-lihat.”

Pemuda itu segera berlutut, dengan sigap membantu Keyla mengumpulkan berkas yang tersebar. Jari-jari mereka sempat bersentuhan saat mengambil lembar kontrak yang tercecer, dan Keyla merasakan kehangatan dan sedikit ketakutan dari sentuhan singkat itu.

“Sekali lagi, saya benar-benar minta maaf, Bu. Saya terburu-buru tadi,” kata pemuda itu, menyerahkan folder itu kepada Keyla.

Keyla menerima berkasnya, dan perhatiannya secara tidak sengaja tertuju pada sudut seragam pemuda itu, tepat di atas saku. Ia melihat sebuah nametag yang dijahit sederhana.

Terukir di sana, dengan tulisan tegak: AZRIEL DAMANSARA.

Keyla menatap nama itu sejenak, lalu kembali menatap wajah pemuda itu. Matanya memancarkan kecerdasan, meskipun ia tampak sedikit kelelahan.

“Baiklah, Azriel,” Keyla tersenyum—senyum yang kali ini lebih tulus karena ia merasa empati pada kepanikan remaja itu. “Lain kali lebih hati-hati di tempat umum, ya.”

“Siap, Bu! Saya permisi dulu,” Azriel membungkuk singkat, lalu bergegas pergi dengan langkah panjang, menghilang di kerumunan trotoar.

Keyla berdiri mematung di pintu masuk. Risa, yang menyaksikan adegan itu, berdecak. “Dasar anak muda, terburu-buru sekali.”

Keyla tidak menjawab. Perasaan aneh menyelimutinya setelah pertemuan tak terduga itu. Entah mengapa, ia merasa ada koneksi yang tidak terduga dari tabrakan singkat itu. Ia menggelengkan kepala, mencoba menghapus Azriel dari benaknya, dan kembali fokus pada mobil yang menunggu.

****

Sementara Keyla disibukkan oleh gemerlap endorsement di restoran mahal, Zehra Magnolia menjalani kehidupan yang sepenuhnya berbeda di ruko sederhana miliknya.

Dapur Magnolia kini berkembang pesat. Rasa masakannya yang otentik dan harga yang terjangkau membuat warungnya selalu ramai pelanggan, mulai dari pekerja kantoran hingga para ibu rumah tangga. Warungnya tidak hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga pusat penyembuhan bagi Zehra.

Saat ini, Zehra sedang sibuk di dapur, mengaduk panci besar berisi gulai kambing yang harumnya menyebar ke seluruh ruangan. Di luar, antrean pembeli mengular.

“Mbak Zehra, ini tolong di packing ya! Untuk pesanan kantor!” teriak Nunik, karyawan tambahan yang baru Zehra rekrut dua minggu lalu.

Zehra menyeka keringat di dahinya dengan lengan. Wajahnya memang lelah karena kerja keras, tetapi matanya memancarkan kepuasan. Ia kini hidup dengan keringatnya sendiri.

“Siap, Nun! Gulai kambingnya hati-hati, panas!” balas Zehra, suaranya kini terdengar lebih ceria, tanpa beban kepalsuan hidup mewah bersama Rezi.

****

Kehidupan barunya mengajarkannya banyak hal: ketahanan, kemandirian, dan yang paling penting, nilai sejati dari harga diri. Ia berhasil menolak semua upaya Rezi untuk membayar kehidupan barunya. Ia tidak menerima rumah yang dibelikan Rezi; ia memilih tinggal di apartemen sederhana dan membangun mimpinya dari nol.

Seorang pelanggan, seorang wanita paruh baya, mendekati Zehra di kasir.

“Mbak Zehra, saya suka melihat Mbak. Dulu saya sering lihat Mbak di media sosial, selalu tampil mewah. Sekarang kok malah jualan di sini?” tanyanya dengan nada penasaran yang tulus.

Zehra tersenyum, senyum penuh makna. “Dulu saya memang hidup mewah, Bu. Tapi saya menemukan, kebahagiaan sejati ada di sini. Bau rempah-rempah ini jauh lebih jujur daripada bau parfum mahal.”

1
partini
baca sinopsisnya agak" gimana gitu penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!