Dalam pusaran dunia mafia yang gelap, Alex, putra mahkota dari klan Moralez, dihadapkan pada ultimatum ayahnya, Marco Moralez, seorang mafia kejam tanpa belas kasihan.
Untuk membuktikan dirinya layak memimpin klan, Alex harus menemukan adiknya yang bertahun-tahun hilang, sebagai syarat.
Namun, di tengah pencarian nya terhadap sang adik, Alex justru bertemu dengan seorang gadis yang menarik perhatiannya, gadis yang mampu menggetarkan hatinya setelah lama mati.
Akankah dia berhasil menemukan adiknya dan memimpin klan ? Dan bagaimanakah kisah cinta akan mengubah arah hidupnya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquarius97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MULAI PENCARIAN
Setelah Marco pergi, Alex memanggil Alvin, dengan patuh ia melangkah masuk menghadap tuannya, lalu menundukkan kepalanya sekilas sebelum menatap Alex dengan tatapan hormat.
"Apa yang bisa saya bantu, Tuan?"
Alex memandang Alvin dengan serius, "Alvin, hubungi Fedrick dan minta dia datang ke kantor sekarang juga," perintahnya dengan nada tegas.
Alvin mengangguk patuh, "Baik, Tuan." jawabnya.
Sambil menunggu Alvin menghubungi Fedrick, Alex memandang keluar jendela, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan tentang adiknya dan keterlibatan kakeknya. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Setelah beberapa saat, Alvin selesai menghubungi Fedrick, ia melaporkan bahwa Fedrick akan segera tiba.
Alex mengangguk, matanya kembali tertuju pada Alvin. "Baik, kau boleh keluar!"
Alvin dan Fedrick adalah dua asisten setia Alex yang masing-masing memiliki peran penting. Alvin bertugas menangani operasional perusahaan, sedangkan Fedrick lebih bertanggung jawab atas jaringan dan urusan di dunia gelap.
***
Lima belas menit kemudian, Fedrick sudah tiba di perusahaan. Alvin langsung mengantarnya masuk, karena memang Alex sudah menunggunya. "Bos!" sapanya saat sudah berdiri di hadapan Alex.
Alex mengangguk singkat sebagai tanda sambutan, ia berdiri lalu menatap Fedrick dengan ekspresi serius. "Fedrick, aku punya tugas untukmu. Cari tahu apa yang terjadi sekitar 28 tahun lalu di keluarga besarku, aku ingin tahu secepatnya!"
Meskipun terlihat sedikit bingung, Fedrick tidak pernah tidak patuh pada Alex, ia mengangguk, "Baik, saya akan mulai mencari informasi, Bos."
"Satu lagi, Fedrick. Kerahkan orang-orang mu untuk mengawasi kakek lebih ketat. Dan sekecil apapun informasi yang kau dapat, segera beritahukan padaku!"
Fedrick mengangguk tegas, menunjukkan keseriusan dalam menjalankan tugas. "Akan saya lakukan, Bos. Saya pastikan tidak akan ada detail yang terlewatkan."
"Bagus, kau bisa mulai tugasmu dari sekarang!"titah Alex, lalu kembali duduk di kursi kerjanya.
"Baik, kalau begitu saya permisi, Bos." Ujar Fedrick, lalu undur diri.
...💣💣💣💣💣...
Malam itu, Alex pulang ke kediaman orangtuanya, untuk menemui ibunya, Nyonya Conti.
Saat tiba di rumah, Alex langsung menghampiri ibunya yang sedang berada di ruang makan. Nyonya Conti sempat terkejut dengan kehadiran putranya, sebab Alex jarang pulang kesana sejak memiliki mansion pribadi.
Alex mendekap ibunya dari belakang, dan mencium pipinya sekilas. "Bagaimana kabarmu, Mom?" tanya Alex singkat, dengan intonasi datar namun tetap ada sentuhan hangat untuk ibunya.
Meski persona Alex tampak tak tersentuh, dengan kesan kejam dan dingin, di sisi ibunya kelembutan tersembunyi itu tetap muncul, meskipun senyum tak pernah menghiasi bibirnya.
Nyonya Conti membalas dekapan putranya dengan senyum hangat. "Mommy baik," katanya lembut, seraya mengelus pipi Alex penuh kasih. "Kau sudah makan malam?" tanyanya dengan penuh kehangatan.
Alex menggeleng, lalu melepaskan dekapannya. Sembari menarik kursi ia bertanya, "Kemana pria tua itu? Apakah dia sering meninggalkan Mommy sendirian seperti ini?"
Nyonya Conti terkekeh, beliau memukul lengan putranya. "Dia Daddy-mu asal kau tahu,"tegurnya.
"Aku benar-benar kesal padanya. Mengapa dia tidak mengerti? Aku hanya ingin menggantikannya memimpin klan, apa susahnya!" gerutu Alex sambil mengangkat bahunya.
"Coba kau menikah, pasti Marco akan memberikan posisi itu padamu dengan mudah,"ujar Nyonya Conti dengan nada santai.
Alex berdecak kesal, lalu meletakkan sendok dengan sedikit kasar, "CK,, Sampai kapanpun, aku tidak akan menikah, Mom!"serunya dengan tegas dan penuh penekanan.
Dengan helaan napas berat, Nyonya Conti memandang putranya dengan penuh keprihatinan. Setiap kali membicarakan pernikahan, Alex selalu menolak dengan keras kepala. Beliau tahu, di balik sikap keras dan dinginnya, Alex menyembunyikan hati yang mungkin sudah mati rasa dan luka dalam yang belum sembuh. Putranya yang terbiasa hidup dalam dinding emosi yang tebal, seakan tak punya celah sedikit pun untuk siapa pun mendekati. Beliau sangat berharap ada seorang gadis yang mampu menembus dinding itu, menyentuh hati Alex, menyembuhkan luka trauma masa lalu Alex dan menghentikan kebiasaannya bermain-main dengan banyak wanita.
Tidak ingin memperburuk suasana hati Alex, Nyonya Conti mengganti topik dengan pertanyaan lain, "Tumben kamu datang Lex. Ada angin apa yang membawamu kesini?"
"Tidak ada, Alex hanya rindu Mommy saja!"Jawabnya singkat, tanpa menoleh sang ibu. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin Alex tanyakan, tapi melihat suasana hatinya yang sudah buruk, dia memilih untuk diam dan tidak jadi bertanya untuk sementara waktu, sampai moodnya membaik.
***
Di tengah malam yang sunyi, dingin, dan gelap, suara tangisan lirih mengejutkan Alex. Dia mengangkat kepalanya, baru sadar bahwa dirinya telah tertidur di meja kerja.
Dia duduk tegak di kursi kerjanya, matanya terbuka lebar dalam kegelapan, suara tangisan itu samar, tapi penuh dengan kesedihan yang mendalam. Dengan rasa khawatir yang semakin kuat, Alex bangkit melangkah pelan menuju sumber suara, berusaha mencari tahu dari mana asal suara tersebut dan siapa yang menangis di tengah malam yang sunyi ini.
Alex berjalan menuju balkon, saat dia mencapai balkon, pandangannya jatuh ke arah kolam renang di bawah. Di sana, dia melihat seorang wanita duduk membelakangi posisinya, menghadap ke arah kolam renang dengan tubuh yang terguncang lembut oleh isak tangis. Alex tidak merasa takut sedikit pun, dia merasa penasaran dan ingin tahu siapakah wanita itu, apakah dia salah satu maid ?
...----------------...