Bagaimana kisahnya jika seorang pria yang paling di takuti dan paling di segani oleh orang-orang sekarang harus berurusan dengan seorang bayi mungil berjenis kelamin perempuan yang ada di depan rumahnya.
bayi yang di tinggalkan disana bersama dengan keranjang bayi dan beberapa keperluan nya.
"Apa ini lelucon?" tanya Xander tidak percaya.
"Siapa yang berani meletakkan bayi di depan rumahku?" Xander mengangkat bayi mungil tersebut dengan hawa membunuh yang begitu kental.
"Percaya atau tidak aku akan menghabisinya,"
________
5 tahun kemudian...
"Papa! apa yang kau lakukan?" teriak Kelly.
"Memberi pelajaran pada orang yang berani membuatmu menangis," ucap Xander.
"Tidak ada yang boleh mengganggu putriku,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sofy adisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 20.
Xander tampak sibuk mengajari Kelly cara menulis dengan benar. Ia mengurus Kelly dengan begitu baik. Xander tidak memperkejakan seseorang lagi semenjak kejadian itu, ia tidak mau mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.
"Paa, begini? Atau sepelti ini?" tanya Kelly bingung.
Xander menatap tulisan Kelly, ia menganggukkan kepalanya sambil mengusap rambut Kelly. "Kau pintar," ucapnya. "Lanjutkan," sambungnya
Kelly kembali menulis dengan serius walaupun yang ia tulis masih kategori buruk tapi tidak masalah bagi Xander jika Kelly mau berusaha.
Brakk'
"Kelly ku sayang!" teriak Zein tiba tiba.
Sebuah buku melayang kearah wajah Zein membuat pria itu meringis kesakitan, ia pun menatap tajam Xander.
"Kenapa kau melemparku dengan ini?" tanya Zein dengan kesal.
Xander menatap datar. "Aku kira tembok lusuh ada di depanku," balasnya.
Zein mendelik. "Cih, dasar pria tidak berperasaan!" ucapnya.
Kelly menatap Zein dengan penasaran. "Nah ini. Cobalah," ucap Zein sambil membawakan cookies pada Kelly.
"Kau tidak memberikan racun disana kan?" tanya Xander.
Zein menatap melotot kearah Xander. Ia pun memakan cookies yang ada di hadapannya dan mengunyahnya dengan cepat karena hatinya begitu dongkol.
"Kau puas?!"
...∆∆∆...
Cleo tampak mengajak Kelly bermain di ruang kerja Xander yang sekarang di penuhi mainan nya. Ruang kerja yang tadinya hanya ada benda hitam dan putih namun sekarang bermacam warna warni ada di dalamnya seperti taman bermain.
"Kapan kau akan mengenalkan Kelly ke publik?" tanya Cleo.
Xander menoleh, lalu menutup map dokumen yang ia baca. "Tunggu saat usia Kelly lima tahun," ucapnya.
Cleo menatap tidak percaya. "Kenapa lama sekali?" tanyanya heran.
Xander menatap Kelly. "Aku harus memastikan jika musuhku tidak akan menyentuh Kelly," ucapnya.
Cleo menghela nafas pelan, memang itu yang paling di khawatirkan untuk sekarang. Jika mereka mempublish Kelly kepada media saat masih umur segini kemungkinan besar delapan puluh persen mereka akan melancarkan aksinya pada Kelly yang begitu polos.
"Apa kau akan melatih Kelly?" tanya Cleo lagi.
Xander mengangkat bahunya. "Mungkin. Tapi aku tidak yakin. Jika dia sudah berumur lima tahun kemungkinan besar aku akan mengajarkannya," ucapnya.
Cleo menganggukkan kepalanya. Kelly harus belajar dari dasar agar tidak mudah untuk di serang oleh musuh. Baik di culik atau di tipu karena Kelly adalah orang terdekat De Savillion. Mereka pasti mengincar titik terlemah yang keluarga De Savillion punya.
"Ya aku berharap tidak ada yang menyentuh Kelly lagi. Aku dengar cerita darimu membuatku merasa bersalah,"
...∆∆∆...
Kelly berjalan mengitari taman dekat mansion milik Xander bersama bodyguard nya tentunya. Ada Altar bersama dengan pasukannya. Kelly terlihat seperti permata yang harus di jaga ketat dan tidak boleh di sentuh oleh siapapun.
Hari ini Xander harus menghadiri acara penting yang tidak boleh ia tinggal karena Kelly belum ia publish ia tidak boleh membawanya dengan sembarangan tanpa persiapan apapun.
"Paman. Akhu boleh minum itu?" Kelly menunjuk kearah kedai kecil menjual minuman dingin.
Karena Kelly selalu di peringati oleh Xander jika ia tidak boleh meminum minuman apapun yang sensitif untuk perutnya karena pernah mengalami kejadian dimana Kelly mengalami muntah berkali kali dan pucat, badannya sangat lemas. Membuat Xander panik bukan kepalang sampai ia mengamuk di rumah sakit karena dokter lama menangani Kelly, padahal itu hanya lewat dua menit saja.
Altar menatap kedai tersebut, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Boleh. Biar paman yang belikan," ucapnya.
Kelly menepuk tangannya dengan semangat. "Telimakacih," ucapnya.
Ia pun duduk di atas rumput dengan sekelilingnya penjaga yang berpakaian sama dengan Altar.
Altar kembali saat sudah membelikan minuman untuk Kelly. "Ini. Minumlah," ucapnya.
Kelly menganggukkan kepalanya. "Paman baik cekali dengan Kelly," ucapnya
Altar tersenyum tipis. Jika ia tidak memperlakukan Kelly dengan baik, ia pastikan besok kepalanya akan terpisah dari tubuhnya. Karena Xander sangat amat sensitif apapun yang berhubungan dengan Kelly.
"Yang penting kau senang Kelly. Itu adalah tugas yang papa mu berikan padaku,"
...∆∆∆...
...TBC ...
