NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat
Popularitas:32.6k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 DBAP

Pagi itu, Naya bangun seperti biasanya. Untuk sejenak, ia meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Samar-samar, ia membuka layar yang terkunci, sekadar memastikan apakah ada pengumuman penting dari kampus. Setelah yakin tidak ada, tubuhnya yang semula miring menghadap jendela perlahan berganti posisi.

Bola matanya langsung membeku saat melihat punggung seorang lelaki yang tengah berbaring di ranjang yang sama dengannya.

Ia teringat semalam, dengan sangat terpaksa, ia meminta Arsen untuk tetap tinggal dan tidur bersamanya. Tapi kini, situasi ini terasa aneh sekaligus mengusik. Punggung itu… sangat familiar. Terlalu mirip dengan sosok yang selama ini terus berputar di kepalanya, sosok yang sudah tidur dengannya yang awalnya ia sangka itu Zayan.

Benaknya kembali ke malam sebelumnya. Saat Arsen keluar dari kamar mandi, bertelanjang dada. Baru saat itu Naya memperhatikan punggungnya, bersih, dengan guratan otot yang terbentuk jelas, menonjol di beberapa bagian. Persis seperti punggung lelaki di malam itu.

Tiba-tiba, ludahnya tertelan dengan kasar.

“Tidak… tidak mungkin kalau orang itu… Paman Arsen?” gumamnya pelan.

Naya ingin mengabaikan pikirannya sendiri. Tapi ini sudah kali kedua. Pertama, dari suara dan pilihan kata-katanya. Sekarang… dari punggungnya.

“Kalau memang benar dia Paman… apa Paman sudah tahu? Apa itu sebabnya sikapnya berubah, tidak sedingin dulu?”

Jantung Naya berdetak tak beraturan. Ia menahan napas saat melihat Arsen sedikit bergerak, bahunya terangkat turun seiring hembusan napas yang berat. Lelaki itu masih tertidur, namun bayangan dan pikiran Naya sudah jauh berkelana.

Ia memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir semua kemungkinan yang menyesakkan dadanya. Tapi rasa asing yang justru terasa terlalu akrab itu terus menghantui.

Apa mungkin benar?

Apa selama ini ia begitu dekat dengan seseorang yang sebenarnya sudah pernah masuk dalam hidupnya, meninggalkan jejak dalam?

Naya membuka mata perlahan. Ia menatap punggung itu lagi, kini dengan perasaan campur aduk. Takut. Bingung. Juga penasaran. Tangannya gemetar saat menarik selimutnya sendiri lebih tinggi, seolah mencoba menciptakan jarak.

“Apa Paman tahu siapa aku… dari awal?” bisik Naya, nyaris tak bersuara.

Tepat di menit berikutnya, Naya merasakan kasur di sebelahnya bergerak pelan. Arsen menggeliat sebentar, lalu mengubah posisinya. Kini mereka berhadapan. Nafas hangat lelaki itu terasa samar menyentuh wajahnya.

Naya buru-buru memejamkan mata, berpura-pura tidur. Tapi hatinya tak berhenti berdebar, penuh tanya dan kecemasan. Ia bisa merasakan tatapan lelaki itu, tatapan yang tak biasa, tak dingin seperti biasanya.

Arsen diam cukup lama. Hanya suara napas mereka yang terdengar, bergantian dalam senyap. Perlahan, ia mengangkat tangannya, nyaris menyentuh ujung rambut Naya, tapi akhirnya memilih menarik tangannya kembali. Tatapannya turun ke wajah tenang Naya yang tertidur.

“Naya…” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar.

Matanya menelusuri lekuk wajah gadis itu. Mata yang teduh meski terpejam, alis yang halus, hingga bibir yang sedikit terbuka karena tidur. Ada rasa sesak di dadanya, rasa yang tak pernah ia izinkan hadir, tapi kini menyesaki ruang yang tak bisa ia tolak lagi.

“Kamu nggak tahu, Nay… betapa aku ingin bilang ini sejak awal aku tahu,” bisik Arsen dengan suara pelan tapi cukup untuk bisa didengar oleh orang didekatnya.

Ia menarik napas panjang, menatap perut Naya yang tertutup selimut. Ada kehidupan di sana nyawa kecil yang secara tak terduga menjadi miliknya.

“Aku… ayah dari anak yang kamu kandung, Nay…” ucapnya lirih, bibirnya gemetar menahan emosi yang nyaris pecah.

Kepalanya tertunduk, dan jemari tangannya mengepal di balik selimut. Ada rasa bersalah, ada luka yang ia simpan sendiri. “Aku memang bajingan... yang bersembunyi di balik kata 'tanggung jawab'. Banyak hal yang pengen aku jelasin… tapi aku takut. Takut kamu benci aku. Takut kamu pergi. Takut kamu nggak bisa nerima kenyataan kalau malam itu… lelaki itu adalah aku.”

Tatapannya kembali naik, menelusuri wajah tenang Naya.

“Aku tahu caraku salah. Salah karena sembunyi, salah karena pura-pura nggak tahu, salah karena terlalu pengecut untuk jujur. Tapi sekali lagi… aku takut, Nay. Takut kebencianmu bakal jadi jarak yang memisahkan aku darimu selamanya.”

Ia mengusap wajahnya perlahan, seperti mencoba menenangkan gejolak dalam dadanya.

“Nay… kalau kamu mau membangun tembok di antara kita, aku nggak akan nyalahin kamu. Aku pantas dapat itu. Karena aku yang awalnya menilai kamu rendah, aku yang bikin semua ini berantakan… Tapi siapa sangka, takdir malah membawa kita ke titik ini. Kamu, jadi ibu dari anakku… anak yang kata dokter, seharusnya nggak akan pernah aku punya.”

"Maaf, saat itu aku tidak begitu keras mencarimu, aku hanya menunggu ditempat yang sama berharap kamu akan datang dan meminta tanggung jawabku. Tapi nyatanya kamu tidak pernah datang lagi ditempat itu," imbuhnya.

Arsen menatapnya lebih lama, suaranya semakin pelan, hampir putus asa.

“Nay, kalau hidup ini kasih satu kesempatan lagi... apa kamu bersedia kasih itu buat aku? Apa kamu bisa nerima laki-laki kayak aku, yang sepuluh tahun lebih tua, yang terlalu pengecut untuk bilang hal yang paling penting dari awal?”

Matanya berkaca-kaca. Ia menarik napas berat sekali lagi, lalu berbisik penuh harap dan luka, “Apa aku boleh… egois, kali ini saja karena? Tuhan sudah menyatukan kita dalam ikatan pernikahan, biarkan aku menjagamu?”

Arsen menarik napas panjang, seolah ingin menenangkan gejolak dalam dadanya sendiri. Tatapannya masih bertahan di wajah Naya beberapa detik sebelum akhirnya ia beringsut perlahan, hati-hati agar tak membangunkannya.

Ia duduk di tepi ranjang sebentar, menggenggam jemarinya sendiri yang mulai dingin.

Lalu ia berbisik, pelan, nyaris seperti angin.

“Maaf… dan terima kasih sudah membiarkan aku tetap di sini, menjagamu dan anak kita.”

Dengan langkah perlahan, Arsen bangkit. Ia mengambil ponselnya di atas nakas dan berjalan pelan ke arah pintu. Sebelum keluar, ia menoleh sekali lagi menatap Naya sebelum ia benar-benar pergi.

Ada getar di mata Arsen, tapi ia menahan semuanya. Lalu ia pergi, menutup pintu dengan sangat pelan, nyaris tanpa suara.

Sementara itu di balik kelopak matanya yang terpejam, Naya menggigit bibirnya pelan. Tangis yang sejak tadi ia tahan, kini tak bisa dibendung lagi. Setetes air mata jatuh, mengalir perlahan ke pelipisnya.

Ia mendengarnya. Semuanya. Setiap kata yang diucapkan Arsen, setiap pengakuan yang selama ini tak pernah ia bayangkan akan keluar dari mulut pria itu. Dadanya terasa sesak. Antara percaya dan tidak percaya.

Jadi benar.

Jadi selama ini… orang itu adalah Paman Arsen?

Jantungnya berdegup keras, terlalu kacau untuk ditenangkan. Tapi tubuhnya tetap diam. Ia masih berpura-pura tertidur karena ia belum tahu harus merespons seperti apa.

Apakah ia harus marah? Atau menangis? Atau mengejar Arsen?

1
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
kaannn anak sama bapak sama brengseknya. cuman karna ingin menguasai harta yang bukan miliknya. ishh issshhh issshhhh jahaaatttt
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
roki jahaaatttt
Nur Nuy
jahat banget si rokok pengen gua sumpal mulutnya gue buang ke empang
Hayurapuji: buat makanan ikan lele ya kak
total 1 replies
partini
jahat sekali ,,
Hayurapuji: kasian ke Puput gak sih kak?
total 1 replies
Milla
next min
Nur Nuy
seru pokoknya
Nur Nuy
lanjutkan
Hayurapuji: siap kakak
total 1 replies
Anbu Hasna
1 mawar untuk Naya.
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
Uswatun Kasanah
Next Thor /Rose//Rose/
Hayurapuji: siap ditunggu ya kak
total 1 replies
Hayurapuji
yang mau double up, yuks beri like, komentar dan bintangnya kakak, biar semangat autornya ikut menyala.

terimakasih
Hayurapuji: ditunggu ya kak malam ini, hehe
css: mau dong kak
total 2 replies
partini
jreng jreng
Hayurapuji: jadi apa ayo jadi apa, tolong dibantu
total 1 replies
css
next
Hayurapuji: siap kakak
total 1 replies
Anbu Hasna
Itu namanya cemburu, Om
mely
mantap....
Nifatul Masruro Hikari Masaru
kok nggak jujur aja sih arden itu
Nifatul Masruro Hikari Masaru
wah keceplosan nih
Sinta bule
dauble up thour 🙏🙏
Hayurapuji: siap kak, ditunggu masih review
total 1 replies
partini
Arsen agak Laen loh ,,, cembukur
Hayurapuji: gak sadar dia kyaknya
total 1 replies
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
arsen gak satset. salah paham. mulu😢😢
Hayurapuji: hehehhe iya itu kak
total 1 replies
partini
busehhhh Arsen muter muter kaya obat nyamuk deh ,,apa nunggu Naya mau wasalam baru jujur ihhh gumussss , break dulu lah esmosi bacanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!