NovelToon NovelToon
Ditalak Sebelum 24 Jam

Ditalak Sebelum 24 Jam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis / Patahhati
Popularitas:35.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Apa yang kamu rasakan, jika pernikah impian yang kamu gadang gadang akan menjadi first and last marriage, ternyata hanya bertahan kurang dari 24 jam?

Kenyataan pahit itulah yang sedang dirasakan oleh Nara. Setelah 8 tahun pacaran dan 6 tahun dilalui secara LDR, Akhirnya cintanya dengan Abi berlabuh juga di bahtera pernikahan.

Kejadiaan memilukan itu mempertemukan Nara dengan pemuda bernama Septian. Pikirannya yang kacau membuatnya tak bisa berpikir logis. Dia menghabiskan waktu semalam bersama Septian hingga mengandung janin dari pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PRIA ASING 2

Nara menatap Septian, pria muda yang duduk disebelahnya. Sepertinya, cowok itu beneran kenal sama orang orang yang tadi dia ceritakan. Dari logatnya, jelas bukan orang bali. Tapi kenal dengan orang sini, mungkinkah dia sudah menetap lama di Bali?

"Lo orang mana?" tanya Nara. "Jakarta?" Tebakmya karena dari tadi mereka pakai bahasa lo gue.

"Iya, lo juga?"

Nara mengangguk, "Udah berapa lama disini?"

"Hampir satu tahun. Mencari penghidupan yang lebih layak, walaupun tak berjalan sesuai rencana." Dari ceritanya tampak menyedihkan, tapi wajah pria itu masih mengulum senyum.

"Maksudnya?"

Septian memperhatikan penampilan Nara. "Lo pasti orang kaya? Udah kelihatan dari semua yang lo pakai."

"Don't judge a book by its cover," Nara menyebikkan bibir.

Septian tergelak mendengarnya. "Tapi feeling gue biasanya bener."

"Sotoy."

"Lo pernah gak ngerasain susahnya nyari duit? Lo pernah gak sehari makan sekali hanya karena menghemat buat bayar kos? Lo pernah gak malem malem nangis hanya karena megang tangan nyokap lo yang kasar, kebanyakan kerja nyari duit? Gak pernahkan?" tebaknya. "Jangan merasa jadi orang yang paling menderita. Masih banyak yang lebih menderita daripada lo. Lo cantik, kaya dan.... kelihatannya sih pinter, tapi___"

"Bukan kelihatannya, tapi emang pinter," salak Nara.

"Cantik, kaya, pinter, hanya sedikit gak beruntung aja karena salah milih suami. Tapi percayalah, Tuhan pasti udah nyiapin jodoh terbaik buat lo."

"I hope so. Tapi ngelupain orang yang udah menghuni hati lo selama 8 tahun, itu gak mudah. Ini sangat menyakitkan." Mata Nara kembali berkaca kaca. Dan sedetik kemudian, cairan bening itu kembali lolos dari sudut matanya.

"Emang gak mudah, tapi bukan berarti gak bisa. Hanya butuh waktu."

"Tapi berapa lama?" tanyanya sambil menatap Septian.

"Tergantung cara lo. Kalau lo terus terusan merasa terpuruk, gak bakalan bisa cepat move on. Tapi kalau lo bisa lebih mencintai diri lo sendiri, terus berusaha membuat diri lo bahagia dan tak berkubang dalam kesedihan, bakalan cepet."

Nara menghapus air matanya sambil tertawa sumbang. "Secara teori terdengar mudah, tapi dalam pengaplikasiannya, gue rasa gak semudah itu."

"That's right," sahut Septian cepat. "Gimana kalau malam ini, kita seneng seneng. Ya, anggap aja sebagai salah satu cara untuk melepaskan diri dari derita. Mencintai diri sendiri dengan melakukan hal hal yang menyenangkan."

Nara tampak sama sekali tak berminat dengan ide itu.

Septian berdiri sambil membersihkan celananya yang terkena pasir. Setelah merasa bersih, dia mengulurkan tangannya ke arah Nara. "Lets go!"

Nara masih ragu. Tapi sejurus kemudian, dia tersenyum lalu meraih tangan Septian.

"Kita mau ngapain?"

Septian berfikir sejenak lalu menarik tangan Nara lebih mendekat kearah pantai.

"Sebelum mulai seneng seneng, buang penderitaan dulu." Septian mengamati sekitar untuk mencari sesuatu. Setelah matanya menemukan apa yang dia cari, dia langsung mengambilnya. Beberapa buah batu karang berukuran lumayan besar. "Lemparin batu ini sambil teriak sepuas lo. Ungkapin semua kemarahan lo. Sampai dada lo terasa plong." Septian meraih telapak tangan Nara, meletakkan tiga buah batu karang disana.

"Gimana kalau gue dikira orang gila?" Nara masih terlihat ragu.

"Lebih baik dikira gila. Daripada beneran gila gara gara diceraiin sebelum 24 jam."

Nara langsung terbahak mendengar penuturan Septian. Tapi benar juga, lebih baik dikira gila daripada beneran gila.

"Orang-orang gak akan peduli. Semua pada asyik dengan dunianya masing masing. Orang-orang disini itu kerjaannya nyari kesenengan, bukan ngurusin urusan orang."

Nara memperhatikan sekeliling. Sepertinya benar, semua tampak asyik sendiri. Lagi pula lebih banyak bule daripada warga asli. Mereka pasti lebih cuek.

Nara maju beberapa langkah kedepan. Dia melemparkan batu pertama sambil berteriak sekeras mungkin.

"Abimana, gue benci sama lo. Benci, benci banget."

Kemudian dia kembali melempar batu kedua sambil kembali berteriak. "Aku benci kamu Bi, aku benci."

Tubuh Nara merosot diatas pasir dengan air mata bercucuran. Dadanya sesak, sakit sekali. Dia melepaskan batu ketiga yang berada dalam genggangamannya begitu saja. Tak sanggup lagi untuk melemparnya ke tengah laut.

"Gue benci sama lo Abi. Gue benci. Tapi gue juga cinta sama lo," gumamnya sambil terisak. Seperti kata orang, melupakan itu tak semudah dan tak secepat seperti saat jatuh cinta. Butuh waktu dan usaha keras. Meski hatinya diliputi benci, Nara tak bisa memungkiri jika disudut hatinya, masih ada cinta untuk Abi.

Septian berjalan mendekati Nara. Meraih pundak cewek itu untuk membantunya bangun.

"Cinta sama orang boleh, tapi jangan lupa mencintai diri sendiri." Ujar Septian sambil menyeka air mata Nara lalu memeluknya erat.

"Malam ini, gue kasih free dada sama bahu gue buat, Lo. Nangis sepuasnya, gak bakal gue larang. Tapi mulai besok, gue harap lo udah gak nangis lagi," ujarnya sambil membelai rambut dan punggung Nara.

Setelah merasa Nara lebih tenang, Septian melepaskan pelukannya dan merapikan rambut Nara.

"Siap untuk kesenangan berikutnya?"

Nara mengangguk sambil menyusut hidungnya.

"Let's go!" Septian menautkan jari mereka berdua lalu melangkah menyusuri bibir pantai.

Saat melewati cafe tempatnya bekerja, Septian berhenti sejenak.

"Gue kerja disitu." Dia menunjuk sebuah cafe bertuliskan Bagia caffe. "Bagia itu bahasa Bali, artinya bahagia."

"Waiter?" tebak Nara. Mengingat tadi Septian bilang ingin memperbaiki nasib, jelas dia bukan owner.

"Bukan, tapi barista."

"Keren juga."

Septian tergelak mendengarnya. "Bukan barista dengan jam terbang tinggi yang kemampuannya meracik kopi diatas rata rata. Gue baru barista kelas bawah yang masih terus belajar."

"Apapunlah." Nara tampak tak begitu tertarik.

Akhirnya perjalanan mereka berhenti disebuah cafe out door yang tampak lumayan ramai ditengah malam seperti ini. Tak tampak seperti cafe, tapi ada tulisan cafe. Tempat yang sedikit aneh menurut Nara.

Suara musik terdengar sangat keras. Bukan musik pop, atau rnb dan sejenisnya, melainkan musik dangdut koplo.

Kebanyakan pengunjungnya bule. Mereka berjoget dengan riang gembira laksana di sebuah dance floor club malam. Padahal ini di ruang terbuka, tapi mereka seakan tak ambil pusing.

"Lo biasa minum minuman beralkohol? Mau gue beliin?" tawar Septian.

"Yang kadar alkoholnya rendah aja. Gue gak kuat kalau yang tinggi." Tinggal di London selama 6 tahun, membuat Nara sudah sedikit familiar dengan minuman beralkohol. Hanya untuk menghangatkan badan saat musim dingin, bukan untuk mabuk atau kebutuhan lain.

Tak lama kemudian, Septian datang dengan 2 botol minuman ditangannya. Bukan minuman beralkohol rendah, tapi justru 0 persen alkohol.

"Sory, yang kadar rendah habis. Jadi gue beli yang ini. Gak papa kan?"

"Gak masalah," jawab Nara sambil meraih minuman dari tangan Septian.

"Mau joget?" ajak Septian.

"Malu."

"Ck, malu sama siapa? Tuh lihat semuanya pada goyang, gak ada yang malu. Kita mau seneng seneng, bukan malu malu meong." Septian mengambil botol minuman dari tangan Nara lalu meletakkan diatas meja. Menarik tangan cewek itu untuk berkumpul bersama para bule yang sedang joget dangdutan.

Awalnya terasa sedikit malu, tapi melihat yang lain enjoy, Nara mulai mengikuti alur. Dia mulai menggerakkan tubuhnya mengikuti irama gendang. Tak ada tatapan aneh yang tertuju padanya, membuat Nara lebih pede dan semangat bergoyang.

Melihat Septian yang berjoget sangat kaku, membuat Nara langsung tertawa terbahak bahak. Dia bukan pencinta musik dangdut, tapi musik ini sudah familiar ditelinganya.

"Gimana, enak gak?" Septian setengah teriak karena musik terlalu kuat.

"Sipp!" sahut Nara sambil tertawa lepas dan menunjukkan dua jempolnya.

Musik yang tadinya ngebit, berganti sedikit slow. Mungkin memberikan waktu untuk sedikit beristirahat. Tapi suasana tiba tiba terasa syahdu. Nara memperhatikan sekeliling, beberapa bule tampak saling berciuman tanpa tedeng aling aling, tanpa malu sama sekali. Justru Nara yang malu melihatnya.

"Mau?" Septian yang memergoki, Nara memperhatikan sepasang bule yang sedang berciuman.

Tapi sebelum Nara menjawab, Septian lebih dulu menarik pinggang dan tengkuk gadis itu. Menyatukan bibir mereka dengan gerakan yang sedikit tergesa gesa di awal, namun perlahan mulai melembut dan mengesankan.

1
Eva Aprilin
Lumayan
Eva Aprilin
Buruk
Ita Kemas
Pernah punya tetangga yang shalat 5 waktu dan shalat Jumatnya istiqomah.
Tapi maksiat jalan terus.
0mezell
udah tamat aja padahal masih kgen am kerandoman nya si diego, juga msih penasaran ma ahir kisah arumi dn abi
0mezell
bahaha dasar bocil abang lu kesurupan Cinta
0mezell
hahHa tukang palak, kecil² udh pinter bisnis lu Dam😅😅
0mezell
🤣🤣😅😅🤣🤣
awas di slending abang lu Dam
0mezell
bangke ga krasa air mataku ngalir sep, sesakit inikah jka numpang am mrtua🥲
0mezell
kalo saya yang jadi asep udh saya talak 250 to prempuan modelan nara
0mezell
Apa cuma aku kli ya dsni yang Gram ma karakter nara yang kepala batu, dan septian yang lembek kayak krupuk ketiban air
0mezell
Ciie Ciie Buaya yang udh nemuin sarang pulang nya😅 kaya Diego Wo Ai Ni❤️
0mezell
dasar buaya darat kena lu shaila😅
0mezell
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Jurus Playboy beda sendiri ya dlm rangka tembak menembak
0mezell
kira² setelah abi tau si kasep suami nara, masih bsa seramah ini gaksi??
0mezell
Nyanyi kasih ibu kepada beta sep😅😅
0mezell
Haha Aji mumpung ya Jo wkwk
0mezell
Hahaha Siapa Juga To Yang Main Tok Tok Tok??
sabar sep resiko tingal ama mertua😁
0mezell
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
0mezell
Mertua setres udh aja sep tinggalin anak nya biar penderitaan nya Double Geregetan ma mertua modelanan pak satrio, ngehina secara halus, untung si kasep ga kayak aku yang bakal langsung balik badan tanpa menoleh lgi
0mezell
Waduh Mantan......
Bisa berabe urusan nya kalo Bumil udah sampai Rumah....
siap² di Kebiri Sep😅😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!