NovelToon NovelToon
Alea Anastasya Dwi?

Alea Anastasya Dwi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Fantasi Wanita
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: cucil

ini tentang alea si gadis polos keturunan mata sipit yang mencari jawaban mengenai hidupnya

tentang ketidak Adilan yang dia terima dari orang orang dekat yang dia sebut keluarga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

twenty-six

" wiliam?". Alea kaget.

Matanya membola karena terkejut melihat sosok yang ada di depan mata. Alea menebar pandangan ke kiri ke kanan memastikan tidak ada orang yang melihat mereka.

" K-kamu ngapain disini?".

William menatap dengan wajah dingin, ekspresi tidak suka tergambar jelas oleh raut tampangnya. William menggunakan hoodie hitam dengan wajah ditutup masker, tubuhnya yang menjulang tinggi dengan payung hitam membuat tampilan laki-laki itu seperti malaikat maut saja. Ditambah matanya yang tajam berwarna hitam gelap.

" Kenapa sama wajah lo?".

Sadar akan apa yang dikatakan william. Gadis itu cepat menunduk mengambil ujung jaket dan membersihkan wajah nya. Tapi william langsung menahan pergelangan tangan alea.

" Jawab kenapa? Siapa yang bikin lo kayak gini?".

Tubuh alea menggigil. Cemas bercampur malu karena keadaan dirinya yang sedang dalam keadaan menyedihkan untuk dipandang.

William menunduk ke bawah memperhatikan rok yang alea gunakan. Tampak sobekan dan bolong-bolong ada dimana-mana. Laki-laki itu menguatkan cengkraman tangannya di pergelangan gadis itu, membuat alea mendesis sakit.

" Shh...aw. liam, jangan ditekan kencang-kencang".

" Jawab kenapa?".

" Iya, lepas dulu. Kamu bikin aku sakit".

William menuruti permintaan alea. Dia melepaskan cengkraman tangannya dan alea buru-buru meraih ujung jaket untuk menghapus coretan itu. Awalnya william menunggu dengan sabar, tapi rasa marah dan kesal yang bergejolak di hati membuat william menepis apa yang alea lakukan dan menaikkan paksa wajah gadis itu.

" Ini kenapa? Kamu diapain sama orang?".

Alea tak langsung menjawab. Gadis itu diam beberapa detik, menemukan alasan yang tepat untuk dikatakan pada william, tapi william menekan pipi alea dengan keras.

" Jawab".

"I-ini...". Alea lagi lagi diam. Kelihatan bingung dan linglung.

"Jawa pertanyaan gue kalau gue nanya. Halo kenapa sih setiap kue tanya diem mulu. Bisu lo, hah? Jawab!!". William semakin mengencangkan cengkraman tangannya di pipi gadis itu, membuat resep sakit bagi alea.

" Ak-aku. Huhuhu.. sakit, liam. Sakit, jangan ditekan". Tangis alea pecah.

" Makanya jawab!"

" Ak-aku tadi di-bully sama orang. Mereka ngancurin buku aku". Kata Alea. Dirinya yang juga ikut merasa kesal menumpahkan amarah yang sedari tadi dipendam.

Alea sudah di kerjai abis-abisan dan sekarang dia kembali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan. Gadis itu menekuk bibirnya dan terus menangis.

"Kenapa sih semua orang jahat sama aku. Huhuhu, emangnya aku salah apa? Emangnya salah ya minta soal bekas olimpiade".

" Siapa yang bikin lo kayak gini?". Tanya william dengan suara rendah. Sekarang laut wajah laki-laki itu mengendur dan berganti menjadi sedih. Dia melepaskan cengkraman di pipi alea dan membantu gadis itu menghapus coretan di wajahnya.

" Di mana mereka?".

Alea menggeleng.

" Masih ada di dalam?".

Sekali lagi alea hanya menggeleng. ". Nggak tahu". Dia masih saja terus menangis.

William lalu mendekat dan memeluk gadis itu, menarik tubuh kecil alea agar rapat dengan tubuhnya sendiri. Tangan william dengan sayang mengusap puncak kepala alea.

" Shh, udah. Ga usah nangis. Gak apa-apa".

" Kenapa sih semua orang jahat? Emangnya aku salah apa".

" Shh,udah, cup,cup. Lo nggak salah apa-apa".

" T-tapi bukunya rusak. Gini punya orang, aku nggak tahu harus ganti gimana".

" Buku apa?". Tanya william.

Alya melepaskan pelukan laki-laki itu dan menyodorkan benda yang dimaksud. " Buku ini, punya temen ku".

" Nanti kita beli lagi".

" Udah nggak ada yang jual. Ini terbitan pertama, keluaran nya juga tiga tahun lalu".

William melihat buku itu, membaca sampulnya dan membuka isinya yang penuh lumpur. Beberapa halaman juga sudah robek. " Nanti aku cari". Kata william. " Tenang aja, duit aku banyak. Aku kaya".

Alea mengadah menatap wajah laki-laki itu. " Kamu cari di mana?".

" Gampang". Setelah mengatakan itu terdengar obrolan beberapa orang yang tak jauh dari mereka. William melihat dengan ujung matanya dan menggeser menyembunyikan tubuh alya untuk merapat pada tembok pagar rumah orang.

Entah kebetulan dari mana, dara, priska, nindy, dan jessy berjalan keluar dari sebuah tempat menuju pada sebuah mobil yang ter parkir tidak jauh dari mereka. Anak-anak itu masing-masing memegang rokok, ada juga yang sedang menghisap Vape.

Mereka asik mengobrol sambil tertawa satu sama lain.

" Halo lihat enggak tadi muka si upik abu,? Lucu banget gila, kayak badut".

" Haha, iya. Kerjaan lo nih bikin dia jadi kayak gitu. Parah sih".

" Siapa suruh berlaga sok cantik. Gue udah dari lama ngincer tuh anak. Lo tau, iqbal, katanya dia juga sempat naksir sama tu anak". Kata dara, " udah gila apa, ya? Kok bisa-bisanya selera sama orang miskin begitu. Enggak banget".

" Karena kegatelan, jujur gue benci banget sama orang-orang kaya tu cewek, ngerasa dirinya paling oke, udah kayak toko utama novel percintaan aja. Dia pikir semua orang suka sama dia apa. Dihhh".

" Harusnya tadi lo photo aja tuh mukanya si upik abu, terus kita sebar ke grup angkatan kita. Biar dia dipermalukan".

" Janganlah". Cegah priska. " Nggak begitu cara mainnya, nanti yang ada kita jadi jelek namanya, biarin aja gitu dulu. Ini sebagai peringatan biar tu upik abu gak macem-macem lagi".

" Gue yakin habis ini dia benar-benar kapok sih. Kalau dia masih nyari masalah juga, bener-bener minta dimatiin tu anak". Kata nindy.

" Pinter juga lo. Kita bully aja habis-habisan besok di sekolah biar dia nggak nyaman, hahaha".

Mereka berempat lalu masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.

William dan alea yang berpelukan di sebelah tembok tentu mendengar semua percakapan itu. Tubuh alea sedikit gemetar, dingin akibat hujan membuatnya menggigil. Perasaan gadis itu malu bukan main sekarang, karena william mendengar semua percakapan yang dikatakan kakak kelasnya tadi tentang dirinya.

Lama dua orang itu di posisi sama, sampai alea memberanikan diri melepas pelukan untuk melihat wajah william.

" Liam?". Panggil alea pelan.

" Bentar". Kata liam. Kembali memeluk alea. Belitan tangan laki-laki itu di punggung terasa menguat, william anakan tubuh kecil alea dengan sangat kencang sampai alea merasa sesak.

Degup jantung william juga terasa sangat kencang berdebar. Alea merasakan perasaan tidak enak, hawa marah menguat dengan sangat kental dari william.

" Liam?". Panggil alea sekali lagi.

" Mereka ya?".

Tanpa harus melengkapi kalimat. Alea tahu kalau yang william maksud adalah rombongan perempuan-perempuan tadi.

" Jawab, mereka yang udah bikin lo kayak gini".

Alea mengangguk sekali dan tepat 1 detik setelahnya william langsung menarik tangan alea dan menyeret perempuan itu untuk berjalan. Langkahnya lebar dan buru-buru menuju ke sebuah tempat.

" Liam kita mau ke mana?".

" Mau bales dendam, mereka. Kan yang udah bikin lo kayak gini. Jadi mereka juga harus merasakan apa yang lo rasain".

" Jangan". Alea mengerem paksa langkahnya. Membuat william juga terpaksa ikut menghentikan langkahnya. " Kamu mau ngapain? Aku nggak mau".

" Kenapa?". William masih bicara tentang

" Jangan liam, nanti masalahnya jadi besar. Kamu nggak tahu mereka itu siapa. Orang tua mereka donatur di sekolah, nggak akan bisa ngapa-ngapain, yang ada nanti aku malah kena getahnya. Udah biarin aja, lagian aku juga yang salah".

" Nggak! Gue nggak mau. Berani nyakitin milik gue, berani juga menerima resikonya. Mereka harus dikasih tahu kalau milik gue nggak boleh ada yang nyentuh. Kalau mereka mau gangguin orang, lakuin ke siswa lain aja, bukan sama lo. Lo punya gue, cuma gue seorang aja yang boleh ngapa-ngapain lo. Paham?".

Alea menelan ludah gugup. Wajah william terlihat dingin dan kelam, rupanya kemarahan masih bersarang gigih dalam diri laki-laki itu.

" Sekarang lo diam aja dan ikut gue. Biar gue yang atasin, pembullyan kayak gini bakal terus ada kalau nggak di libas sampai ke akarnya".

William kembali menarik paksa alea menuju kendaraannya. Laki-laki itu membawa sebuah mobil merk rolls royce berwarna hitam. Alea sendiri terkejut melihat nya, dia pikir william adalah berandal biasa yang tidak terlalu kayak, tapi melihat apa yang william bawa langsung membuat alea melirik laki-laki itu.

" Ini m-mobil kamu?".

" Hmm". William menjawab singkat, dia membukakan pintu untuk alea dan mendorong gadis itu untuk masuk. Melipat payung di tangannya dan menyelipkan pada lubang di samping pintu, setelahnya william memasangkan seat belt untuk keamanan alea.

Di dalamnya alea tidak henti-hentinya merasa kagum. Mata gadis itu melihat interior mewah yang ada di dalamnya. " Jadi gini, ya, mobil orang kaya? Bagus banget".

william menyusul masuk dan duduk di sampingnya.

" Kita langsung pulang aja, liam. Aku udah nggak papa, kok. Biar masalah ini aku yang urus, ". Kata Alea sekali lagi menenangkan. " Aku udah nggak apa-apa, aku baik-baik saja, aku nggak luka kok".

William menolehkan kepala menatap tajam pada alea. " Lo bisa diam nggak?".

Alea mengangguk pucat, menutup mulutnya rapat. Daripada membuat william makin kesal, lebih baik diam menuruti apa yang laki-laki itu suruh.

William menyalahkan mobilnya dan memutar kemudi sedikit pengarah ke kiri. Dia mundur dengan lancar dan menginjak gas sekuat tenaga

Alea di dalamnya sampai oleng ke samping, ingin teriak kaget tapi menahan lidah untuk keselamatan diri.

" Liam, jangan ngebut-ngebut. Aku takut, nanti kita nabrak".

William tak peduli dan tetap melesat kan kendaraan membelah jalanan. Laki-laki itu masih dengan wajah dingin berkendara berbelok ke beberapa gang dan keluar ke jalan raya.

Matanya terus mencari dengan teliti mobil yang tadi dikendarai orang-orang jalan yang sudah melukai kekasihnya. Sampai sebuah kendaraan berwarna merah dengan plat yang william ingat ketemu.

" Liam?". Panggil alea. Jantung gadis itu berdegup cepat. " K-kamu mau ngapain? Kamu nggak mau nyetop mereka,kan? Liam demi apapun, please jangan, jangan apa-apain mereka, kalau kamu turun mereka bakal ingat sama muka aku dan tetap..."

Brakk!!

Hantaman kuat menyerang mobil yang di tumpangi Alea. Suara decitan ban dan juga body mobil bertemu body memecahkan telinga.

Teriakan alea lepas, dia berpegangan pada pintu samping. Komat-kamit dalam hati merapalkan mantra keselamatan untuk mereka berdua.

" Liammm!!"

Tangan william membanting stir ke kiri dan menyebabkan mobil sebelah yang dikendarai geng red girl hilang kendali.

"Liam, kita mati liam, kita nanti mati.akhh..."

William terus menabrakkan mobilnya sendiri hingga akhirnya mobil lawan menabrak pagar pembatas dengan kencang. Mobil itu ringsek parah, asap putih keluar dari mesin depan.

Velek ban depan sampai penyok. Dari bentuk dan suara dentumannya sudah jelas penumpang mobil itu dalam keadaan gawat. Setelah memastikan tak ada reaksi apapun, william memelankan kendaraannya di samping mobil itu. Membuka sedikit kaca hanya untuk menjulurkan tangannya dan memberikan jari tengah.

Alea disamping membola mata. Pias bercampur terkejut dengan apa yang barusan terjadi. Mereka lalu pergi begitu saja dengan mobil william yang juga penyok sedikit di bagian samping, tapi tidak terlalu kelihatan.

Tak ada yang berbicara dalam kendaraan itu. Semuanya, baik liam maupun alea sibuk dengan pikiran masing-masing.

' tadi, aku habis bunuh orang, ya?'. Batin alea berkata. Tangannya meremas seat belt di tangan, sementara william malah menghidupkan lagu dj di mobil.

" Hm,hmm,hmm. Kita mampir ke toko baju bentar. Rok lo kayaknya udah nggak bisa dipakai lagi. Beli yang baru aja".

" Liam?".

"Ya?".

" Kita habis bunuh orang? Kita bakal masuk penjara".

"Nggak". Kata william pelan. " Tapi kalau beneran mati nggak papa sih".

" Liam, kamu udah gila, ya?".

Alea menghadap laki-laki itu. Wajah cemas nya tidak bisa disembunyikan. Dari rasa takut mengganti buku, berganti menjadi rasa takut dikejar polisi.

Senyum tipis william terbit, wajahnya kembali ceria, dia menatap alea seperti tidak ada rasa bersalah. "lo baru tahu kalau gue gila? Telat sih, harusnya dari kemarin". Dia mencontohkan tubuh dan mencuri satu kecupan dari bibir alea. " Sekarang kita ke toko pakaian".

Mobil kembali melesat membelah jalanan, semua berlalu seperti tidak ada yang terjadi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!