NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kemarahan Kody

Kody melangkah dengan pasti menuju ruangan bawah tanah di markasnya.

Setiap langkahnya mantap, mencerminkan tekad yang membara dalam hatinya.

Wajahnya sedingin es, bahkan lebih dingin dari udara pengap yang menusuk tulang di lorong tersebut.

Kreeek...

Suara derit pintu besi yang bergesekan memecah keheningan.

Pengawal Kody segera membuka pintu berat itu begitu melihat sang bos tiba.

Mereka tahu, kedatangan Kody ke sini bukanlah pertanda baik bagi siapa pun yang ada di dalam.

Tak... tak... tak...

Gema suara sepatu mahal Kody bergema di ruangan gelap yang hanya diterangi oleh lampu remang-remang.

Bau anyir darah dan pengap menyengat hidung, menambah kesan mengerikan di tempat itu.

Kody mendekati seorang wanita yang terantai tangan dan kakinya di tengah ruangan.

Tatapannya dingin dan menusuk, seolah ingin menghancurkan wanita itu menjadi abu.

"A-air... to-long... be-ri a-ku a-ir," ucap wanita itu dengan suara lirih dan lemah.

Tubuhnya gemetar, dan wajahnya pucat pasi karena kelaparan dan ketakutan.

Kody menoleh ke arah anak buahnya yang berjaga di sudut ruangan.

Dengan gerakan tangan yang singkat, ia memberi isyarat. Para pengawal itu langsung mengerti apa yang diinginkannya.

Tanpa ragu, seorang pengawal memberikan sebotol air mineral kepada Kody.

Kody berjongkok di depan wanita yang terantai itu, tatapannya tetap dingin dan tanpa ampun.

Dengan gerakan perlahan, ia membuka tutup botol air itu. Lalu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menuangkan air itu ke wajah wanita yang terantai.

"Haaa... haaa... aaaa..." Wanita itu tersentak kaget saat merasakan air dingin membasahi wajahnya.

Dengan segera, ia mencoba menjilat dan meminum air yang tumpah di wajahnya, berusaha menghilangkan dahaga yang sudah lama menyiksanya.

Saat air itu mulai habis, wanita itu panik. Ia mendongak, menatap pria yang menuangkan air di wajahnya dengan tatapan memohon.

"K-Kody... kau datang... aku tahu kau pasti datang untuk membebaskanku... Tolong lepaskan rantai ini... Aku sudah menyingkirkan wanita jalang itu. Wanita jalang itu berani membohongimu dengan menggunakan kehamilannya," ucap wanita itu, yang tak lain adalah Bianca, pelaku yang dengan sengaja menabrak Laura.

Bianca dengan sengaja menabrak Laura karena diliputi rasa cemburu dan amarah.

Ia tidak terima Laura menikah dengan Kody karena kehamilannya.

Bianca yang tergila-gila pada Kody merasa dikhianati dan ingin menyingkirkan Laura karena menganggap wanita itu telah membohongi Kody dengan kehamilannya.

*

Kody tersenyum sinis, senyum yang tidak mencerminkan kebahagiaan, melainkan amarah dan dendam yang membara. "Orang tuamu sudah aku singkirkan. Sekarang giliranmu, Bianca. Kesabaranku sudah habis karena kau berani mengganggu keluargaku," ucap Kody dengan nada dingin yang menusuk tulang. Tatapan matanya begitu menakutkan, seolah mampu merobek jiwa Bianca.

"Aku mencintaimu, Kody. Hanya aku yang mencintaimu dengan tulus. Wanita jalang itu hanya menginginkan hartamu. Dia hanya seorang pelayan, dan bayi yang ada di perutnya bukan anakmu, melainkan anak pria lain. Dia lahir dari keluarga miskin, dan dia menggunakan itu untuk mendapatkan pria kaya. Dia bahkan tidak tahu siapa ayah dari bayi yang dikandungnya. Dia seorang jalang yang membuka kakinya kepada pria yang mau memberinya uang," cerca Bianca dengan nada histeris.

PLAK... PLAK... PLAK...

Tamparan keras dari Kody menghantam pipi Bianca. Amarahnya memuncak mendengar hinaan Bianca terhadap Laura.

"Jangan pernah kau menyebutnya jalang. Kau dan Laura berbeda," bentak Kody dengan suara bergetar karena amarah.

Pipi Bianca memerah dan terasa perih. Ia tidak percaya Kody akan menamparnya dengan begitu emosional.

"Aku akan melakukan apa saja agar bisa bersamamu. Kau tahu aku sangat mencintaimu, tapi kau sama sekali tidak memberiku kesempatan untuk bersamamu," ucap Bianca dengan nada memelas.

"Sudah aku tegaskan dari awal kita bertemu, aku tidak pernah menganggapmu sebagai wanita. Kali ini, aku tidak akan mengampunimu," tegas Kody.

"Tidak... tidak... Kody... Wanita itu tidak pantas untukmu... Dia hanya wanita miskin. Dia bahkan tidak punya keluarga. Hanya aku yang pantas bersamamu, Kody. Sadarlah... Kau sudah diracuni wanita jalang itu," ucap Bianca dengan emosional.

Kody berdiri, merasa tidak perlu lagi mendengar ucapan Bianca yang hanya akan membuatnya semakin lepas kendali.

"Siksa dia. Buat dia menderita perlahan-lahan. Jangan sampai dia mati, karena aku tidak ingin dia mati dengan cepat. Kalian juga bisa memakainya sepuasnya," perintah Kody kepada anak buahnya dengan nada dingin dan tanpa ampun. Lalu, ia berbalik dan melangkah menuju ke sofa di ruangan itu.

"Kody... Kody... Jangan pergi... Tunggu... Aku sangat merindukanmu... Aku mencintaimu, Kody... Kody..." teriak Bianca histeris saat melihat Kody perlahan menjauh dari pandangannya. Air mata membasahi wajahnya, namun Kody tidak sedikit pun memperdulikannya.

Kody duduk di sofa, melihat Bianca yang tersiksa dengan perlahan yang di lakukan oleh anak buahnya.

Dengan tatapan tajam dan dingin, Kody tak akan membiarkan siapapun yang berani menyentuh keluarga nya. ini adalah balas dari Kody karena telah membunuh bayinya dan membuat Laura tak sadarkan diri hingga sekarang.

*

*

Suara teriakan memilukan bergema di ruang bawah tanah yang pengap.

Bianca merintih kesakitan, tubuhnya bergetar setiap kali cambuk anak buah Kody menyentuh kulitnya.

Rasa sakit yang membakar itu seolah merobek setiap serat sarafnya, membuatnya memohon ampunan dengan suara serak.

Kody, dengan tatapan sedingin es. Matanya memancarkan kekejaman yang membuat bulu kuduk meremang. Tidak ada setitik pun belas kasihan di wajahnya.

"Kody," panggil Hugo, suaranya memecah kesunyian ruang bawah tanah.

Langkahnya yang berat bergema saat ia menghampiri Kody yang duduk santai di sofa kulit.

Aroma amis darah dan keringat memenuhi udara, namun Hugo tampak tidak terganggu.

Kody menoleh, sorot matanya sedikit melembut saat melihat Hugo.

"Bagaimana dengan Lukas? Apa yang akan kita lakukan padanya? Haruskah aku mengakhiri hidupnya sekarang juga?" tanya Hugo dengan nada dingin.

"Jangan terburu-buru. Biarkan dia mendekam di dalam sel itu. Aku akan mengurusnya nanti, setelah aku menyelesaikan urusanku dengan wanita ini," jawab Kody, suaranya rendah dan mengancam.

Kody melirik jam tangan mahalnya yang berkilauan di pergelangan tangannya. Pukul sepuluh malam.

Ia harus segera kembali ke rumah sakit untuk menjaga Laura yang masih terbaring tak sadarkan diri.

Bayangan wajah Laura yang pucat dan lemah membuat hatinya mencelos.

"Aku harus pergi," ucap Kody sambil bangkit dari sofa. Gerakannya anggun namun penuh dengan aura kekuasaan.

"Hentikan siksaan ini. Kalian bisa melanjutkannya besok. Jangan biarkan dia mati," perintah Kody pada anak buahnya. Suaranya tegas dan tidak terbantahkan.

Kody menatap sekilas Bianca yang tergeletak lemah di lantai, tubuhnya penuh luka dan memar.

Dengan tatapan dingin tanpa emosi, ia berbalik dan melangkah keluar dari ruang bawah tanah yang lembap itu.

Hugo mengikuti Kody keluar, meninggalkan Bianca yang merintih kesakitan di belakang.

Udara malam yang segar terasa melegakan setelah pengapnya ruang bawah tanah.

"Bagaimana dengan wanita bernama Geneva?" tanya Kody saat mereka berjalan menuju mobil. Suaranya datar, namun Hugo tahu ada sesuatu yang tersembunyi di balik pertanyaan itu.

"Geneva? Aku masih menahannya di sini," jawab Hugo, matanya menyipit saat menyebut nama itu.

"Kau sudah tahu apa hubungannya dengan Lukas?" tanya Kody, menghentikan langkahnya.

"Ya... Dia adik perempuan Lukas," jawab Hugo, suaranya penuh perhitungan.

Kody terdiam sejenak, lalu berbalik menatap Hugo dengan tatapan menyelidik. "Kau yakin?" tanyanya, seolah meragukan sesuatu.

"Geneva adalah adik tiri Lukas. Ibunya Lukas bunuh diri setelah mengetahui bahwa ayahnya berselingkuh dengan ibu Geneva dan memiliki anak. Itulah sebabnya Lukas menyiksa Geneva, sebagai tanda kebenciannya karena Geneva dan ibunya dianggap sebagai penyebab kematian ibunya," jelas Hugo.

Kody mengangguk pelan, ekspresinya sulit dibaca. "Kau uruslah soal Geneva. Aku serahkan masalah dia padamu," ucap Kody, lalu berbalik dan berjalan menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan.

"Hmm... Hati-hati di jalan. Kabari aku jika kau butuh sesuatu," ucap Hugo, menatap Kody dengan tatapan penuh arti.

Kody hanya mengangguk singkat, lalu masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Mobil itu melaju membelah kegelapan malam.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!