Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

Setelah kejadian barusan, Mayor Arsen tampak malu saat bertemu dengan Ainun yang saat ini sedang duduk di atas ranjang tempat tidurnya, wajahnya kini telah bersemu merah, beruntungnya air di wastafel tidak mengalami kendala, sehingga Arsen terpaksa membilas kepalanya dengan air keran.

"A aku ke kamar mandi bawah dulu, kalau mau mandi, bisa pakai kamar mandi di lantai bawah!" ucapnya sengaja memberi tahu meskipun ia begitu malu atas peristiwa barusan.

Sedangkan Ainun tak berani menatapnya, ia hanya mengangguk dalam tanpa bersuara.

Akhirnya Mayor Arsen buru-buru keluar dari dalam kamarnya sembari menggunakan handuk kimono.

Setelah kepergian Arsen, Ainun memberanikan diri untuk merebahkan tubuhnya di atas sana, meskipun ia masih mengenakan gaun pengantinnya dengan rambut yang tergerai di atas ranjang tempat tidur, tak lama Ainun menguap dan akhirnya ia tertidur.

Setelah Mayor Arsen mandi di kamar mandi lantai satu, ia bergegas pergi menuju arah kamar tidurnya, saat pintu di buka secara perlahan, ia tak menyangka Ainun tertidur pulas di atas ranjang tempat tidur, dan ia pun baru pertamakali nya melihat Ainun tanpa menggunakan hijab, rambutnya tergerai indah dengan warna hitam pekat, Ainun tidur terlentang, ia pun tak menyadari jika saat ini Suaminya sedang memandang ke arahnya.

'Kau benar-benar seperti bidadari yang turun dari langit?' pujinya dalam hati.

Hingga akhirnya, Arsen mencoba mendekat dan duduk di samping Ainun.

Arsen tiada hentinya menatap Ainun dari ujung rambut sampai kaki, pikirnya Ainun makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna.

Entah atas dorongan apa, Arsen memberanikan diri untuk mengecup keningnya.

Cup!

Akhirnya satu kecupan berhasil mendarat, Arsenio serasa jantungnya mau copot, ia pun terus mengusap dadanya.

'Arsen, apa yang sudah kau lakukan? Kau berani-beraninya mencium istrimu tanpa ijin!' sesalnya dalam hati.

Tak lama Ainun terbangun, ia cukup terkejut saat melihat Suaminya tepat berada di sampingnya.

Sedangkan Mayor Arsen menoleh ke arahnya, entah kenapa semenjak kejadian tadi, ia merasa sangat malu bertemu dengan Ainun.

Dan kini giliran Ainun yang pergi untuk mandi, karena badannya sudah terasa sangat lengket.

Akhirnya setelah semuanya selesai, Ainun dan Arsen masing-masing duduk di ujung tempat tidur, Ainun merasa sangat canggung, sampai-sampai ia tak berani berbicara satu patah katapun.

Begitupun dengan Arsenio, lidahnya serasa kelu untuk mengatakan sesuatu terhadap Ainun.

Sampai akhirnya keduanya memutuskan untuk tidur, namum Ainun tak berani merebahkan tubuhnya di atas kasur, Arsen yang melihat posisi Ainun masih dalam keadaan duduk, akhirnya ia bangkit.

"Nun, kamu kenapa gak tidur?" tanyanya heran.

"Emmhhh...aku belum mengantuk!" jawabnya berbohong, padahal ia tahu kalau Ainun sudah sangat mengantuk, kedua bola matanya bahkan sudah memerah.

"Nun, kamu tidak usah berbohong, apa kamu merasa tidak nyaman karena kita tidur dalam satu ranjang tempat tidur?" tanyanya sambil menatap punggungnya, Arsen tiada hentinya memandangi Ainun, ia begitu cantik dan mempesona saat rambutnya terurai seperti itu. Ia merasa Ainun masih sepantaran Aulia, adik perempuannya.

Merasa tidak enak atas pertanyaan dari suaminya, akhirnya Ainun membalas perkataannya.

"Tidak kok Mas, yasudah kalau begitu aku coba untuk tidur." jawabnya yang buru-buru merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ainun tidur terlentang, bahkan sesekali ia melirik suaminya yang sepertinya sedang menatap ke arahnya dengan ekor matanya.

Sampai akhirnya Ainun menoleh ke arah Arsen, dan Arsen pun mendadak mengalihkan pandangannya ke arah lain agar tidak di curigai, sampai akhir ia membalikan tubuhnya dan mengatakan sesuatu kepada Ainun

"Kamu tenang saja Nun, aku sudah berjanji padamu dan juga diriku sendiri bahwa aku tak akan pernah menyentuhmu sebelum kamu sendiri yang memberikan izin padaku!" jawabnya sedikit gugup.

Ainun yang mendengar penjelasan dari suaminya, ia merasa sangat lega, bahkan dirinya sampai mengusap dada.

'Fyuh... syukurlah Mas Arsen bisa menepati janjinya, kalau tidak? Apa yang akan terjadi dengan diriku malam ini!' pikirnya dalam hati.

Keesokan harinya.

Hari ini Mayor Arsenio masih mendapatkan cuti pernikahan, ia pun ingin memanfaatkan momen ini bersama dengan Ainun.

Sedangkan Ainun, ia masih merasa canggung terhadap suaminya dan juga rumah yang saat ini ia tempati.

Ainun menoleh sejenak ke arah samping, ia tak menemukan suaminya disana.

Tak lama Azan subuh berkumandang, ia pun buru-buru bergegas pergi ke kamar mandi lantai satu, mengingat semalam keran air di dalam kamar mandi mati, dan sepertinya belum bisa di gunakan sampai saat ini.

Ketika Ainun membuka handel pintu kamar, ia dikejutkan dengan wujud suaminya yang sudah rapih mengenakan baju koko berwarna putih, serta kain sarung, plus peci berwarna hitam melekat di atas kepalanya. Ainun sampai menatap tak percaya, ia melihat sesuatu yang berbeda dengan suaminya.

"Eh, aku pikir kami masih tidur! Ke bawah yuk, kebetulan Ibuku dan juga Aulia sudah menunggumu di Mushola, kita solat subuh berjamaah!" ajaknya.

Ainun yang mendengarnya langsung mengangguk cepat.

"baik Mas, ini kebetulan aku mau ke bawah!" balasnya sambil merapihkan jilbab instannya yang belum rapih, tiba-tiba Mayor Arsen ikut merapihkan hijab instan yang telah Ainun kenakan, mulai dari beberapa helai rambutnya yang bermunculan di sekitar area wajahnya.

Ainun sampai terkesima atas sikap suaminya yang seperti itu.

"Nah kalau, begini kan sudah rapih!" ujarnya sembari menatap wajah Ainun.

Sedangkan Ainun ia tak berani menatap wajah suaminya, ia selalu berusaha mengedarkan pandangannya ke arah lain.

Kemudian Arsen mulai menggenggam tangan Ainun secara lembut, lagi-lagi Ainun dibuat tidak karuan.

Setibanya di lantai satu, Ainun buru-buru pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan mengganti pakaiannya.

Sedangkan Arsen, ia bergegas pergi menuju mushola, dimana Ibu dan juga adik perempuannya sudah duduk di sana dan menunggu Ainun untuk solat berjamaah.

Ainun sendiri tak mau berlama-lama di dalam kamar mandi, ia buru-buru mengambil air wudhu agar suami, ibu mertua dan juga adik iparnya tidak lama menunggu.

Selesai melaksanakan solat subuh berjamaah, Mayor Arsenio menyempatkan untuk membaca beberapa ayat suci Al-Quran bersama adik perempuannya.

Sedangkan Ainun, ia diajak oleh ibu mertuanya ke dapur untuk menyiapkan sarapan, dan Ibunya ingin memberi tahukan kepada Ainun, makanan apa saja yang di sukai oleh putranya.

Ainun pun mengangguk patuh, ia juga ingin mengetahui banyak soal suaminya, entah Kenapa bisa seperti ini, ia juga masih kebingungan.

Selesai memasak di dapur, Ainun dan ibu mertuanya mulai menyajikan hidangan sarapan pagi kesukaan Mayor Arsenio yakni semur ceplok telor dan juga perkedel jagung, makanan yang sangat simpel karena sedari dulu Mayor Arsen tidak menyukai suatu hal yang ribet.

Kini Arsenio sudah duduk di atas kursi meja makan, aroma semur ceplok telor yang menggugah selera membuat Arsenio sudah tidak sabar untuk menyantapnya.

Ainun mencoba menuangkan nasi untuk suaminya, sedangkan Mayor Arsenio, ia malah tersenyum senang saat melihat Ainun yang mulai perhatian padanya.

"Oh iya Bun, kerupuk udangnya kok tidak ada di atas meja?" tanyanya sembari memperhatikan meja makan.

Bu Farida pun lupa membawakan kerupuk udang kesukaan putranya.

"Biar Ainun yang ambilkan Bu!" ucapnya yang bergegas bangkit dari atas tempat duduknya, namum sialnya Ainun salah satu kakinya keseleo, sehingga Ainun kehilangan keseimbangan nya akibat ia terburu-buru bangkit dari atas kursi, alhasil, Mayor Arsen berhasil meraihnya dan kini tubuh Ainun berada di atas pangkuannya.

"Kamu tidak apa-apa Nun?" tanyanya cemas, kedua tangannya ia lingkarkan di area pinggang.

Ainun sampai terbelalak tak percaya atas kejadian ini, seandainya Ibu Farida dan juga Aulia, keduanya malah tersenyum sambil menggeleng.

"Yaelah kak, kalau mau mesra-mesraan jangan di sini ikh!" tegur Aulia.

Sontak Ainun dam Arsenio keduanya tampak merona karena malu.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸