NovelToon NovelToon
SANG JENDERAL

SANG JENDERAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Yuna seorang dokter muda jenius di pindah tugaskan ke area baku tembak.. Dan pertemuannya membawa nya pada Kenzi sosok dokter senior yang kaku dan dingin... Serta Jendral dari base musuh, menjadi cinta segitiga yang rumit..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bisnis baru dan hidup baru

Udara Namura sore itu terasa berat. Hujan semalam membuat tanah berbau lembap, dan langit masih berwarna kelabu. Di halaman pos medis, pasukan dan tim medis berkumpul, siap mengantar kepergian Mark dan Yura bersama Yuda, Amar, dan Fara yang akan kembali ke kota setelah enam bulan penuh berada di tengah konflik.

Truk dan helikopter sudah menunggu. Namun, suasana tak sepenuhnya tenang. Dari kejauhan, Kenzi berdiri tegap dengan tangan diselipkan di saku, tatapannya tajam mengarah pada Mark. Di sisi lain, Mina berdiri dengan senyum sinis, kedua lengannya terlipat, menatap Yura dari ujung kepala hingga kaki.

Fara berbisik pada Yuda dan Amar, “Kupikir perpisahan ini bakal sentimental… ternyata malah terasa kayak siap perang lagi.”

Amar menahan tawa kecil. “Ya, kalau lihat cara Kenzi tatap Mark… kupikir mereka bisa baku hantam kapan saja.”

Yuda mendesah. “Dan Mina… lihat deh. Senyumnya lebih dingin dari hujan semalam.”

Yura melangkah lebih dulu ke arah Kenzi dan Mina, berusaha menjaga suasana. “Terima kasih… untuk semua kerja sama kita selama di sini. Aku tahu… tidak selalu mudah, tapi—”

Sebelum Yura selesai, Mina memotong dengan nada sinis. “Kerja sama? Oh, tentu saja. Meski… beberapa orang sepertinya lebih sibuk jatuh cinta daripada fokus bekerja.” Tatapannya menohok, jelas ditujukan pada Yura dan Mark.

Mark melangkah maju, berdiri di samping Yura. Suaranya datar tapi tajam. “Kalau kau punya sesuatu untuk diucapkan, katakan langsung. Atau diam.”

Mina tersenyum miring. “Santai saja, Jenderal. Aku cuma… kagum. Seorang pria sepertimu bisa jatuh pada seorang dokter yang… bahkan hampir mati karena kecerobohannya sendiri.”

Yuda, yang mendengar itu, langsung melangkah maju. “Hei, jaga bicaramu, Mina. Kalau bukan karena Yura, mungkin banyak yang tidak selamat di pos ini.”

Amar menambahkan, “Dan kalau bukan karena Mark, pos ini sudah lama hancur. Jadi, berhenti pura-pura jadi korban.”

Kenzi, yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. Suaranya rendah, tapi jelas terdengar. “Mina, cukup.”

Semua menoleh padanya. Kenzi menatap Mina tajam, lalu beralih ke Yura. “Kau… sudah akan pergi. Aku tidak akan mempersulit. Tapi… aku berharap, kalau suatu hari kau kembali… kau benar-benar yakin pada pilihanmu.”

Tatapannya singkat mengarah ke Mark sebelum ia menoleh ke arah lain, tak bicara lagi.

Fara berbisik pelan pada Amar, “Aku tidak yakin itu doa… atau ancaman.”

Amar mengangkat bahu. “Keduanya, mungkin.”

Mark meraih tangan Yura, menatap Kenzi lurus. “Aku tidak butuh restumu. Tapi aku akan pastikan dia tidak punya alasan untuk menyesal.”

Kenzi hanya menahan tatapan beberapa detik, lalu memalingkan muka, menolak bicara lebih lanjut.

Mina mendengus kesal. “Baiklah. Pergilah. Semoga… kau tidak kembali membawa lebih banyak masalah.”

Senyumnya tipis, lalu ia berbalik meninggalkan mereka.

Suasana hening beberapa saat, hanya terdengar suara angin dan langkah para prajurit yang sibuk memuat barang ke helikopter. Yura menarik napas panjang, menggenggam tangan Mark lebih erat.

Fara mencoba memecah ketegangan dengan senyum. “Yah… setidaknya, tidak ada yang benar-benar meledak hari ini.”

Yuda mengangguk. “Kupikir kita harus cepat pergi sebelum situasinya berubah.”

Amar menambahkan dengan nada bercanda, “Ya, sebelum Mina bawa racun lagi atau Kenzi bawa pedang.”

Mark menuntun Yura menuju helikopter, diikuti Fara, Yuda, dan Amar. Suasana tegang perlahan tertinggal, digantikan deru baling-baling helikopter yang siap mengangkat mereka kembali ke kota.

Dari kejauhan, Kenzi hanya berdiri memandangi, wajahnya tanpa ekspresi. Sementara Mina menatap tajam, menyipitkan mata, seolah menyimpan sesuatu di benaknya.

Helikopter perlahan terangkat, meninggalkan Namura… dan semua ketegangan yang pernah terjadi di sana.

\=\=

Udara kota terasa jauh berbeda dari Namura. Suara deru kendaraan, lampu jalan, dan aroma kafe yang berjejer di sudut-sudut kota terasa asing sekaligus melegakan bagi Yura. Setelah enam bulan hidup di tengah ketegangan, akhirnya ia bisa menghirup udara tanpa bau mesiu, tanpa jeritan pasien, tanpa rasa takut mendengar ledakan.

Mobil hitam elegan berhenti di depan rumah keluarga Yura. Mark turun lebih dulu, tegap seperti biasa meski kini tanpa seragam jenderal. Yura menyusul, senyumnya tipis namun lega.

Pintu rumah terbuka, memperlihatkan kedua orang tua Yura. Ibunya, yang selalu hangat, langsung memeluk putrinya erat. “Akhirnya kau pulang, sayang… Kami khawatir setengah mati.”

Yura tersenyum kecil. “Aku baik-baik saja, Bu. Maaf… sudah membuat kalian khawatir.”

Ayahnya, yang biasanya kaku, menatap Mark dengan mata lembut beberapa detik sebelum akhirnya melangkah maju

Mark, meski bukan lagi jenderal, tetap berdiri tegap.Suasana sempat hening. Yura menatap ayahnya gugup, tapi pria itu akhirnya menarik napas panjang. “Masuklah. Kita bicarakan di dalam.”

---

Di ruang tamu yang nyaman, obrolan mengalir perlahan. Mark duduk tegap, tapi tidak lagi kaku. Ia bercerita bagaimana ia memutuskan mundur dari militer demi membangun kehidupan baru bersama Yura, dan rencananya untuk mendirikan bisnis yang akan bermanfaat bagi kota.

“Aku membeli lahan di pusat kota. Akan kubangun kantor dan sebuah rumah sakit… bukan hanya untuk masyarakat, tapi juga… untuk Yura.” Mark menoleh pada Yura yang terkejut mendengar itu.

“Dia akan menjadi kepala medis di sana. Rumah sakit yang… kami rancang dari awal agar bisa menangani pasien dengan fasilitas terbaik.”

Ibunya Yura tersenyum hangat. “Kau benar-benar serius, ya?”

Mark menatap langsung. “Aku tidak melakukan sesuatu setengah hati. Jika aku memutuskan sesuatu… itu berarti selamanya.”

Ayah Yura mengangguk pelan, tatapannya tidak lagi setajam sebelumnya. “Kalau begitu… kau harus buktikan semua ucapmu. Tapi, jika Yura bahagia… aku tidak akan menentang.”

Yura menatap Mark, matanya berkilat. “Kau… melakukan semua ini… untukku?”

Mark menjawab singkat, “Untuk kita.”

_

Beberapa minggu kemudian, proyek Mark berjalan cepat. Sebuah kantor pusat megah berdiri di distrik bisnis, menjadi markas untuk perusahaan keamanan dan bantuan medis yang ia bangun. Di sisi lain kota, pembangunan rumah sakit modern dimulai.

Yura berdiri di samping Mark di lokasi pembangunan, mengenakan helm proyek, melihat para pekerja mulai meratakan tanah.

“Tidak kusangka… kau benar-benar lakukan ini.”

Mark menoleh sebentar. “Aku bilang, aku tidak pernah setengah-setengah. Rumah sakit ini… akan menjadi tempatmu bekerja, memimpin timmu. Dan… tempat kita membangun masa depan bersama.”

Yura tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca. “Kau tahu… aku pernah merasa tidak akan punya kehidupan normal lagi setelah Namura. Tapi sekarang… aku mulai percaya.”

Mark tidak berkata banyak, hanya meraih tangan Yura sebentar, menggenggamnya erat. Genggaman itu cukup memberi tahu, meski ia bukan lagi seorang jenderal, tekadnya tidak berubah.

Di belakang mereka, Yuda, Amar, dan Fara berdiri sambil mengawasi, berbisik satu sama lain.

Yuda tersenyum lebar. “Siapa sangka, Jenderal galak itu sekarang jadi… pengusaha dan calon suami teladan?”

Amar tertawa pelan. “Kupikir dia lebih menakutkan waktu jadi jenderal. Tapi sekarang… entah kenapa malah lebih menakutkan kalau lihat caranya memperlakukan Yura. Terlalu… sempurna.”

Fara menepuk bahu mereka berdua. “Tenang saja. Kalau dia sampai bikin Yura sedih, kita bertiga siap jadi pengacau seperti dulu.”

Mark yang mendengar percakapan mereka hanya menoleh sedikit. Tatapan hijaunya cukup untuk membuat mereka bertiga langsung pura-pura sibuk.

Yura tertawa kecil. “Sepertinya… tidak banyak yang berubah. Mereka masih sama.”

Mark akhirnya tersenyum tipis. “Biar saja. Selama kau bahagia… aku tidak keberatan.”

Di langit sore itu, matahari perlahan tenggelam, dan angin membawa aroma laut dari kejauhan. Bagi Yura, inilah awal kehidupan baru. Bagi Mark, ini bukti bahwa cintanya bukan hanya kata-kata—tapi tindakan nyata, bahkan jika harus melepaskan semua gelar dan kekuasaannya.

1
Anonymous
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!